Demokrat Inginkan Trump di Vonis dan Dijatuhi Sanksi

Oleh : Edo W.
Photo Credit: Pendukung Trump berpartisipasi dalam unjuk rasa 6 Januari 2021 di Washington. Ketika Kongres bersiap untuk menegaskan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden, ribuan orang berkumpul untuk menunjukkan dukungan mereka kepada Presiden Donald Trump dan klaim penipuan pemilu yang tidak berdasar. Presiden berbicara dalam rapat umum di Ellipse, tepat di selatan Gedung Putih. AP Photo/John Minchillo

Telegraf – Partai Demokrat menuntaskan presentasinya tentang kejahatan yang dilakukan oleh mantan presiden Amerika ke 45 Donald Trump terkait kerusuhan 6 Januari di Capitol, dan meminta kepada Senat agar memutuskan Trump bersalah atau peristiwa seperti itu bakal terulang lagi.

Di hari ketiga sidang pemakzulan, Kamis (11/02/2021) waktu setempat atau Jumat pagi WIB, tim pemakzulan menyampaikan argumen penutup kepada 100 senator bahwa Trump mendalangi kerusuhan di Gedung Capitol setelah menyampaikan bukti-bukti rekaman video dan suara dan cuitan Trump di Twitter.

Tim pemakzulan yang terdiri atas anggota DPR dari Partai Demokrat menggunakan kalimat dan pernyataan para perusuh itu sendiri bahwa mereka bergerak karena Trump.

Mereka juga menunjukkan kesaksian dari polisi, staf dan pejabat intelijen dan bahkan pemberitaan oleh media di luar negeri.

DPR memakzulkan Trump Januari lalu ketika ia masih menjabat, dan sidang di Senat ini untuk memutuskan apakah Trump bersalah atau tidak.

Pada Rabu, tim pemakzulan memperlihatkan video-video kerusuhan, termasuk beberapa yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Selain itu juga dijelaskan secara runut kronologi peristiwa yang memuncak pada kerusuhan di Gedung Capitol, siapa aktornya, dan siapa dalangnya.

Pada Kamis, mereka menunjukkan dampak buruk kerusuhan itu pada rakyat Amerika dan demokrasi, belum lagi kerugian properti yang terjadi. Selain itu juga ditunjukkan bagaimana Trump sedikit pun tidak menyesali perbuatannya.

“Pemakzulan, vonis bersalah, dan diskualifikasi dari pemilihan presiden berikutnya bukan soal masa lalu, tetapi soal masa depan,” kata anggota tim pemakzulan Ted Lieu.

“Ini untuk memastikan bahwa tidak ada pejabat negara, tidak ada presiden lagi yang akan melakukan hal seperti ini,” imbuhnya.

Anggota lainnya, Joe Neguse, mengatakan Trump bukan sekedar orang biasa yang membuat pidato kontroversial beberapa jam sebelum kerusuhan.

Ia seorang presiden ketika berbicara kepada pendukungnya yang bertekad melakukan kekerasan dan “ia kemudian menyalakan korek, menargetkan gedung ini, tempat kita berada sekarang,” kata Neguse.

Sementara itu David Cicilline menggunakan video dan dokumen pengadilan untuk menunjukkan kerugian yang ditimbulkan pada Kongres dan proses demokrasi Amerika.

Sejumlah perusuh mengakui dalam berita acara pemeriksaan bahwa mereka berencana membunuh Wakil Presiden Mike Pence dan Ketua DPR Nancy Pelosi, sementara yang lain mengatakan bahwa mereka berencana memojokkan para anggota Kongres di ruang bawah tanah lalu menyalakan gas.

Ketua tim pemakzulan, Jamie Raskin, menutup presentasi dengan permintaan agar Trump divonis bersalah oleh para senator.

“Jika Anda tidak melihat hal ini sebagai pidana berat, maka Anda menciptakan standar mengerikan tentang pelanggaran kepresidenan di Amerika Serikat,” kata Raskin.

Anggota DPR yang juga pakar hukum konstitusi itu menutup presentasi dengan mengutip Thomas Paine, orang yang menulis pamplet berjudul “Akal Sehat” menjelang kemerdekaan Amerika pada 1776.

“Jangan kita terjebak oleh teori-teori rumit para pengacara di sini. Gunakan akal sehat Anda atas apa yang baru saja menimpa negeri ini,” kata Raskin.

Jumat ini, giliran tim pengacara Trump untuk mengajukan pembelaan.


Photo Credit: Pendukung Trump berpartisipasi dalam unjuk rasa 6 Januari 2021 di Washington. Ketika Kongres bersiap untuk menegaskan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden, ribuan orang berkumpul untuk menunjukkan dukungan mereka kepada Presiden Donald Trump dan klaim penipuan pemilu yang tidak berdasar. Presiden berbicara dalam rapat umum di Ellipse, tepat di selatan Gedung Putih. AP Photo/John Minchillo


Lainnya Dari Telegraf