Pengarusutamaan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Itu Keharusan

Oleh : Atti K.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati dalam wawancara dengan Tempo di kantornya di Jakarta, 25 Februari. Tempo/Tony Hartawan

Telegraf – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, I Gusti Ayu Bintang Darmawati mengatakan pemulihan ekonomi dalam menghadapi krisis akibat pandemi Covid-19 yang memperhatikan pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan adalah sebuah keharusan, bukan pilihan.

Hal itu di ungkapkan dalam acara Kick-Off Akselerasi Bisnis (AKSI) Perempuan melalui Virutal Press Conference, Kamis (22/9).

“Mendorong partisipasi aktif perempuan dalam ekonomi akan mampu menaikkan pendapatan negara secara signifikan. Maka dari itu, saya menegaskan bahwa pemulihan ekonomi dalam menghadapi krisis akibat pandemi Covid-19 yang memperhatikan pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan adalah sebuah keharusan, bukan pilihan,” tuturnya.

Program Akselerasi Bisnis (AKSI) hadir lewat kolaborasi dengan platform community Stellar Women sebagai mitra pelaksana ini memberi peluang inkubasi bagi bisnis-bisnis yang dirintis perempuan Indonesia. Ada pula kesempatan memenangkan pendanaan hingga miliaran rupiah.

“Kami Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sangat mengapresiasi hadirnya Tjufoo berkolaborasi dengan Stellar Women yang hari ini meluncurkan AKSI Perempuan. Kerja-kerja kolaborasi seperti inilah yang dapat mengantar langkah kaki perempuan Indonesia untuk lebih cepat meningkatkan potensinya dan mencapai ketahanan ekonomi,” kata I Gusti Ayu Bintang.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Angela Tanoesoedibjo, perempuan sangat penting bagi perkembangan ekonomi nasional.

Ia juga menguraikan data, “Lebih dari 64% UMKM di Indonesia dikelola oleh perempuan dengan proyeksi kontribusi senilai US$ 135 miliar pada tahun 2025. Sangat besar, namun masih banyak tantangan tersendiri bagi para pelaku usaha perempuan, khususnya dari akses permodalan. Hanya 2,3% startup yang dipimpin oleh perempuan yang mendapatkan pendanaan. Oleh karenanya, sudah tepat sekali langkah program AKSI Perempuan pada hari ini, yang menunjukkan keberpihakan terhadap perempuan dengan peningkatan kapasitas dan kualitas. Hal ini sangatlah diperlukan, terutama dalam mempersiapkan pelaku usaha menghadapi era digitalisasi yang semakin terakselerasi oleh pandemi Covid-19,” ungkapnya.

Sementara itu Co-Founder & Chief Executive Officer Tjufoo, TJ Tham, menerangkan perempuan masih membutuhkan dukungan untuk menghadapi sejumlah tantangan dalam menjalankan bisnis. Berdasarkan hasil studi Smeru Research Institute, 82.3% UMKM milik perempuan mengeluhkan kekurangan modal sebagai hambatan di masa pandemi di tengah penjualan yang turun dan biaya produksi yang meningkat.

Ia juga mengungkapkan ada dua tantangan utama yang mereka hadapi adalah strategi bisnis yang perlu diubah (80.4%) dan operational cash flow yang terganggu (79.4%) .

“Untuk itu, Tjufoo dan Stellar Women menghadirkan AKSI Perempuan sebagai wujud kepedulian dan upaya mendorong kesetaraan peluang dan kesempatan bagi womenpreneur dalam memperkuat fundamental bisnis mereka, membentuk skalabilitas yang jelas untuk mengukur peluang pasar, menentukan tujuan untuk proses identifikasi merek mereka, dan juga merancang strategi bisnis yang kuat untuk menjawab berbagai tantangan,” tutup TJ.

Lainnya Dari Telegraf