Waspada! Harga Pangan Dan Energi Masih Akan Bergejolak

Oleh : KBI Media

Telegraf, Jakarta – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkapkan pemerintah perlu mewaspadai bahwa harga komoditas internasional sektor pangan dan energi pada tahun depan diperkirakan masih akan mengalami gejolak, dipengaruhi oleh situasi perekonomian dunia.

Ekonom Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) LIPI, Maxensius Tri Sambodo, dalam acara Economic Outlook 2017 bertajuk Menuju Pertumbuhan Ekonomi Inklusif yang Berdaya Saing: Strategi Penguatan Sektor Maritim Nasional, di Gedung LIPI, Jakarta, Rabu (14/12), mengatakan posisi Indonesia yang cenderung lebih inward looking kemungkinan tidak dapat dilepaskan dari struktur ekonomi yang bergantung pada sumber daya alam.

Ketergantungan pada ekspor berbasis sumber daya alam, lanjutnya, membuat dinamika harga komoditas dunia khususnya untuk pangan dan energi menjadi penting untuk terus dipantau. Harga pangan dan energi sejak tahun 2000 terus menalami kenaikan, yang juga tidak menutup kemungkinan akan mengerek harga komoditas lainnya.

Maxensius menjelaskan, mulai 1 Januari 2017 sebagai tindak lanjut dari Algiers Accord, OPEC akan mulai memangkas produksi minyaknya sekitar 1,2 juta barel per hari. Pemangkasan produksi juga akan dilakukan oleh Rusia, dan pemangkasan produksi minyak OPEC ini tentu saja memberikan indikasi akan kembali naiknya harga minyak dunia.

“Pemangkasan produk minyak, tentu saja tidak sejalan dengan kepentingan nasional yang ingin mengoptimalkan pendapatan dari migas. Data menunjukkan peranan pendapatan dari sektor energi terus menurun. Tentu saja jika Indonesia harus mengikuti OPEC untuk memangkas minyak, maka pendapatan dari sektor migas akan semakin berkurang,” kata Maxensius.

Baca Juga :   Bersih-Bersih Migas: Serikat Pekerja Dukung Langkah Hukum Kejagung

Di sisi lain, Ia menuturkan, Indonesia masih perlu bekerja keras untuk memberikan subsidi energi pada masyarakat miskin. Porsi subsidi energi terhadap total pengeluaran negara terus menunjukkan penurunan. Di tahun 2016, porsi subsidi energi terhadap total belanja negara dapat diturunkan di tingkat 6,8%.

“Namun demikian, subsidi listrik dan LPG 3kg, ada kecenderungan untuk terus meningkat terutama jika terjadi kenaikan harga energi. Sehingga langkah-langkah strategis untuk mengurangi subsidi energi semakin mendesak untuk segera diimplementasikan,” ujarnya. (Red)

Photo credit : Antara/Irsan Mulyadi


Lainnya Dari Telegraf