Prioritas Foundation DiCaprio Atasi Masalah Lingkungan di Indonesia

Oleh : Atti K.

Telegraf, Jakarta – Miss Earth 2016 Luisa Andrea berharap kontroversi kampanye actor ternama Hollywood Leonardo DiCaprio mengenai Taman Nasional Gunung Leuseur (TNGL) tidak berdampak terhadap kampanye isu lingkungan secara keseluruhan. Visi misi DiCaprio sudah pas dengan upaya mengatasi berbagai masalah lingkungan di dunia. “Visi Misi DiCaprio foundation (yakni) prioritas pada penyelamatan lingkungan. Kalau celebrities lain, misalkan fokus pada lansia (lanjut usia), perlindungan orangutan. Kalau penyelamatan lingkungan sebetulnya mencakup semuanya termasuk  (manusia) lansia, orangutan dan lain sebagainya,” Andrea mengatakan kepada Telegraf

Di balik kunjungan DiCaprio ke TNGL di Sumatera Utara dan Aceh beberapa bulan yang lalu, dia sempat terancam deportasi. DiCaprio bersama actor lain Hollywood Adrien Brody mengunjungi habitat Gajah Sumatera. Jenis hewan yang semakin langka, terancam punah. Setelah kunjungannya, DiCaprio melanjutkan ke TNGL untuk melihat langsung kondisi orangutan. Ia terpukau pada spesies dan keindahan TNGL. Di balik itu, ia mengaku kecewa akan kerusakan ekosistem dan habitat di sana. “Kontroversinya di luar kapasitas saya sebagai Miss Earth. Tetapi saya melihat masalah lingkungan sudah kronis. Kalau kita bisa action, mulai dari kita sendiri di tengah keseharian, jauh lebih baik.”

The International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN)menyatakan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) sebagai salah satu “tempat tak tergantikan” di dunia dan menjadi bagian Hutan Hujan Tropis Sumatera yang ditetapkan menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO pada 2004. Namun, Sejak tahun 2011, TNGL (Taman NasionalGunung Leuser) sudah masuk dalam The List of World Heritage in Danger. “UNESCO akan mengevaluasi pada tahun 2017 apakah ada usaha yang cukup baik dari Pemerintah Indonesia menanggulangi kerusakan yang terjadi. Hasil (evaluasi) bukan hanya untuk kepentingan masyarakat Aceh, tetapi keseluruhan masyarakat Indonesia, kepentingan nasional kita,” kata penggiat lingkungan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh, TM Zulfikar kepada Telegraf beberapa waktu yang lalu.

Terkait kegiatan advokasi Walhi tersebut, Miss Earth juga support. Bahkan hal tersebut bisa menjadi bagian dari proses pembelajaran masalah lingkungan hidup. Sehingga untuk pemilihan Miss Earth tahun selanjutnya, ada penggemblengan terkait dengan pengetahuan peserta. “Kalau informasi minim, termasuk isu Walhi, Taman Nasional Gunung Leuser, kualitas Miss Earth bisa diragukan. Panitia akan melihat sampai sejauh mana kemauan (peserta) belajar, menggali informasi terkait dengan penyelamatan lingkungan hidup.”

Walhi sempat mereferensikan UU No. 11/2006, dimana Pemerintah Pusat memberikan wewenang pengelolaan KEL kepada Pemerintah Aceh dalam bentuk perlindungan, pengamanan, pelestarian, pemulihan fungsi kawasan, dan pemanfaatan secara lestari; Dua tahun kemudian, Pemerintah dengan PP No. 26/2008 tentang RTRW Nasional menetapkan KEL sebagai Kawasan StrategisNasional. Meskipun memiliki legitimasi yang kuat dari pemerintah pusat, kini KEL dalam kondisi amat terancam akibat Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh (RTRWA) Tahun 2013 – 2033 sebagaimana diatur dalam Qanun Aceh Nomor 19 Tahun 2013 yang tidak mengakomodir Ruang dan Wilayah KEL, sehingga sebagian besar KEL akan terbuka untuk Konsesi Usaha Budidaya.

Terkait dengan action yang lebih riil di lapangan, Miss Earth Indonesia berkampanye melalui social media (sosmed). Secara simultan, Miss Earth mengadakan pertemuan dengan beberapa komunitas, stakeholders nya penanganan masalah lingkungan di Indonesia. Hashtag “Saving the Earth Through Eco Lifestyle” juga bisa mengajak para stakeholders bertindak riil. “Penggunaan public transport, sebaliknya mengurangi kendaraan pribadi sudah dilakukan pada keluarga saya di Semarang dan Jakarta. Kami juga punya misi yang mencakup lima actiontermasuk sanitasi, permukiman kumuh, save animal, bebas sampah, eco tourism.” (S.Liu)


Lainnya Dari Telegraf