Kesetaraan hak butuh jalan panjang agar semua kelompok sosial dapat merasakannya. Di Indonesia, Special Olympics adalah salah satu jalan yang mulai bergulir sejak 35 tahun lalu. Sebagian dari jutaan anak bertalenta khusus di Indonesia telah mendapat kemajuan dan merasakan manfaat gerakan itu. Tantangan berikutnya adalah bagaimana memenuhi mereka yang belum merasakan.”
Telegraf – Kini, Sabtu adalah hari yang amat ditunggu Wafa Vanya Salsabila. Pukul 06.00 bungsu dari 4 bersaudara itu sudah bersiap. Setelah bangun, dia buru-buru mandi, sarapan lantas menyiapkan perlengkapan olahraga. Semua dikerjakan sendiri dengan suka cita, tanpa bantuan orang lain.
Sebelum pukul 07.00 WIB dia sudah harus siap di alun-alun kota Depok. Jaraknya tak terlalu jauh dari rumah milik kedua orang tuanya yang ada di Komplek Taman Anyelir III, Kalimulia, Depok. Kedua orang tuanya, Mohammad Syifa dan Shofia, biasanya ikut mengantar.

Di Depok SOina mulai hadir, keberadaan pelatih dan pendamping amat dibutuhkan untuk mewujudkan kesetaraan bagi anak difabilitas intelektual di sana. Sejak usia dini calon atlit disiapkan para pengurus. TELEGRAF
Berkumpul bersama kawan-kawan merupakan kegembiraan hidup dan amat dinantikan Wafa. Dengan keterbatasan berkomunikasi dia sudah punya teman akrab. Keceriaan yang dialami nampak begitu dalam di hatinya karena dia selalu ceritakan ke anggota keluarga di rumah.
Untuk mencapai hal itu tak mudah, menurut Shofia ibundanya butuh usaha sendiri setidaknya sebelum Agustus 2024, Wafa tidak seperti itu. Anak usia 13 tahun itu cenderung pemalu, sulit bergaul dengan siapa saja termasuk teman sekolah dan para guru. Sehingga dia mesti putus sekolah di kelas 1 SD. Selanjutnya tak ada aktifitas yang menghubungkannya dengan orang lain selain tinggal di rumah saja.
Sampai suatu kali Shofia bertemu dengan seseorang di tempat pengajian yang menawarkannya bergabung di sebuah kelompok WhatsApp group yang selalu berbincang soal aktifitas anak bertalenta khusus. Di situlah pasangan pemilik usaha pembuatan roti itu merasakan manfaat berdiskusi sehingga kemudian tak ragu untuk mengajak Wafa mengikuti kegiatan yang digelar Special Olympics Indonesia Kota Depok.
“Awalnya juga tak mudah, setidaknya butuh satu bulan sebelum Wafa bisa bergaul dengan kawan kawannya di SOina,” ujar Shofia, Minggu (02/03/2025) lalu.
Mula-mula, Wafa, yang diidentifikasi menderita Down Syndrome, menolak para pelatih dan pendamping SOina yang menghampirinya dengan maksud untuk memberikan bimbingan. Hanya dengan orang tua saja dia percaya. Kini semuanya telah berubah, Wafa menjadi jauh lebih mandiri.
Orang tuanya tak lagi perlu mendampingi saat itu program latihan, cukup menonton saja dari kejauhan. Kepercayaan diri Wafa pun mulai tumbuh saat berinteraksi dengan orang lain di luar pergaulannya dengan kawan kawan di SOIna Depok.
“Tadi ada teman Umi bilang Dede cantik,” begitu dia bertutur usai bertemu dengan seorang kawan ibunya.
Perubahan besar Wafa yang membuat gembira orangtuanya, menurut para pengurus, pun ditunjukkan oleh anak-anak lain yang telah mengikuti kegiatan rutin. Sebagai sebuah wadah baru SOina menarik perhatian orang orang tua dengan anak bertalenta khusus. Model program yang ditawarkan berbeda dengan mereka kenal sebelumnya.
Membuka jalan bagi anak bertalenta khusus agar menemukan lingkungan yang nyaman adalah salah satu langkah penting. Tentu masih banyak lagi ujian yang bakal dihadapi agar anak-anak itu dapat benar-benar berkembang. Gerakan ini butuh konsistensi, ketulusan dan dukungan semua pihak dalam kurun waktu panjang.
“Kami di Depok bukan baru terbentuk, Tapi sudah berjalan tahun ketiga,” ujar Pahala Sito Ketua Pengurus Daerah SOIna Kota Depok, Jawa Barat pada (23/03/2025).
Namun anggota kepengurusannya terseleksi oleh alam, sehingga banyak yang harus dirombak. Selanjutnya, lanjut Pahala, ada yang mengundurkan diri, ada juga yang sama sekali tidak aktif. Setelah terus mencoba, barulah pada tanggal 13 Februari 2025 yang lalu, secara resmi dikukuhkan sebagai pengurus SOIna Kota Depok. Dalam kondisi seperti itu, Pahala memimpin kepengurusan bersama para relawan melatih anak-anak bertalenta khusus di wilayah Depok.
“Kami belum ada pelatih, belum ada donatur dan latihan pun masih menggunakan dua lokasi yang berbeda,” imbuhnya.
Saat ini SOIna Kota Depok mempunyai dua program kegiatan yakni, pertama, program olahraga mencakup Bocce, lempar Turbo, lempar softball, lari, badminton dan renang. Kedua, program non olahraga mencakup melukis, menari, pencak silat dan fashion show.
