Di usia yang relatif masih muda 46 tahun, Pahala Nugraha Mansury tak menyangka pilihan nasibnya akan hinggap ke perusahaan airlines terbesar di Asia, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA). Namun, Pahala mengaku bahwa dirinya baru merasakan atmosfer yang cukup menantang di dunia bisnis airlines.
“Operator penerbangan di tanah air mungkin hanya ada sekitar enam pemain, tapi bagi saya bisnis airlines ini cukup menantang,” ujarnya dalam sebuah pertemuan dengan para Pemimpin Redaksi Media di Graha Niaga, Jakarta, Rabu malam (10/5/2017)
Sebelum landing tantangan barunya di Garuda, pria jebolan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) ini sudah malang melintang di dunia perbankan hingga mengantarnya menjabat Direktur Finance and Strategy Bank Mandiri PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI).
“Langkah awal saya masuk Garuda saya harus mempersiapkan mengembangkan anak-anak perusahaan agar bisa menjadi salah satu income bagi Garuda, salah satunya kami akan menggo publikkan PT Garuda Maintenance Facility atau GMF, karena kinerja keuangan perusahaan ini sangat baik dibanding anak usaha lainnya,” akunya.
Dalam curhatnya, Pahala kaget juga ketika dirinya dipanggil Menteri BUMN Rini Soemarno. Pria kelahiran Jakarta ini mengaku ditawari untuk menahkodai Garuda. “Airlines industry ini buat saya sangat callenge (tantangan,red), makanya saya menerima dan siappp,” ujarnya.
Pahala semakin terkejut ketika ia berada di bandara Soetta Cengkareng mendadak ditelpon lagi oleh Menteri BUMN Rini Soemarno. Ia diminta dalam jangka satu jam sudah harus sampai ke istana.
“Saat itu saya lagi di bandara, tiba-tiba di telepon ibu Menteri disuruh segera ke istana, saya kaget, dalam waktu cepat saya harus segera balik ke istana, disana saya sudah ditunggu pak Presiden dan Ibu Menteri saya diminta mempresentasikan program saya jika saya dipercaya memimpin Garuda, saya pun mempresentasikan gagasan saya untuk membenahi Garuda,” ujar peraih gelar MBA di bidang Keuangan dari Stern School of Business, New York University, Amerika Serikat.
Setelah pertemuan di Istana, beberapa hari tepatnya Rabu 12 April 2017, melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan, pada Rabu (12/4/2017), Pahala menggantikan Dirut Garuda Indonesia sebelumnya, yakni Arif Wibowo. Apa alasan penunjukkan Pahala oleh Kementerian BUMN?
Alasannya menurut Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Gatot Trihargo karena pada saat ini perseroan membutuhkan sosok yang bisa menangani urusan finansial dan operasional Garuda Indonesia.
“Investment based tentu ada beban capital dan sebagainya. Jadi dalam hal itu bu Rini (Menteri BUMN Rini Soemarno) mungkin memanggil latar belakang financial, Pahala memiliki pengalaman di finansial dan operasional. Garuda Indonesia saat ini membutuhkan keduanya,” kata Gatot kepada wartawan di Cengkareng, Tangerang.
Mengemban tugas sebagai nahkoda perusahaan penerbangan terbesar di tanah air ini tentunya tidak ringan, namun Pahala tetaplah seorang muda yang energik. Pria berkacamata kelahiran 8 April 1971 ini berprinsip bahwa modal utama agar bisa meraih sukses dalam hidup adalah kerja keras.
Fokus itu penting. Apalagi pada pekerjaan yang sedang diselesaikan. Kalau fokus bekerja dan punya tujuan yang pasti, sukses pasti akan datang. Namun menurut Pahala, masih ada faktor lain yang membuat orang sukses selain kerja keras. Faktor itu adalah keberuntungan, yaitu 90 persen.
Pahala seakan ingin mengingatkan bahwa manusia hanya bisa berupaya, pada akhirnya Tuhan juga yang menentukan. Meski demikian tanpa kerja keras, Dewi Fortuna tidak akan memayungi. Pahala sudah membuktikan kerja keras dan keberuntungan bisa mendatangkan kesuksesan.
Dia telah melalui perjalanan yang begitu panjang hingga mencapai posisinya saat ini.
Pria kelahiran tahun 1971 tersebut memulai kariernya sebagai Change Management Consultant di Andersen Consulting Jakarta sampai dengan tahun 1997. Kemudian dia pernah bekerja di sebuah perusahaan sekuritas berbasis di New York secara paruh waktu pada 1998.
Pada 1999, Pahala bergabung dengan Booz Allen & Hamilton sebagai Konsultan Senior selama satu tahun. Pada tahun yang sama, dia bergabung dengan The Boston Consulting Group dan dipromosikan menjadi Pemimpin Proyek dalam peran yang mencakup berbagai tugas proyek perbankan melalui 2003.
Bergabung dengan Bank Mandiri pada tahun 2003 dan menduduki berbagai posisi, termasuk sebagai Group Head Corporate Development, Change Management Office dan Riset Ekonomi dari tahun 2003 sampai 2006.
Pada tahun 2006 ia ditunjuk sebagai EVP Coordinator Finance & Strategy dan Chief Financial Officer. Pahala memegang sebutan CFA dan saat ini Wakil Presiden CFA Indonesia. Pada Mei 2010, ia diangkat Managing Director Finance & Strategy. (Edi Winarto)