Telegraf, Jakarta – Di dunia peran, sosok dan karakter Dian Sastrowardoyo penuh talenta dan berkarakter kuat. Artis yang dipercaya sebagai Brand Ambassador Baygon, produk Sc Johnson ini selalu mendapat peran sebagai sosok wanita yang tangguh dalam kesempatan main film.
Terakhir saat dipercaya sebagai pemeran utama di Film “Kartini” garapan sutradara Hanung Bramantyo yang sampai hari ini masih terus beredar. Dian mampu menghidupkan sosok Kartini sebagai wanita yang amat peduli pada pendidikan dan berusaha menerobos batas-batas tradisi yang sudah berjalan turun temurun. Di film ini Dian juga jadi sosok wanita tangguh.
Ketangguhan sebagai sosok perempuan itulah yang ingin dijadikan inspirasi bagi wanita Indonesia. Oleh karena itu Sc Johnson perlu mengajak sedikitnya 500 guru perempuan se Jabodetabek untuk menonton bareng Film Kartini. Tujuannya, agar sosok Kartini yang tangguh bisa menjadi inspirasi bagi perempuan Indonesia.
Bahkan Sc Johnson juga mempertemuan para guru dengan bintang utama Film Kartini, Dian Sastrowardoyo. Kegiatan ini merupakan bagian dari Kampanye #ibutangguh yang sedang dilaksanakan oleh SC Johnson.
Sebagai Brand Ambassador Baygon, Dian berbagi pengalamannya menjadi “ibu muda” yang tangguh dalam mengasuh dan mendidik anaknya. Betapa tantangan ibu tangguh saat ini berbeda dengan masa lalu karena perlu ketegasan tersendiri untuk mendidik generasi kini menghadapi era penuh tantangan, dan menjadi tanggung jawab yang bertambah bagi ibu-ibu sekarang ini.
“Saya berdialog dan berkonsultasi terus dengan ibu saya yang tentunya berpengalaman mengasuh dan mendidik saya hingga saya seperti sampai sekarang ini, “ kata Dian Sastrowardoyo saat jumpa pers acara nonton bareng (nobar) Film “Kartini” bersama 500 guru yang diselenggarakan Sc Johnson di XXI Plaza Senayan, Jakarta, Jumat (5/5/2017).
Inspirasi apa yang Dian dapatkan ketika memerankan sosok Kartini. Dian mengaku memiliki pandangan bahwa Kartini memang adalah sosok yang tangguh.
“Ketika menerima peran sebagai Kartini, saya sudah membayangkan bahwa tidak akan mudah memainkan sosok kartini mengingat semua tentang kartini sudah banyak diketahui orang. Kartini adalah contoh sosok wanita tangguh yang hidup di jaman yang masih sangat dikuasai kaum laki laki namun ia berani membuat terobosan, agar wanita tidak melulu menjadi serba penurut. Tapi dengan argumentasi kecerdasan, dia bisa membuka belengggu yang selama ini ditabukan,” kata Dian.
“Kalau ditanya seperti apa ibu tangguh itu, saya sendiri mungkin kesulitan menjawabnya. Karena saya merasa apa yang saya lakukan sekarang ini menjalani dua peran yang berbeda yakni sebagai ibu rumah tangga dan sebagai professional pemain film butuh ketangguhan tersendiri,” tambah Dian dengan mimik yang serius.
Lebih lanjut, Dian menerangkan, “Tentu tantangan ibu saya mengasuh saya berbeda dengan tantangan saya mengasuh anak saya. Jaman sudah berubah, tapi pada intinya sama, dibutuhkan kesabaran, ketekunan dan kasih sayang.”
Dian menceritakan kesulitan perannya sebagai Kartini dalam film “Kartini” karena kisah tentang perempuan Jawa di masa Kartini masih ketat dengan berbagai aturan, bahkan sampai cara berjalannya.
“Bisa dibilang sangat mengekang dengan memakai kain kebaya dan lilitan stagen, dan kebiasaan tatacara adat ini dimulai sejak masih di Jakarta pada masa persiapan syuting. Supaya mudah berbaur dengan skenario keseharian lingkungan sehari-hari orang Jawa di masa itu,” ungkapnya.
Bagi Sc Johnson sendiri film RA Kartini sangat pas dengan kampanye perusahaan yang didirikan lebih dari 100 tahun yang lalu di Racine, Wisconsin, Amerika Serikat ini.
Sinopsis Film “Kartini”
Kisah nyata perjuangan Kartini (Dian Sastrowardoyo), pahlawan wanita paling populer di Indonesia. Di awal tahun 1900, Indonesia masih dijajah oleh Belanda, dan Pulau Jawa dipimpin oleh para ningrat dengan pengawasan dari pemerintah Belanda.
Saat itu hanya ningrat yang boleh bersekolah dan mendapat pendidikan. Wanita tidak diperbolehkan memperoleh pendidikan yang tinggi. Wanita Jawa pada saat ini hanya ada satu tujuan hidup, menjadi istri seorang pria.
Kartini tumbuh dengan melihat langsung bagaimana ibu kandungnya, Ngasirah (Christine Hakim) menjadi orang terbuang di rumahnya sendiri, dianggap pembantu hanya karena tidak mempunyai darah ningrat.
Ayahnya, Raden Sosroningrat (Deddy Sutomo), yang mencintai Kartini dan keluarganya juga tidak berdaya melawan tradisi. Kartini berjuang sepanjang hidupnya untuk memperjuangkan kesetaraan hak bagi semua orang, dan hak pendidikan bagi semua orang, terutama untuk perempuan.
Bersama kedua saudarinya, Roekmini (Acha Septriasa) dan Kardinah (Ayushita Nugraha), Kartini membuat sekolah untuk kaum miskin dan menciptakan lapangan kerja untuk rakyat di Jepara dan sekitarnya. (Edi Winarto)