Selain kedua program, pengurus pun berkeinginan di tahun 2025 dapat menyelenggarakan sederet kegiatan lain seperti training for trainer (TOT), PESOTA atau Pesta Sepekan Special Olympics Sekota Depok dan ikut serta PESODA (Pesta Sepekan Special Olympics Daerah Provinsi Jawa Barat. Sedangkan untuk promosi di lingkungan terdekat pengurus pun berkeinginan menggelar Gebyar SOIna Kota Depok.
Di berbagai wilayah lain, kepengurusan SOina telah berkembang lebih lama dan mencapai banyak kemajuan. Misalnya, kita bisa melihat bagaimana Pengurus SOina Provinsi Kalimantan Selatan sehari-hari berkantor di sebuah kantor berlantai 2 yang berdiri di lahan seluas 600 meter persegi, di Jalan Taruna Praja, Sungai Sipa, Martapura, Kabupaten Banjar.
Gedung itu mulai dibangun Mei 2024 dan selesai pada Januari 2025. Semenjak itu para pengurus dan juga relawan bisa beraktifitas lebih nyaman. Sementara pelatih dan atlit bisa memanfaatkan hal di lantai dua untuk berlatih tenis meja, senam dan juga bocce. Di sini harapan agar para atlit berlatenta khusus Kalimantan Selatan dapat menjaga tradisi mengharumkan nama bangsa terjaga.
“Semenjak 2007 kami sudah bisa mengirimkan atlit ke ajang International yang berlangsung di Sanghai,” ujar Ketua Pengprov SOina Kalsel, Sri Rahaju pada (08/03/2025).
Saat itu Special Olympics Indonesia mengirim delegasi ke ajang Special Olympics World Summer Games yang terdiri dari 20 orang atlit. Delegasi ini berhasil meraih 9 emas, 9 perak dan 4 perunggu. Dalam delegasi itu atlit Kalsel bernama Rusmini ikut serta dalam cabang atletik di nomor lari jarak pendek. Semenjak itu atlit-atlit bertalenta khusus Kalimantan terus terpilih sebagai anggota delegasi baik di ajang Summer Games maupun Winter Games.

Kesadaran mewujudkan hak anak-anak difabilitas intelektual makin berkembang di seluruh Indonesia. Di Kalimatan Selatan Special Olympics Indonesia (SOina) telah jauh berkembang. Dukungan besar masyarakat dan pemerintah salah satunya diujudkan lewat fasilitas kantor untuk mendukung kegiatan atlit, relawan dan pengurus. TELEGRAF
Berbagai medali dan penghargaan pun telah mereka sumbangkan untuk mengangkat nama negara. Prestasi paling baru adalah medali emas nomor speciality solo female cabang sport dance di World Winter Games, Februari 2025 di Turin, Italia.
Prestasi seperti itu menurut Sri Rejeki membawa dampak amat positif bagi atlit. Setidaknya keluarga mereka bangga dan masyarakat sekitar menaruh hormat, demikian pula dalam pergaulan sang atlit itu menjadi model. Pada masa berikutnya para mantan atlit yang berprestasi itu memilih meneruskan karyanya sebagai pelatih.
Gerakan mencapai kesetaraan hak terus berjalan dan membutuhkan dukungan luas. Di Kalimantan Selatan Sri Rejeki bersama para pengurus intensif berkomunikasi dengan pemerintah daerah setempat selain dengan Pengurus Pusat SOina di Jakarta. Cara ini terbukti amat membantu pengurus mengembangkan organisasi dan program kerjanya.
Dalam interaksi itu perkembangan pelaksanaan program dan keadaan dan kemajuan atlit dikomunikasikan.
“Jangan dulu langsung mengharapkan dana bantuan tetapi tampilkan dahulu prestasinya,” ujar perempuan yang sudah berkecimpung semenjak awal berdirinya SOina di Kalimantan Selatan itu.
“Depok sudah mulai berkembang. Memang diperlukan perjuangan untuk memajukan satu organisasi. Tak semudah membalikkan telapak tangan,” ujar Abdul Karim, Ketua SOina Pengprov, Rabu (09/04/2025).
Depok merupakan salah satu dari 23 kepengurusan SOina tingkat kota dan kabupaten di Jawa Barat. Di wilayah Kalimantasn Selatan, semenjak 2009 gerakan Special Olympics berkembang ke 13 kota dan kabupaten. Sebagaimana pengurus tingkat provinsi lain, Sri Rahayu sibuk mengurus atlit-atlit berlatih. Di beberapa kota juga telah berdiri SOina Club yakni sebuah wadah kegiatan yang tak selalu berfokus pada bidang olahraga dengan misi untuk menciptakan lingkungan ideal bagi anak-anak bertalenta khusus.
Perkembangan itu sendiri tentunya mengikuti tumbuhnya kesadaran yang terus tumbuh atas hak anak bertalenta khusus di Indonesia. Untuk mewujudkannya, perlu sumber daya manusia dan finansial yang memadai. Para pengurus mesti bekerja keras menggalang dukungan dari berbagai pihak agar ruang bagi anak bertalenta khusus lebih nyaman. Bila benar terwujud mereka dan keluarganya tak lagi terbebani oleh berbagai stigma negatif akibat pandangan-pandangan tak tepat atas keberadaannya. Kendati negara menjamin hak-hak mereka, mewujudkannya tak selalu mudah.