Telegraf – Menyediakan produk berkualitas tinggi, aman dikonsumsi, dan ramah lingkungan, adalah komitmen. ungkap Ketua Umum Asparminas, Johan Muliawan, dalam sambutannya, dalam memperingati 1 tahun berdirinya Asosiasi Pengusaha Air Minum Kemasan Nasional (Asparminas).
Johan juga mengungkapkan apresiasi mendalam terhadap kontribusi dan kerja keras anggota Asparminas dalam mendukung visi asosiasi sebagai wadah independen terpercaya bagi produsen air minum kemasan (AMDK) nasional.
“Dari sebuah inisiatif kecil tepat satu tahun yang lalu, Asparminas kita bertumbuh dengan pesat dengan total anggota 60 perusahaan yang tersebar di 32 kabupaten, kota, dan 18 provinsi, ” ungkap Johan yang sekaligus sebagai Direktur Sustainability Le Minerale.
Ia berharap di tahun-tahun mendatang Asparminas terus tumbuh dengan keanggotaan di seluruh provinsi.
Menurut Johan, industri AMDK di Indonesia masih memiliki potensi pertumbuhan yang besar. Dia mencatat bahwa saat ini rata-rata tingkat konsumsi air kemasan warga di Jakarta mencapai 88 liter per orang per tahun, sementara di luar Jakarta, khususnya di Jawa, tingkat konsumsi masih berada di level 11 liter per orang per tahun.
Johan menyebutkan tingkat konsumsi AMDK bahkan hanya mencapai 8,8 liter per orang. Karena itu, dia optimis masih ada peluang pertumbuhan yang besar di sektor AMDK, termasuk untuk anggota Asparminas yang beroperasi di luar Jawa.
Selain itu, Johan juga mencatat bahwa industri AMDK di Indonesia memiliki karakteristik unik. Saat ini, terdapat lebih dari 1200 produsen dengan lebih dari 2100 merek AMDK yang memiliki izin edar, dengan volume produksi mencapai 35 milyar liter pada tahun 2021 dan nilai pasar mencapai 46 triliun per tahun.
Di kesempatan yang sama Sekjen Asparminas, Nio Eko Susilo, mengungkap berbagai kegiatan peningkatan kapasitas yang telah dilakukan oleh asosiasi dalam waktu relatif singkat. Beberapa kegiatan tersebut meliputi sosialisasi online, pelatihan, dan berbagai diskusi terkait peraturan dan inovasi dalam industri AMDK. Selain itu, Asparminas juga aktif dalam mengadvokasi isu-isu penting, seperti perizinan pengusahaan air, cukai plastik, pendauran ulang sampah kemasan, SNI AMDK, dan lainnya.
Ke depannya, kata Eko, Asparminas berencana untuk terus meningkatkan kapasitas anggota asosiasi dengan berbagai kegiatan sosialisasi, termasuk penilaian industri hijau, efisiensi energi, persaingan usaha yang lebih sehat, inovasi teknologi, dan kepatuhan terhadap peraturan.
“Industri AMDK setiap tahunnya tumbuh paling sedikit 5% per tahun. Ini berarti setiap pelaku industri perlu terus berbenah, saling berbagi ilmu dan pengalaman, termasuk dalam isu-isu teranyar semisal pemanfaatan skema perdagangan karbon untuk pelaku industri AMDK,” katanya.
Adhi S. Lukman, Dewan Pengawas Asparminas, menggambarkan Asparminas sebagai sebuah ekosistem industri yang komprehensif dan unik. Adhi mengatakan Asparminas membuka diri dan bahkan mewadahi kehadiran dan keterlibatakan penuh perusahaan di sektor depot air minum dan pengelolaan sampah plastik industri.
“Dengan ekosistem yang terbuka seperti ini, saya berharap anggota Asparminas bisa terus saling berbagai ilmu dan bekerjasama sehingga usaha mereka lebih maju, lebih untung, labih lancar,’ kata Adhi yang juga Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi). Masih menurutnya, bisnis AMDK masih berpotensi tumbuh dengan besar namun bakal sulit dimanfaatkan oleh pelaku industri tanpa kehadiran dan dukungan aktif organisasi seperti Asparminas.