Telegraf – Dari Kampung Cirumput, Pandeglang, Banten, lahir sebuah inisiatif yang berpotensi menjadi model baru pembangunan pertanian nasional. Sekelompok petani hortikultura mendirikan Koperasi Bangun Tani Makmur, dengan dukungan Agriterra—organisasi internasional yang fokus memperkuat koperasi petani di negara berkembang.
Meski baru berdiri dengan 23 anggota, koperasi ini diproyeksikan bisa menjangkau lebih dari 500 petani hortikultura di wilayah tersebut. Keunikan koperasi ini terletak pada model kolaborasi yang melibatkan petani, koperasi, dan perusahaan swasta yang selama ini menjadi mitra pemasaran hasil panen.
Model Kemitraan Baru untuk Petani
Perusahaan mitra tidak hanya membeli hasil panen, tetapi juga memberikan modal awal untuk memperkuat koperasi. Hal ini dianggap sebagai format kemitraan yang bisa menjadi contoh di banyak daerah.
“Model koperasi seperti ini bisa jadi inspirasi untuk perusahaan-perusahaan yang punya komitmen terhadap pemberdayaan petani. Melalui koperasi, mereka tidak hanya membantu petani secara individu, tetapi juga memperkuat kelembagaan ekonomi desa,” jelas Aditya Mirzapahlevi Saptadjaja, Cooperative Advisor Agriterra.
Manfaat Nyata untuk Petani
Ketua Koperasi Bangun Tani Makmur, Dadang, menuturkan bahwa koperasi memberikan manfaat langsung bagi anggota, baik dari sisi biaya produksi maupun pemasaran.
“Dengan koperasi, biaya saprotan jadi lebih murah karena dibeli secara kolektif. Petani juga bisa mendapat pinjaman produktif dengan skema yang adil, tidak lagi bergantung pada pinjaman berbunga tinggi,” kata Dadang.
Selain itu, harga jual panen lebih baik karena dipasarkan melalui koperasi. Anggota juga berhak atas sisa hasil usaha (SHU) setiap tahun, yang menambah pendapatan dan memperkuat kemandirian finansial mereka.
Agriterra Fokus Kembangkan Hortikultura
Agriterra menilai sektor hortikultura sebagai salah satu kunci masa depan pertanian Indonesia. Pasarnya besar, siklus tanam cepat, dan nilai ekonominya tinggi.
“Hortikultura adalah sektor strategis. Tapi kelemahan kita ada di kelembagaan. Koperasi menjadi jawabannya—dari produksi, pembiayaan, hingga pemasaran bisa dikelola secara terintegrasi,” tambah Aditya.
Hingga kini, Agriterra telah mendampingi lebih dari 30 koperasi petani dan nelayan di Indonesia, dengan total mobilisasi pembiayaan lebih dari Rp 500 miliar. Kontribusi ekspor koperasi binaannya bahkan mencapai lebih dari USD 3 juta.
Ke depan, Koperasi Bangun Tani Makmur akan memperluas anggota dan memperkuat tata kelola agar dapat menjadi role model koperasi hortikultura berkelanjutan di Indonesia.
“Petani hortikultura menghadapi banyak risiko, dari fluktuasi harga sampai gagal panen. Dengan koperasi, risiko ini bisa ditanggung bersama. Petani tidak lagi berjalan sendiri,” kata Aditya menegaskan.
Dari Kampung Cirumput, sebuah benih perubahan pertanian ditanam. Model koperasi kolaboratif ini diyakini bisa menjadi inspirasi bagi pembangunan ekonomi petani di berbagai daerah Indonesia.