Telegraf, Jakatra – Berdasarkan survei yang di lakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 4 tahun yang lalu menunjukan bahwa perkembangan literasi di Indonesia masih sagat rendah, ini adalah tugas bersama untuk meningkatkan literasi keuangan khususnya untuk pelajar.
Hal itu diungkapkan Jalius Deputi Direktur Literasi OJK saat membuka program literasi keuangan dasar pada anak bersama PT Prudential Life Assurance (prudential Indonesia) dengan kurikulum Cha-Ching di Jakarta.
Jalius mengungkapkan salah satu faktor penting dalam membangun bangsa adalah kompetensi atau kemampuan dibidang keuangan, yang sebenarnya sudah diajarkan sejak dini/memasuki gerbang sekolah.
Jalius mencontohkan misalnya bagimana mengelola uang sehari hari, sehingga cukup untuk membeli minuman dikantin, lalu menyisihkan untuk membeli pulsa HP dan mainan.
Lanjut Jalius kemajuan bangsa dan teknologi informasi berdampak pada perubahan pola gaya hidup, pesatnya teknologi membuat masyarakat mudah mendapatkan informasi tidak hanya dari media televisi dan media cetak, tapi media digital.
Dimana iklim keterbukaan informasi tentunya akan membuka kesempatan bagi anak anak untuk memiliki wawasan dan pemikiran yang lebih baik, serta cepat, hal ini membuat OJK dan pelaku usaha terus berusaha untuk memberikan terbaik untuk masyarakat hususnya anak anak yang sudah memasuki bangku Sekolah Dasar., dengan metode Cha-Ching
“Sejak tahun 2013 lalu OJK telah menjalankan program edukasi keuangan untuk pelajar dan mahasiswa, pada awal tahun ajaran baru 2018 OJK bekerjsama dengan kementrian pendidikan serta industri jasa keuangan meluncurkan buku edukasi keuangan untuk siswa kelas 10 Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berjudul mengena “OJK dan Industri Jasa Kekuangan sebaga bagian dari pelajaran ekonomi,” tutur Jalius.
Ditemui ditempat yang sama Presiden Direktur Prudential Indonesia Jens Reisch menjelaskan sebuah bisnis yang bertanggung jawab adalah bisnis yang berkomitmen untuk memberikan kembali dan mengembangkan orang orang serta lingkungann sekitar.
“kurikulum Cha-Ching menanamkan 4 konsep dalam pengelolaan uang yaitu yaitu Memperoleh (Earn), Menyimpan (Save), Membelanjakan (Spend), dan Menyumbangkan (Donate) dalam kehidupan sehari-hari siswa. Kurikulum Cha-Ching ini sejalan dengan sebuah studi dari University of Cambridge yang mengungkapkan bahwa anak-anak mulai membentuk kebiasaan finansial mulai usia 7 tahun,” kata Jens.
Jens menambahkan untuk itu sangat penting memberikan pemahaman dasar mengenai keuangan sejak dini, yg bertujuan memberikan pemahaman engenai pentingnya nilai uang sehingga diharapkan anak anak dapat membuat keputusan finansial yang lebih baik saat dewasa kelak. (Red)
Credit Photo : Presiden Direktur Prudential Indonesia Jens Reisch, Jalius Deputi Direktur Literasi OJK (ki-a)/telegraf