Telegraf – Kepala Grup Direktur Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) M Ismail Riyadi menjelaskan bahwa Indonesia memiliki prospek pengembangan keuangan syariah yang bagus terutama di era transformasi digital saat ini.
Hal itu diungkapkan dalam kegiatan media workshop dengan tema Sinergi BCA Syariah dan Media Tingkatkan Literasi dan Inklusi perbankan Syariah di Sentul, Bogor, Jumat (27/10).
“Penguatan literasi keuangan syariah harus terus dilakukan melalui upaya yang kolaboratif dan komprehensif antar seluruh pemangku kepentingan. Upaya peningkatan tersebut perlu berkesinambungan dan mampu mengoptimalkan perkembangan teknologi digital sehingga dapat mempermudah dan memperluas akses keuangan syariah sebagai solusi utama bagi masyarakat.” jelas Mohammad Ismail Riyadi.
Ia menjelaskan berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi (SNLKI) yang dilaksanakan OJK di 2022, indeks literasi keuangan syariah baru mencapai 9,14 persen. Sementara, indeks inklusi keuangan syariah mencapai 12,12%. Adanya gap antara literasi dan inklusi keuangan menggambarkan bahwa masyarakat cenderung menggunakan produk atau layanan keuangan syariah meskipun belum terlalu memahami produk atau layanan itu sendiri.
“Terdapat gap yang sangat tinggi antara indeks keuangan nasional dengan keuangan syariah,” tuturnya.
Dikatakan, sebenarnya potensi keuangan syariah di Indonesia sangat besar, karena penduduknya yang beragama islam mencapai 237, 56 juta jiwa atau 86, 7 persen dari total penduduk Indonesia.
Selain itu Indonesia menjadi peringkat ke 4 sebagai negara eksportir produk halal ke negara negara dalam organisasi kerja sama Islam (OKI). Indonesia berpeluang menambah 5,1 miliar dolar AS atau Rp 72,9 triliun terhadap PDB dan industri halal.
Dipaparkan, sementara itu Indonesia menempati posisi 7 untuk total aset keuangan syariah di dunia. Adapun aset keuangan syariah hingga Juni 2023 mencapai Rp 2.450,55 triliun atau meningkat 13,7 persen.
Kondisi ini perlu menjadi perhatian pelaku usaha jasa keuangan syariah dan seluruh stakeholder untuk bersama-sama melakukan upaya penguatan literasi dan inklusi keuangan syariah nasional.
Dikesempatan yang sama residen Direktur BCA Syariah Yuli Melati Suryaningrum mengatakan, ”Kegiatan media workshop ini dilakukan dalam rangka mewujudkan komitmen BCA Syariah untuk turut mendorong peningkatan literasi keuangan syariah di tanah air. Bertepatan juga dengan Bulan Inklusi keuangan yang berlangsung selama bulan Oktober, acara ini merupakan salah satu kegiatan BCA Syariah dalam melakukan edukasi ke berbagai segmen masyarakat”.
BCA Syariah turut mendukung kegiatan Bulan Inklusi Keuangan 2023 yang dicanangkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan berbagai rangkaian kegiatan literasi dan inklusi. Sampai dengan September 2023, BCA Syariah telah melaksanakan tidak kurang dari 31 kegiatan edukasi keuangan syariah dengan jumlah peserta mencapai 6.500 dengan peserta yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, wartawan dan pelaku UMKM.
Pada kegiatan ini BCA Syariah turut bekerja sama dengan Jurnalis Ekonomi Syariah (JES), forum wartawan yang kesehariannya meliput kegiatan ekonomi syariah di masyarakat, antara lain perbankan syariah, asuransi syariah, multifinance syariah dan lain-lain. Topik yang disampaikan pada media workshop kali adalah cara membaca laporan keuangan perbankan syariah.
“Para jurnalis memiliki peran strategis di dalam meningkatkan literasi masyarakat tentang keuangan syariah. Salah satu tujuan dari workshop ini adalah meningkatkan kapabilitas wartawan untuk dapat membaca laporan keuangan sehingga dapat menghasilkan pemberitaan yang berkualitas dan akurat mengenai perbakan syariah,” kata Yuli.