Telegraf – Para pemimpin G-7 berkomitmen pada Minggu (13/06/2021) untuk meningkatkan kontribusi pendanaan iklim. Komitmen ini untuk memenuhi janji pengeluaran yang terlambat sebesar US$100 miliar (Rp 1.424 triliun) per tahun dalam membantu negara-negara miskin mengurangi emisi karbon dan mengatasi pemanasan global.
Sebagai bagian dari rencana yang disebut membantu mempercepat pembiayaan proyek infrastruktur di negara-negara berkembang dan pergeseran ke teknologi terbarukan dan berkelanjutan, tujuh negara paling maju di dunia akan kembali berjanji untuk memenuhi target tersebut.
Beberapa kelompok organisasi hijau tidak terkesan, bahkan Green Peace Inggris menyatakan tuan rumah G-7, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, telah “menghangatkan kembali janji-janji lama” dan bahwa komitmen itu “tidak akan dipercaya begitu saja” sampai negara-negara itu memberikan uang.
Direktur eksekutif Green Peace Inggris, John Sauven, menggambarkan rekam jejak negara-negara kaya dalam menghormati komitmen mereka sebagai “buruk”. Johnson gagal mengambil “tindakan nyata untuk mengatasi keadaan darurat iklim dan alam”.
“Sementara komitmen untuk memberikan lebih banyak dukungan kepada negara-negara berkembang sangat penting, sampai mereka mengeluarkan uang tunai, kami tidak menerima begitu saja,” katanya.
Para pemimpin G7 juga diharapkan untuk mengambil tindakan untuk mengurangi emisi karbon, termasuk langkah-langkah seperti mengakhiri hampir semua dukungan langsung pemerintah untuk sektor energi bahan bakar fosil di luar negeri dan menghentikan mobil bensin dan diesel secara bertahap.
“Melindungi planet kita adalah hal terpenting yang dapat kita lakukan sebagai pemimpin untuk rakyat kita. Sebagai negara demokratis, kita memiliki tanggung jawab untuk membantu negara berkembang menuai manfaat dari pertumbuhan bersih melalui sistem yang adil dan transparan. G-7 memiliki peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mendorong Revolusi Industri Hijau global, dengan potensi untuk mengubah cara hidup kita,” kata Johnson.
Negara-negara maju sepakat di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2009 untuk bersama-sama menyumbang US$100 miliar setiap tahun pada tahun 2020 dalam pembiayaan iklim ke negara-negara miskin. Banyak negara di antaranya bergulat dengan naiknya air laut, badai dan kekeringan yang diperburuk oleh perubahan iklim.
Target itu tidak terpenuhi, sebagian tergelincir oleh pandemi virus corona yang memaksa pemerintah Inggris untuk menunda Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP26) hingga tahun ini.
Photo Credit: Para pemimpin G-7 berkomitmen pada Minggu (13/06/2021) untuk tingkatkan kontribusi pendanaan iklim. Komitmen ini untuk memenuhi janji pengeluaran yang terlambat sebesar US$100 miliar (Rp 1.424 triliun) per tahun. AP Photo