JAKARTA, TELEFRAF.CO.ID – Kementerian Agama bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), serta Kementerian Kesehatan (Kemenkes), menggandeng UNICEF untuk memperkuat program peningkatan kualitas gizi anak sekolah/madrasah. Program ini dilaksanakan sebagai percontohan dalam kerangka Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M) di beberapa wilayah di Jawa Tengah, dengan fokus pada pendidikan gizi yang berkelanjutan.
Program ini hadir untuk menjawab tantangan gizi di kalangan anak usia sekolah yang meliputi kekurangan gizi, obesitas, dan defisiensi zat gizi mikro. Ketiga isu ini dinilai berpotensi menghambat perkembangan anak-anak Indonesia, baik dari segi kesehatan fisik maupun prestasi akademik.
Direktur Kurikulum, Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah, M. Sidik Sisdiyanto, menekankan pentingnya pendidikan gizi di madrasah sebagai upaya untuk membekali siswa dengan pengetahuan mengenai pola makan yang sehat. “Program peningkatan kualitas gizi siswa di madrasah sangat penting untuk memberikan pengetahuan kepada mereka tentang menjaga kesehatan diri, sehingga dapat terus belajar dan meraih prestasi di berbagai bidang,” ujar Sidik di Jakarta, Senin (07/10/2024).
Sidik juga menyoroti bahwa isu kesehatan dan gizi merupakan salah satu tantangan utama bagi anak-anak usia sekolah. “Kita harus memitigasi masalah gizi ini sejak dini. Jika tidak, masalah tersebut akan menjadi ancaman serius bagi kesehatan siswa dan berdampak pada generasi mendatang,” tambahnya.
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, terungkap bahwa sebanyak 14,1% anak usia 5-12 tahun tergolong stunting, 15,5% mengalami anemia, dan 11,9% masuk kategori gemuk, dengan 7,8% anak di antaranya mengalami obesitas. Masalah gizi ini terjadi di seluruh Indonesia, termasuk di wilayah percontohan di Jawa Tengah.
Sebagai langkah konkret, UNICEF bersama dengan Kemenag, Kemendikbudristek, dan Kemenkes meluncurkan program percontohan di Kabupaten Tegal, Kudus, Surakarta, dan Semarang. Pada tahun 2023-2024, program ini diperkuat dengan komponen tambahan yang fokus pada pencegahan kegemukan dan obesitas.
Tim gabungan yang terdiri dari UNICEF dan perwakilan dari tiga kementerian tersebut telah melakukan Joint Monitoring Visit (JMV) di empat kabupaten/kota di Jawa Tengah pada 1-4 Oktober 2024. Kunjungan ini bertujuan untuk melakukan pembinaan, pendidikan gizi, serta intervensi dalam pencegahan obesitas di kalangan siswa Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Salah satu intervensi yang dilakukan adalah mendorong siswa untuk membawa bekal makanan dari rumah, dengan tujuan memastikan bahwa asupan gizi mereka terjamin. Menurut Sidik, edukasi tentang pentingnya bekal sehat tidak hanya menguntungkan siswa tetapi juga memberikan wawasan kepada orang tua mengenai pentingnya asupan nutrisi yang seimbang bagi anak-anak.
Permasalahan gizi di Indonesia kerap diperparah oleh pola makan yang tidak sehat, termasuk konsumsi berlebihan makanan dan minuman yang tinggi gula, garam, dan lemak (GGL). Pola makan ini, jika dibiarkan tanpa intervensi, akan menjadi ancaman serius bagi kesehatan dan kesejahteraan mental anak-anak di masa mendatang.
Sidik berharap, melalui program ini, madrasah di seluruh Indonesia dapat mengadopsi praktik terbaik dalam pendidikan gizi. “Melalui kegiatan ini, diharapkan madrasah-madrasah di seluruh Indonesia dapat menerapkan pola perbaikan gizi dan kesehatan yang berkelanjutan, sehingga kita dapat menghasilkan generasi yang lebih sehat, cerdas, dan berdaya saing tinggi,” pungkasnya.
Program intervensi gizi yang didukung oleh UNICEF ini menjadi langkah strategis dalam menciptakan lingkungan belajar yang lebih sehat di madrasah, sekaligus mempersiapkan siswa untuk menjadi generasi penerus yang tangguh, sehat, dan siap bersaing di berbagai bidang.