Telegraf – Rapat Umum Pemegang Saham (RUPST) Tahun Buku 2023, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) telah menyetujui pembagian dividen sebesar 50% dari laba bersih tahun buku 2023, senilai total Rp10,45 triliun.
“Kenaikan rasio pembayaran dividen menjadi 50% di tahun ini dilakukan seiring dengan kinerja keuangan Perseroan yang terus membukukan kinerja positif dengan capaian laba bersih senilai Rp20,9 triliun di 2023,” hal itu diungkapkan oleh Direktur Utama BNI Royke Tumilaar dalam konfrensi pers daring, Senin (4/3).
Royke menjelaskan Nilai pembagian dividen naik 42,76% dari total dividen tahun buku 2022 senilai Rp7,32 triliun. Dengan demikian, nilai dividen per lembar saham kali ini ditetapkan sebesar Rp280,49.
Dengan memperhitungkan komposisi saham milik Pemerintah sebesar 60%, maka Perseroan akan menyetorkan dividen sebesar Rp6,27 triliun ke rekening Kas Umum Negara.
Adapun, porsi 50% lainnya dari laba bersih Perseroan atau senilai Rp10,45 triliun akan digunakan sebagai saldo laba ditahan untuk pengembangan usaha berkelanjutan BNI Group ke depan.
Perseroan juga berhasil mengelola rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) pada level yang sehat mencapai 22% di Desember 2023, sehingga memiliki kapasitas untuk membagi dividen dengan rasio dan nilai yang lebih besar, sambil tetap memenuhi kebutuhan bisnis dan investasi BNI Group.
Kinerja yang positif tersebut dicapai di tengah berbagai tantangan eksternal pada tahun 2023, yang utamanya disebabkan oleh peningkatan risiko geopolitik, tingginya inflasi dan suku bunga global, serta perlambatan ekonomi di Tiongkok.
Untuk kinerja kredit Royke menjelaskan sepanjang tahun 2023 tumbuh sebesar 7,6% Year on Year (YoY), mencapai Rp695 triliun, yang didorong oleh ekspansi di segmen berisiko rendah, yaitu korporasi blue chip baik swasta maupun BUMN, kredit konsumen, dan Perusahaan Anak.