Jakarta, Telegraf,- Lebih dari 4.400 Yayasan yang selama ini menjadi pemilik dan pengelola Perguruan Tinggi, Sabtu (16/9/2017) mendeklarasikan pendirian Aliansi Penyelenggara Perguruan Tinggi (Apperti) di Jakarta. Aliansi ini bertujuan menjadi wadah aspirasi bagi pengelola perguruan tinggi dalam menghadapi masalah baik internal maupun dengan pemerintah.
Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Prof Dr. Ir. H. M Budi Djatmiko menyambut positif aliansi tersebut. Bahkan memuji kelahiran organisasi baru itu.
Apakah pendirian Apperti tidak akan menjadi pesaing Aptisi? “Justru ke depan kita bisa sinergi,” ujar Prof Budi Jatmiko yang juga ikut menghadiri acara Deklarasi Pendirian Aliansi Perguruan Tinggi Indonesia (Apperti).
“Kita ingin memasukkan aspirasi yayasan, perguruan tinggi di Indonesia itu kan hampir 4.500. Dari 4.500 ini berarti kan kurang lebih ada 400-an yayasan sebagai pendirinya. Nah Apperti ini dibentuk agar kita bisa mengetahui apa permasalahan yang dialami yayasan,” kata Prof Budi Jatmiko.
Menurut Budi Jatmiko, Apperti adalah aliansi atau asosiasi pendiri atau pemilik perguruan tinggi. “Nah disitu fungsinya agar mereka bisa bertukar pikiran, kadang-kadang sesama yayasan itu nggak punya teman sharing nah disinilah tukar pikiran,” kata Prof Budi.
Selain sebagai wadah aspirasi sharing sesama pengelola perguruan tinggi, lanjut Budi, Apperti mempunyai misi untuk mengadvokasi jika ada masalah yang menimpa perguruan tinggi. Apperti juga akan terus memberikan masukan kepada pemerintah dalam hal mengeluarkan kebijakan di bidang pendidikan.
Ditempat yang sama praktisi pendidikan Abadi Ika Setiawan berharap, keberadaan Apperti jangan hanya sekadar wadah namun harus bisa menjadi jembatan komunikasi antara Yayasan pengelola perguruan tinggi dengan pemerintah. Terutama mengkritisi kebijakan pemerintah yang kurang mengayomi kehidupan perguruan tinggi swasta.
“Saya kita Apperti harus bisa menjadi saluran bagi kami yayasan untuk bisa bersuara lebih kuat dan lebih didengar pemerintah dalam menyikapi sejumlah kebijakan terkait pengembangan pendidikan tinggi, jangan sampai kebijakan yang dibuat pemerintah ke depan makin mempersulit perguruan tinggi swasta untuk berkembang,” kata pemilik Yayasan Mencerdaskan Bangsa (Pemilik dan Pengelola STIE Mulia Pratama) disela-sela deklarasi.
Usai deklarasi Apperti langsung menggelar acara Seminar Nasional bertema : “Strategi Penguatan dan Pengembangan Kelembagaan Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Perguruan Tinggi” di Auditorium Ar-Rahim Gedung Universitas Yarsi, Jakarta. Seminar menampilkan narasumber Ketua Umum APTISI Prof Dr. Ir. H. M Budi Djatmiko, Anggota Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT) Prof Dr H Mansyur Ramli MBA (UMI) dengan moderator Prof Marzuki Alie, Ketua Dewan Penasehat Aptisi.
Deklarasi ini dihadiri oleh Dirjen Riset dan Pengembangan (Risbang) Kemenristekdikti Muhammad Dimyati.
Kepada Apperti, Dirjen Risbang Kemenristekdikti Muhammad Dimyati berpesan supaya yayasan ikut andil mengucurkan dana riset kepada pengelola perguruan tinggi atau rektorat. “Mari introspeksi. Apakah selama ini dana riset yang dikucurkan sudah signifikan,” jelasnya.
Dia berharap dana riset yang dikucurkan tidak lagi dimaknai sebagai beban pengeluaran. Lebih dari itu dana riset harus diposisikan sebagai investasi. Sebab pada suatu saat nanti akan menghasilkan return atau sumber pemasukan uang bagi kampus.
Selain itu Dimyati juga menegaskan, kampus yang memiliki iklim riset kuat, otomatis kualitasnya bagus. Dalam melakukan penelitian, dia juga berpesan supaya para dosen tidak mementingkan diri sendiri. “Misalnya meriset hanya untuk mengejar nilai angka kredit. Jangan sebatas itu,” jelasnya.
Dia memiliki harapan besar kepada Apperti itu ikut meningkatkan daya saing bangsa Indonesia. melalui jaringan kampus swasta yang tersebar di seluruh Indonesia, dia berharap Apperti ikut andil meningkatkan budaya inovasi di perguruan tinggi.
Ketua Umum Apperti Jurnalis Uddin menjelaskan budaya inovasi di perguruan tinggi memang harus ditumbuhkan. Namun dia tidak memungkiri, kondisi keuangan kampus swasta itu beragam. Mulai dari yang kuat, sedang, dan di bawahnya lagi. “Kita memiliki komitmen untuk saling membantu,” katanya.
Dia bahkan memiliki mimpi suatu saat nanti Apperti membentuk bank yang berasal dari konsorsium PTS seluruh Indonesia. PTS yang memiliki uang banyak, menanamkan uang saham lebih besar. Kemudian konsumen bank konsorsoium PTS ini adalah lingkungan kampus swasta sendiri. Baik itu lembaga, dosen, maupun mahasiswa di dalamnya. “Kita ingin kuat bersama,” jelasnya. (edo)