Pandemi Civid-19 tidak hanya mempengaruhi kinerja di seluruh sektor baik internasional maupun nasional, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau (BBNI) misalkan, pertumbuhan semester pertama tahun 2020, masih menunjukan kinerja yang cukup baik bahkan melampaui perkiraan. Berbagai indikator menunjukan pertumbuhan seperti pertumbuhan aset yang mencapai 4.4 persen serta kredit tumbuh 5.0 persen.
Walaupun di tengah kontraksi perekonomian, pertumbuhan kredit BNI yang tumbuh 5.0 persen (Rp 576,78 triliun) pertumbuhan tersebut di topang oleh Kredit Korporasi Swasta yang tumbuh 12,6% yoy, dari Rp 174,3 triliun pada Semester Pertama Tahun 2019 menjadi Rp 196,32 triliun pada Semester Pertama Tahun 2020.
“Disusul kemudian oleh Kredit pada Korporasi BUMN yang tumbuh 6,1% yoy, dari Rp 111,04 triliun pada Semester Pertama Tahun 2019 menjadi Rp 117,8 triliun pada Semester Pertama Tahun 2020. Adapun Kredit Segmen Kecil dan Konsumer juga menunjukkan pertumbuhan, masing-masing sebesar 3,4% yoy dan 3,9% yoy,” ungkap Direktur Layanan dan Jaringan BNI Adi Sulistyowati dalam pres rilis, Selasa (18/8).
Sementara itu pertumbuhan kredit pada segmen kecil terutama berasal dari penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan kredit di bawah Rp 10 miliar, sedangkan kredit konsumer berasal dari mortgage dan payroll loan. Pertumbuhan tersebut di dukung karena kredit yang selektif dan terukur yang disertai dengan penurunan beban bunga yang signifikan sehingga menghasilkan pertumbuhan pendapatan bunga bersih (Net Interest Income) sebesar 1,0% yoy.
Lanjut Sulistyowati dari sisi pendapatan non bunga, BNI mencatat pertumbuhan sebesar 3,2% yoy, sehingga sampai dengan semester pertama, BNI berhasil membukukan laba bersih atau net profit sebesar Rp 4,46 triliun.
Untuk Aset, Sulistyowati mengungkapkan walaupun pertumbuhan masih di bawah semester tahun lalu, pertumbuhan sepester pertama tahun 2020 tercatat sebesar Rp 843,21 triliun masih menunjukan pertumbuhan yang cukup baik, pertumbuhan tersebut di dukung oleh dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh baik sebesar 11,3% yoy, dari Rp 595,07 triliun pada paruh pertama tahun 2019 menjadi Rp 662,38 triliun pada paruh pertama 2020, serta pertumbuhan DPK tersebut lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan DPK di industri per Juni 2020 yang tumbuh 7,9% yoy.
Pertumbuhan tersebut sejalan dengan program pemerintah dalam rangka pemulihan ekonomi nasional, sehingga ekspansi kredit didukung dengan kebijakan stimulus yang dikeluarkan oleh pemerintah, diantaranya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 70 tentang penempatan dana pemerintah di Bank Umum, serta PMK Nomor 71 dan 98 tentang Tata Cara Penjaminan Pemerintah kepada pelaku usaha dalam rangka pelaksanaan program pemulihan ekonomi nasional. (AK)
Credit Phooto : Ilustrasi/Istimewa