Telegraf, Pemalang – Pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Pemalang akan segera dihelat pada bulan september tahun depan. Masih sekita empat belas bulan lagi. Namun dimedia sosial (Medsos), sejumlah nama kandidat sudah mulai bermunculan.
Tak kalah dengan media sosial, perbincangan Pilkada di warung kopi juga sudah mulai menghangat. Terutama, ketika kontestasi Pilkada diwarnai oleh munculnya calon independen. Sebuah era baru yang akan menjadi sejarah baru dan pertama terjadi di Pemalang.
Ketika calon independen pertama digelindingkan, sejumlah pihak melihat dengan sinis. Dianggap bermain-main atau sebatas wacana. Namun belakangan, anggapan itu terkoreksi dengan sejumlah respon positif dan aksi jejaringnya yang mewujud dalam dukungan nyata.
Mereka, menamakan diri Aliansi Masyarakat Pemalang Independen (API), mengusung nama Bambang Mugiarto dan Habib Mustofa bahkan sudah melakukan konsolidasi diakar rumput. Artinya, fenomena calon independen yang baru pertama kali di Pemalang ini bukan sebuah isapan jempol dan wacana.

Darmoko, seorang akademisi dan pengamat politik menyebut bahwa lahirnya independen di Pemalang cukup mewarnai dinamika politik lokal.
Alumni pasca sarjana jurusan Cultural Studies Universitas 11 Maret itu memandang calon independen menjadi semacam letupan kegundahan publik yang sudah apriori dengan partai politik. “Dan munculnya independen di Pemalang menjadi warning bagi partai politik,” ungkapnya kepada redaksi, (22/08/19).
Dalam konteks yang lebih luas, Dar, panggilan dosen muda yang dikenal dekat dengan aktivis itu menyebut, “Demokrasi di negara kita sudah keluar rel. Orang-orang yang memiliki kapasitas, kecerdasan intelektual dan sosial tidak akan pernah bisa tampil ketika dia tidak mau ikut-ikutan telibat dengan pragmatisme dan penyalahgunaan wewenang oleh mereka yang memiliki jaringan akses kekuasaan,” jelasnya.
“Demokrasi yang sudah keluar rel ini memunculkan orang-orang dengan mudahnya melenggang menjadi anggota dewan misalnya karena uang. Nah, ketika sekelompok orang mengusung calon independen dengan tujuan memperbaiki tatanan politik di Pemalang akan berhadapan dengan pragmatisme politik itu, dan ekses jaringan kekuasaan yang selaras dengan teori Machiavelli,” papar dosen STIT Pemalang itu.
Dia mengakui bahwa independen memang sulit. Namun bukan berarti tidak mungkin. “Perlu adanya kesadaran publik dengan edukasi politik kepada masyarakat,” tambahnya.
Seperti diketahui, belakangan muncul ke permukan gerakan politik dari sekelompok orang yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Pemalang Independen (API). Dengan intens, terus mengkampanyekan nama Bambang Mugiarto dan Habib Mustofa sebagai pasangan yang dicalonkan dalam Pilkada Pemalang tahun 2020 mendatang.

Di Facebook dan Twitter, para relawan terus meniupkan namanya denga mengusung visi Menuju Pemalang Lebih Baik dan Makmur Yang Bersih-Melayani. Sementara kandidat dari partai politik, seperti Agus Sukoco dari PDI Perjuangan dan Iskandar Ali Syahbana dari PKB, hanya sesekali mengemuka. Sejumlah pihak mengatakan masih jarangnya nama calon dari parpol karena masih jauh waktunya dan cairnya sistem rekruitmen parpol.
Sementara seperti juga yang diungkapkan oleh Pakar Komunikasi Diryo Suparto dari UPS Tegal.
“Bentang wilayah Pemalang yang luas dibutuhkan sosok pemimpin yang rela berkorban dan mau turun ke bawah bersama rakyat kawula alit alias membumi. Bukan orang belakang meja atau borjuis yang enggan mendengar keluh dan jeritan rakyat,” katanya.
“Dilapangan pemimpin sesungguhnya adalah jiwa yang dikorbankan, dia adalah abdi yang melayani masyarakat mau berbaur dengan kaum jelata. Pemimpin bukan belantik sapi yang cari untung dari dagangannya atau borjuis seperti ndoro dengan busana yang mengkilap untuk disembah,” tegas Diryo.
Diryo pun menyampaikan bahwa kita tidak bisa berharap banyak pada partai – partai politik yang ada saat ini karena mereka cenderung elitis dan bojuis. Mereka hanya akan mencalonkan orang – orang yang berduit dan yang bisa mereka kendalikan. Pemalang butuh alternatif politik yang baru dan caranya adalah mendorong calon independen yang didukung oleh rakyat.
Adalah Bambang Mugiarto dan Habib Mustofa. Kedua putra Pemalang ini dianggap mumpuni memimpin Pemalang lima tahun ke depan. Pasangan cukup serasi Nasionalis – Religius. Bambang Mugiarto adalah mantan anggota DPRD Pemalang dan tokoh nasionalis yang cukup berpengaruh di Pemalang. Mas Bambang panggilan akrabnya dikenal sebagai tokoh yang sangat merakyat, rendah hati dang berjiwa melayani. Sedangkan Habib Mustofa adalah tokoh agama yang kharismatik, sederhana dan cerdas serta dekat dengan umat.
Bambang Mugiarto sendiri saat dikonfirmasi oleh Telegraf pada Rabu, (21/08/19) menyampaikan bahwa jika rakyat menginginkan dirinya menjadi pelayannya maka itu bukanlah hal yang mudah, jika tidak datang dari rakyat itu sendiri. Menurutnya menjadi calon independen itu butuh usaha ekstra, pasalnya calon independen harus memenuhi syarat dukungan KTP sebanyak 87.000 – 100.000 KTP. (Red)
Photo Credit : Photo Credit : Bambang Mugiarto dan Habib Mustofa Al Habsy. FILE/Dok/Ist. Photo