Telegraf, Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengumumkan menurunkan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,50 persen. hal tersebut diputuskan seauai hasil rapat dewan gubernur (RGD) BI padaharibrabu sampai kamis tanggal 21 hingga 22 Agustus 2019.
“Dengan mempertimbangkan assessment dan perkembangan ekonomi tersebut, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 22-23 Juni 2019 memutuskan untuk menurunkan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 5,5 persen,” ungkap Perry Warjio Gubernur Bank Indonesia ketika memaparkan hasil RDG di Jakarta Kamis (22/8).
Perry menjelaskan ada beberapa alasan mengapa suku bunga acuan tersebut di turunkan yaitu pertama rendahnya perkiraan inflasi yang berada dibawah titik tengah sasaran yaitu 3,5 plus minus 1 persen.
Imbal hasil aset keuangan domestik masih tetap menarik perhatian investasi sehingga mendukung stabilitas eksternal, dan langkah pre-emptive BI dalam mendorong momentum pertumbuhan ekonomi ke depan dari dampak perlambatan ekonomi global.
Selain menurunkan suku bunga acuan BI juga menurunkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi sebesar 4,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,25%.
Perry menjelaskan strategi operasi moneter tetap diarahkan untuk memastikan kecukupan likuiditas dan meningkatkan efisiensi pasar uang sehingga memperkuat transmisi kebijakan moneter yang akomodatif.
Lanjut Perry kebijakan makroprudensial juga tetap akomodatif untuk mendorong penyaluran kredit perbankan dan memperluas pembiayaan bagi perekonomian, termasuk pembiayaan ramah lingkungan. Selanjutnya kebijakan sistem pembayaran dan pendalaman pasar keuangan juga terus diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi.
Untuk kedepan Perry mengungkapkan BI masih akan melanjutkan bauran kebijakan yang akomodatif sejalan dengan rendahnya prakiraan inflasi, terjaganya stabilitas eksternal, dan perlunya terus mendorong momentum pertumbuhan ekonomi. Koordinasi BI dengan Pemerintah serta otoritas terkait terus diperkuat untuk mempertahankan stabilitas ekonomi, dan mendorong permintaan domestik, serta meningkatkan ekspor, pariwisata, pun aliran masuk modal asing, termasuk Penanaman Modal Asing (PMA). (Red)
Photo Credit : Gubernur Bank Indoneaia Perry Warjiyo. ANTARA