PA GMNI: Menjawab Tantangan Budaya Butuh Kepribadian Bangsa Yang Kokoh

Oleh : Fajri Setiawan
Dua seniman membawakan Tari Legong Prabu China dalam pagelaran tari klasik Bali di Pesta Kesenian Bali ke-41, Denpasar, Bali, Kamis (27/6/2019). Tari tersebut merupakan bagian dari Tari Legong Keraton yaitu salah satu dari sembilan tari Bali yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia tak benda oleh UNESCO. ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana

Telegraf – Jelang acara pra Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI), Panitia Nasional Kongres kembali akan menggelar webinar bertema “Tantangan dan Strategi Kebudayaan dalam Memperkokoh Kepribadian Bangsa” pada Kamis, 22 April 2021.

Ketua Panitia Nasional Kongres IV PA GMNI Karyono Wibowo, mengatakan webinar ihwal kebudayaan ini merupakan webinar seri kedua dan merupakan rangkaian kegiatan Pra Kongres IV PA GMNI yang akan berlangsung di Bandung, Jawa Barat pada 19-21 Juni 2021 dengan tema “Nasionalisme Menjawab Tantangan Zaman.”

“Topik diskusi ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan atas kondisi kehidupan bangsa saat ini. Yakni memudarnya kepribadian bangsa yang secara perlahan telah menggerus kebudayaan nasional,” kata Karyono, Kamis (22/04/2021).

Sementara itu, Bambang Barata Aji, Koordinator Pokja Sosial Budaya dalam kepanitiaan Kongres IV PA GMNI mengatakan, lunturnya budaya Nusantara ini menimbulkan hambatan dalam upaya menegakkan nasionalisme dalam menjawab tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Karenanya, tantangan yang bersifat eksternal maupun internal itu menjadi penting untuk disikapi. Antisipasi terhadap tantangan di bidang budaya ini mesti dilakukan karena bila terlambat risikonya adalah kehancuran,” katanya.

Ia menyebutkan, dalam perspektif Founding Fathers Bung Karno, tantangan dianalogikan sebagai gemblengan atau tempaan. Bangsa Indonesia dalam perspektif Bung Karno adalah bangsa gemblengan, adalah bangsa bermental banteng yang harus siap hancur lebur bangkit kembali dalam menghadapi tantangan yang ada.

“Tantangan nasionalisme Indonesia dalam bidang kebudayaan tidak berdiri sendiri, melainkan selalu terkait dengan perjuangan mewujudkan tujuan bernegara sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia 1945,” jelasnya.

Menurut Aji, akar budaya yang menjadi identitas bangsa yang telah tumbuh ribuan tahun perlu dirawat dan ditumbuhkembangkan di tengah gempuran budaya luar.

“Prinsip Tri Sakti Bung Karno (kepribadian dalam kebudayaan), perlu dikedepankan dalam kehidupan bernegara,” ujarnya.

Menurut dia, hal tersebut penting karena ukuran budaya adalah juga etika selain estetika. Lebih jauh dia menjelaskan, pandangan kebudayaan Indonesia mengandung unsur keterbukaan. Nasionalisme budaya Indonesia bukan nasionalisme sempit, tetapi nasionalisme yang berpikir terbuka dan berpandangan dunia namun kuat dalam kepribadian nasionalnya.

Bung Karno pernah menyampaikan ‘Kami nasionalis, kami cinta kepada bangsa kami dan kepada semua bangsa’. Dalam konteks ini menjadi penting memikirkan kembali nasionalisme kebudayaan nasional, juga bagaimana bentuk baru perjuangan kebudayaan nasional (shape and reshaping-think and rethinking).

“Momen ini dapat memetakan tantangan kebudayaan Indonesia. Baik berupa tantangan: ideologis (efek dasar yang menghancurkan), strategis (efek menengah dan panjang yang mengganggu kepentingan nasional) dan tantangan taktis (kontemporer) yang sifatnya masih bisa dimanfaatkan namun tetap kritis seperti ekses perkembangan teknologi informasi, era disrupsi, budaya pop, dan sebagainya,” pungkasnya.

Beberapa narasumber yang dijadwalkan akan tampil, antara lain adalah Prof Ibnu Maryanto peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (alumnus GMNI Unsoed Purwokerto), Dr Y Argo Twikromo akademisi Unika Atma Jaya Yogyakarta (alumnus GMNI Antropologi UGM), Erros Djarot budayawan (anggota Dewan Pakar DPP PA GMNI).

Kemudian Prof Wiendu Nuryanti Wakil Menteri Pendidikan RI 2011– 2014, Wayan Sudarmadja Penyantun Rumah Budaya Bedahulu Ubud Bali (alumnus GMNI UGM), Dr Hilmar Farid Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI serta Dr Soetanto Soepiadhy ahli hukum Tata Negara.

Ikut Acara

Bagi yang berminat mengikuti webinar panitia mempersilahkan untuk mendaftar pada link registrasi http://bit.ly/PAGMNIWebinar03 Kegiatan akan disiarkan lewat streaming di kanal Youtube TV Desa, informasi terkait bisa juga didapatkan lewat Web: infokongres.com



Photo Credit: Dua seniman membawakan Tari Legong Prabu China dalam pagelaran tari klasik Bali di Pesta Kesenian Bali ke-41, Denpasar, Bali, Kamis (27/6/2019). Tari tersebut merupakan bagian dari Tari Legong Keraton yaitu salah satu dari sembilan tari Bali yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia tak benda oleh UNESCO. ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana

 

Lainnya Dari Telegraf