TELEGRAF – Jika biasanya hanya bintang rock dan presiden yang memenuhi stadion Gelora Bung Karno, pada hari Kamis (05/09/2024), Paus Fransiskus yang kini berusia 87 tahun, Paus bernama asli Jorge Maria Bergoglio ini menarik lebih dari 80.000 penggemarnya untuk menghadiri Misa Katolik di negara dengan penduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia ini. Acara ini merupakan puncak dari empat hari kunjungan Paus selama di Jakarta, yang merupakan pemberhentian pertama dari tur 12 hari di Asia Tenggara dan Oseania, dengan kunjungan ke Timor Leste, Singapura, dan Papua Nugini.
“Kehadiran Paus seperti kehadiran Yesus,” kata seorang transgender, Mami Yuli, yang mengenakan gaun gemerlap dan penutup kepala berbulu, salah satu dari ribuan umat Kristiani yang berkumpul untuk mendengarkan homili Paus.
“Mengingat pesan penting Paus tentang toleransi, kami berharap gereja dan masyarakat dapat menilai kami secara positif,” ujarnya, berbicara tentang kelompok yang menghadapi diskriminasi dari kaum konservatif agama.
“Kami mengalami banyak tekanan dan hal itu membatasi ruang gerak kami sebagai transpuan di Indonesia,” bebernya.
Para biarawati Katolik yang mengenakan pakaian khas mereka, para pelajar dan lansia memadati Stadion Utama Gelora Bung Karno (SU GBK), dan para pejabat gereja mengatakan bahwa 87.000 tiket untuk Misa telah didistribusikan ke seluruh nusantara.
Sebelumnya, Paus telah mengunjungi Masjid Istiqlal untuk menandatangani deklarasi tentang penanganan perubahan iklim dan mempromosikan dialog antar agama untuk menyelesaikan konflik. Umat Kristen adalah minoritas kecil di Indonesia, di mana umat Islam merupakan 87 persen dari populasi 280 juta jiwa. Negara ini mengakui enam agama resmi, dan kebebasan beragama diabadikan dalam konstitusinya.
Berbicara dari atas panggung yang ditutupi kain putih dengan latar belakang salib emas, Paus mendorong para pendengarnya untuk selalu mengupayakan persaudaraan.
“Saya mendorong anda untuk menabur benih-benih cinta, dengan penuh percaya diri menapaki jalan dialog, terus menunjukkan kebaikan dan kebaikan anda,” kata Paus Fransiskus.
“Jadilah pembangun persatuan. Jadilah pembangun perdamaian,” pintanya.
Paus Fransiskus yang telah bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada hari Rabu, dan mendesak para pemimpin politik untuk waspada terhadap ekstremisme agama. Sebagai bentuk penghormatan, pemerintah menyarankan agar lembaga penyiaran nasional tidak menyiarkan azan pada Kamis sore, dan menyiarkannya melalui televisi dengan teks di bawah, agar tidak mengganggu Misa yang dirayakan Paus Fransiskus.
“Yang paling penting bagi saya adalah dia rendah hati dan penuh sukacita,” kata Suster Maria Ambrosia, yang melakukan perjalanan ratusan kilometer dari Sumatra untuk hadir.
“Saya memiliki banyak harapan dan kebahagiaan,” ungkapnya.
Lautan bendera Indonesia dan Vatikan yang dilambai-lambaikan oleh para jemaat menyambutnya di tengah teriknya cuaca saat ia mengakhiri jadwal yang padat di negara dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia ini.
Paus Fransiskus juga memberkati beberapa anak ketika ia berkeliling stadion dengan kendaraan taktis. Dari buku-buku Misa hingga t-shirt, topi dan rosario, gambar paus dapat dilihat di mana-mana saat umat bersukacita di hadapannya.
Mereka yang hadir adalah para jemaat yang beruntung yang terpilih untuk mengikuti acara ini melalui undangan yang dikirimkan ke gereja mereka. “Viva Il Papa! Viva Papa Francesco!” teriak para jemaat dari tribun.
Caecilia Tutyandari, 51 tahun, melambaikan kipas yang menghiasi wajah paus.
“Saya ingin melihat Paus secara langsung, ini pertama kalinya. Saya sangat tersentuh, ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Itu sebabnya saya punya banyak tisu di sini,” katanya sambil tertawa.