Telegraf – Transisi energi menjadi energi terbarukan adalah salah satu target untuk mencapai Net Zero Emission pada 2060. Indonesia terus melakukan transisi energi dengan mengembangkan sumber-sumber potensial Energi Baru Terbarukan (EBT).
Untuk mencapai hal tersebut sejumlah hal perlu dilakukan oleh Indonesia, seperti saat ini Indonesia tengah menjalankan pilar-pilar utama pathway Transisi Energi yakni pemanfaatan EBT, praktik rendah karbon, elektrifikasi, efisiensi energi, penggunaan CCS/CCCUS untuk diimplementasikan pada ekstraksi batu bara, minyak, dan gas, serta pada PLTU.
“Dulu kita mencoba sumber energi dari tenaga angin tapi kita belum berhasil. Kita terus mencoba sumber EBT yang lain, karena jika melakukan transisi energi dengan mengandalkan satu sumber EBT tentu tidak bisa,” ungkap Sekjen Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana dalam Dikusi Publik bertajuk ”Diskografi Ekonomi Vol.01: Menuju Transisi Energi Berkelanjutan” di Graha Sawala, Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (6/3/2024).
Dadan menegaskan, Indonesia beruntung memiliki berbagai macam sumber potensi EBT. Indonesia memiliki potensi EBT besar, tersebar, dan beragam, untuk mendukung ketahanan energi nasional dan pencapaian target bauran EBT
Misalnya, potensi hidro tersebar di seluruh wilayah Indonesia, terutama di Kaltara, NAD, Sumbar, Sumut, dan Papua; Potensi Surya tersebar di seluruh wilayah Indonesia, terutama di NTT, Kalbar, dan Riau memiliki radiasi lebih tinggi; Potensi Angin (>6 m/s) terutama terdapat di NTT, Kalsel, Jabar, Sulsel, NAD dan Papua
Potensi lainnya, yakni Potensi Energi Laut tersebar di seluruh wilayah Indonesia, terutama Maluku, NTT, NTB dan Bali; Potensi Panas Bumi tersebar pada kawasan ring of fire, meliputi Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku.
Pakar Bioenergi Tatang Hernas Soerawidjaja mengatakan setiap daerah di Indonesia memiliki sumber energi potensial yang siap untuk diolah menjadi bahan bakar. Di setiap daerah, banyak pohon yang mengandung asam lemak tinggi.
“Dunia memandang transisi ke bioekonomi akan sangat mendukung tercapainya 11 dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Transisi energi tentunya menjadi pilihan demi tercapainya tujuan tersebut. Indonesia merupakan negara yang potensial untuk melakukan transisi energi, karena memiliki sumber energi nabati yang bisa dijadikan bahan bakar,” kata Tatang.
Tatang menambahkan, transisi ke arah bioekonomi dengan memanfaatkan keanekaragaman hayati tentunya sangat menguntungkan bagi Indonesia. Karena banyak tumbuhan di Indonesia yang potensial menghasilkan minyak maupun lemak.
“Di Indonesia ada banyak sekali pohon yang bijinya berminyak ataupun berlemak, dimana pohon yang ada di Indonesia ini parktis tidak ada di negara yang memiliki empat musim. Misalnya, kemiri, kelor, sawit, kelapa, karet, jarak, malapari dan yang lainnya,” kata Tatang.