Indonesia Jangan Tergesa-gesa Akui Pemerintahan Baru di Afghanistan

Oleh : Edo W.
Photo Credit: Ribuan warga Afghanistan bergegas akan memasuki Bandara Internasional Hamid Karzai ketika mereka mencoba melarikan diri dari Kabul pada 16 Agustus. Haroon Sabawoon/Anadolu Agency via Getty Images

Telegraf – Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana mengatakan, bahwa Indonesia harus menunggu dan tidak perlu tergesa-gesa dalam memberikan sikap atau pengakuan kepada pemerintahan baru di Afghanistan.

“Pascapejuang Taliban menyatakan telah menguasai Ibu Kota Afghanistan pada Minggu malam lalu, Indonesia perlu menunggu beberapa saat untuk mengakui pergantian pemerintah mengingat hingga saat ini belum ada kepastian siapa yang menjadi pemimpin dalam pemerintahan,” kata Hikmahanto Juwana dalam keterangan tertulisnya, Selasa (17/08/2021).

Menurutnya, dalam hukum internasional pergantian pemerintahan ada dua mekanisme, antara lain adalah.

“Pertama secara konstitusional dan inkonstitusional. Kalau konstitusional maka pergantian pemerintah berproses berdasarkan konstitusi,” jelasnya.

Sementara itu yang inkonstitusional adalah pergantian pemerintahan yang tidak berdasarkan konstitusi di suatu negara.

“Apa yang saat ini terjadi di Afghanistan adalah pergantian pemerintahan yang inkonstitusional,” tegasnya.

“Oleh karenanya perlu ditunggu beberapa saat sehingga Indonesia tahu siapa individu yang menjadi pemegang kekuasaan di Afghanistan,” imbuhnya.

Hikmahnto mengatakan ada tiga aspek yang menjadi pertimbangan. Pertama adalah konstelasi internal di Afghanistan sendiri.

Kedua pandangan masyarakat internasional. Terakhir adalah pertimbangan politis internal di Indonesia.

Menurutnnya, bentuk pengakuan Indonesia bisa secara tegas tapi bisa juga secara diam-diam kepada pemerintahan baru di Afghanistan.

“Tegas disini adalah Indonesia menyatakan atau memberi selamat kepada pemerintahan baru,” paparnya.

Sementara diam-diam maksudnya tanpa ada pernyataan, namun Indonesia sudah berhubungan dengan pemerintah baru di Afghanistan.

“Bila pemerintah terlalu tergesa-gesa memberi pengakuan dikhawatirkan justru menjadi fatal,” bebernya.

Menurut Hikmahanto ada dua alasan, yang belum diketahui secara pasti siapa yang menjabat.

Alasan kedua, bila asal mengakui individu tertentu justru bisa menjadi sumber masalah bagi internal Afghanistan mengingat saat ini sedang berlangsung negosiasi damai terkait siapa yang menjadi pemimpin baru disana.


Photo Credit: Ribuan warga Afghanistan bergegas akan memasuki Bandara Internasional Hamid Karzai ketika mereka mencoba melarikan diri dari Kabul pada 16 Agustus.

 

Lainnya Dari Telegraf