Peta 1:5000 Selesai 2019 Asal Bertekad

Oleh : Atti Kurnia

Telegraf, Cibinong – Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Hasanuddin Z Abidin mengatakan penyelesaian pembuatan peta 1:5000 akan rampung di tahun 2019, “bisa klo mau asal tekad aja, dan orang Indonesia harus dipaksa,” ujarnya usai melakukan upacara dalam rangka hari informasi geopasial di kantornya.

Hasanudin menjelaskan peta 1:5000 ini paling menentukan karena semua akan mengunakan peta ini ujarnya mulai dari ngomong reforma agrarian perhutanan, pemetaan desa, rencana detail tata ruang semua yang di gunakan 1:5000, sementara ketersediaan seluruh Indonesia baru 5 persen, dan 95 persennya masih terobosan.

Hasanudin berharap citra satelit resolusi sangat tinggi yang dikelola lapan segera terwujud agar pelaksanaan yang 95 persen ini segera di wujudkan, sementara untuk BIG sendiri yang akan menegakan ruang control.

“Peta 1:500 kebutuhan yang vital dimana pemetaan desa, rencana tata ruang harus mengunakan peta 1:5000, jika tidak bagaimana melihat detailnya, belum lagi untuk pembangunan reforma agraria bahkan ini di butuhkan peta 1:1000,” tutur Hasanudin dikantornya jl Raya Jakarta Bogor, Cibinong, Bogor, Selasa (17/10/17).

Untuk mepercepat mewujudkan peta tersebut hari ini BIG akan melakukan MOU bersama Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Bankan, dan Pemetaan Akreditasi Nasional di kantor kementrian perekonomian Lapangan Banteng guna penambahan Sumber Daya Manusia.

Untuk mendukung perencanaan dan pelaksanaan serta monitoring pembangunan BIG memberikan apresiasi inovasi pemanfaatan BIG untuk 5 peserta Youth geo-Innovation terbaik dalam rangka hari Informasi Geospasial yang jatuh pada tanggal 17 Oktober.

Dari 270 aplikan yang satu regu terdiri dari 4 orang terpilih 5 regu yang mendapatkan penghargaan dari BIG, dari 5 tersebut terdapat peserta paling muda yaitu siswa SMP perwakilan dari SMP Garut jawa Barat, siswa ini membuat aplikasi data sisawa miskin mengunakan MIT App Inventor yakni aplikasi berbasis android tanpa program yang praktis untuk pelajar pemula.

“Berawal dari lingkungan sekolah jadi setiap rumah yang kurang mampu itu di kunjungi lalu di tagging melalui Global Positioning System (GPS), tapi belum sempurna,” ungkap salah satu perwakilan siswa kelas 9 SMPN 2 Garut, Adilla Rachmawati Pradana di kantor BIG. (Red)

Credit Photo: Atti Kurnia/Telegraf.co.id


 

Lainnya Dari Telegraf