Telegraf – Di tengah dinamika makro ekonomi dan geopolitik serta tingginya imbal hasil obligasi di Amerika Serikat, dan perlambatan ekonomi di Tiongkok. Berdampak pula terhadap ekonomi domestik salah satunya
volatilitas nilai tukar rupiah tahun berjalan.
Namun demikian, stabilitas ekonomi dan sistem keuangan domestik relatif tetap terjaga, termasuk kinerja rupiah yang fluktuasinya tidak sedalam negara-negara berkembang lainnya.
Dengan kondisi tersebut, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) telah mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga kinerja tetap solid. Program transformasi yang dijalankan secara disiplin serta strategi pertumbuhan yang selektif dan terukur yang diambil, telah mampu menuntun perseroan untuk memberikan pendapatan yang optimal bagi para shareholder serta menjalankan fungsi intermediasi dengan baik.
“Sebagai dampak dari akselerasi kredit di segmen berisiko rendah, kualitas aset terus membaik yang terlihat dari penurunan rasio Non Performing Loan (NPL) dan rasio Loan at Risk (LaR),” ujar Royke.
Dengan demikian, kata Royke, rasio NPL per September telah berada di level 2,3% membaik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,0% dan LAR di level 14,4% yang membaik dibandingkan dengan posisi 19,3% pada September tahun 2022.
Kualitas aset yang terus membaik membuat perseroan dapat mengurangi pembentukan beban Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN). Hal ini membuat credit cost membaik dari 2,0% pada September 2022 menjadi 1,4% pada September tahun ini.
Royke mengungkapkan, di tengah naiknya risiko ekonomi global, BNI mengambil langkah prudent dengan membangun likuiditas yang kuat. Hingga September 2023, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat tumbuh 9,1% YoY, mencapai Rp747,6 triliun.
“Adapun tren kenaikan suku bunga acuan yang mempengaruhi biaya bunga dana (Cosf of Fund/CoF) memang tengah mengalami tren peningkatan dan fenomena ini terjadi merata di industri perbankan. Namun di tengah kondisi tersebut, kami bersyukur CoF kami saat ini di kisaran 2%, secara struktural masih lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi di atas 3%,” kata Royke.
Hal ini juga tentunya didukung oleh channel digital BNI, yang mampu menghadirkan layanan yang kompetitif untuk mendorong pertumbuhan giro dan tabungan (Current Account Saving Account/CASA) berbasis transaksi yang kuat.
Rasio kecukupan permodalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR) terus meningkat dari 18,9% tahun lalu menjadi 21,9% per September 2023, jauh di atas persyaratan modal minimum sebesar 13,8%. Tingginya rasio kecukupan permodalan ini memberikan BNI kemampuan untuk memenuhi kebutuhan ekspansi bisnis dan investasi BNI group.
Melalui agenda transformasi berkelanjutan, perseroan telah berhasil melakukan reorganisasi yang diharapkan membangun pola kerja yang lebih agile, kolaboratif, dan cermat dalam mengelola risiko.