Telegraf – Kemandirian ekonomi domestik menjadi faktor krusial agar Indonesia mampu bertahan menghadapi guncangan global. Hingga kini, kondisi perekonomian nasional masih berada pada jalur yang positif.
Pada triwulan III-2025, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 5,04 persen, sementara tingkat inflasi Oktober 2025 tetap terjaga dalam kisaran sasaran, yakni 2,86 persen secara tahunan.
Untuk membangun kemandirian ekonomi tersebut, dibutuhkan kerja kolektif dari seluruh elemen bangsa. Keberhasilan pencapaian target ekonomi tidak hanya bergantung pada kepemimpinan, tetapi juga pada optimalisasi sumber daya alam, kapasitas produksi, infrastruktur, serta kualitas sumber daya manusia yang bergerak seirama.
Hal itu disampaikan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menutup 16th Kompas 100 CEO Forum di Tangerang, Banten, (26/11/2025).
Airlangga mengibaratkan perekonomian sebagai sebuah tim balap yang memerlukan penyesuaian cepat dan tepat.
Menurutnya, inovasi dan kemampuan beradaptasi menjadi kunci utama, sebagaimana pelajaran yang diperoleh selama masa pandemi Covid-19 yang menuntut keseimbangan antara akselerasi dan kehati-hatian.
Kinerja sejumlah indikator ekonomi lainnya juga menunjukkan capaian yang menggembirakan. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada September 2025 berada di level 115, sementara PMI Manufaktur Indonesia meningkat ke angka 51,2 pada Oktober 2025.
Dari sisi perdagangan luar negeri, Indonesia kembali mencatatkan surplus neraca perdagangan sebesar USD4,34 miliar pada September 2025, melanjutkan tren surplus selama 65 bulan berturut-turut, yang terutama ditopang oleh sektor nonmigas dengan surplus USD5,99 miliar.
Pemerintah, lanjut Airlangga, juga terus mendorong investasi berkualitas melalui penguatan hilirisasi dan percepatan digitalisasi. Digitalisasi memerlukan dukungan infrastruktur yang memadai, mulai dari satelit, jaringan serat optik, hingga infrastruktur energi hijau. Salah satu tantangan terdekat adalah realisasi ASEAN Power Grid (APG) yang telah disepakati pada KTT ASEAN di Kuala Lumpur, khususnya dalam menghubungkan sistem kelistrikan Jawa, Sumatera, dan Kepulauan Riau.
Realisasi investasi sepanjang Januari–September 2025 mencapai Rp1.434,3 triliun atau tumbuh 13,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 1,95 juta orang. Investasi di sektor hilirisasi juga mengalami peningkatan signifikan, dengan nilai Rp431,4 triliun atau sekitar 30,1 persen dari total investasi.
Penguatan hilirisasi industri terus menjadi fokus pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing nasional. Hilirisasi menjadi fondasi pengembangan ekosistem kendaraan listrik, khususnya industri baterai, serta membuka peluang menuju pengembangan industri semikonduktor yang secara global diproyeksikan bernilai USD1 triliun pada 2030.
Sejalan dengan itu, pemerintah juga mempercepat pengembangan ekonomi digital yang tumbuh pesat dan menjadi salah satu yang terbesar di ASEAN. Pada 2024, nilai ekonomi digital Indonesia mencapai USD90 miliar dan diproyeksikan meningkat hingga USD360 miliar pada 2030. Sektor keuangan digital menjadi salah satu penggerak utama, dengan pemanfaatan QRIS yang telah menjangkau 57 juta konsumen dan 39 juta pelaku usaha, di mana sekitar 93% di antaranya merupakan UMKM.
Airlangga menambahkan, pemerintah telah menandatangani perjanjian Indonesia–EU CEPA pada September lalu, yang mencakup klaster digital untuk mendorong investasi teknologi, pengembangan talenta digital, serta percepatan adopsi teknologi.
Penguatan transformasi digital juga mensyaratkan infrastruktur konektivitas yang andal, salah satunya melalui pembangunan pusat data. Indonesia saat ini baru memiliki kapasitas sekitar 500 MW data center, sementara kebutuhan ideal diperkirakan mencapai 2.700 MW, sehingga peluang investasi swasta masih terbuka luas.
Menurut dia, pengembangan data center di kawasan Nongsa Digital Park, Batam, telah menjadi salah satu pengubah permainan. Pemerintah kini mendorong ekspansi dan kerja sama lintas negara dengan Singapura, Johor, dan Riau untuk memperluas jaringan data center berbasis kecerdasan buatan, yang memerlukan sumber energi dan air yang melimpah.
Menutup paparannya, Airlangga mengajak para CEO untuk terus mendorong semangat “Indonesia Incorporated” agar posisi Indonesia semakin kuat dalam berbagai forum internasional, seperti ASEAN, APEC, dan G20. Peran aktif dunia usaha dinilai penting untuk mengawal kepentingan nasional dan memastikan Indonesia tetap berpengaruh dalam pengambilan keputusan global.