Telegraf, Amerika – Penobatan Bob Dylan sebagai peraih Nobel Sastra 2016 sebenarnya tidaklah begitu mengejutkan, jika melihat kembali jejak karyanya yang membuat lirik lagu puitis selama hampir lima dekade.
Mengutip BBC News, pria berusia 75 tahun itu menerima penghargaan karena kemampuannya menciptakan bentuk ekspresi baru dalam tradisi lagu-lagu Amerika.
Dylan menjadi musisi asal Amerika Serikat yang meraih Nobel Sastra setelah novelis Toni Morrison pada 1993. Lirik lagunya yang cukup populer, antara lain Blowin’ in the Wind danThe Times They are A-Changin‘.
Sara Danius, Sekretaris Swedish Academy mengatakan Dylan dipilih karena ia ‘penulis hebat dalam tradisi menulis syair’. Menurutnya, lebih dari 54 tahun, Dylan terus menerus secara konstan membuat kreasi baru.
Dylan, yang namanya berasal dari nama penyair Dylan Thomas, telah lama menjadi calon peraih Nobel, akan tetapi tidak pernah menjadi unggulan.
Penyair Sir Andrew Motion sebelumnya pernah memuji Dyan dengan mengatakan, lirik lagu yang ditulisnya ‘seperti sajak’. “Kata-kata yang ditulisnya berima dan disusun dengan baik,” ujarnya pada BBC.
Antara musik dan syair
Sebagai musisi, Dylan telah menjual 100 juta kopi rekaman. Hal itu menjadikannya sebagai salah satu artis yang paling banyak menjual karyanya di dunia. Ia pernah menerima berbagai penghargaan, termasuk Grammy Awards, Golden Globe Award, dan Academy Award.
Lirik-lirik yang ditulisnya menyatukan berbagai pengaruh, seperti politik, sosial, filosofi, dan literatur. Lirik-lirik tersebut dituangkannya ke dalam lagu yang dimuat pada 35 album studio, sepuluh album live, dan delapan seri bootleg.
Selain itu, sejak 1994, ia telah menerbitkan enam buku yang berisi gambar dan lukisan karyanya. Karya-karya tersebut pernah dipamerkan di galeri seni besar.
Sebagai penulis, Dylan pernah menerbitkan buku berjudul Tarantula pada 1971. Buku ini berisi puisi prosa eksperimental koleksi Dylan yang ditulisnya pada 1965 dan 1966, dengan gaya penulisan yang dipengaruhi Jack Kerouac, William S Burroughs, dan Allen Ginsberg.
Dylan pernah mengatakan bahwa ‘Tarantula’ bukan merupakan buku yang sepenuhnya ingin ia tulis. “Banyak hal yang berjalan liar pada saat itu. Saya tidak pernah berniat untuk menulis buku,” katanya dalam sebuah wawancara dengan media Italia pada 2001 silam.
Pada 2003, majalah Spin menulis artikel berjudul “Top Five Unintelligible Sentences from Books Written by Rock Stars”. Dalam artikel tersebut, Dylan berada pada posisi teratas dengan bukunya ‘Tarantula’.
Pada awal abad 21, ‘Tarantula’ dirilis kembali dengan bahasa Inggris, yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis, Spanyol, Portugis, Kroasia, dan Republik Ceko.
Pada Mei 2012, Dylan menerima Presidential Medal of Freedom dari Presiden Amerika Serikat Barack Obama. (red/ist)
Foto : Bob Dylan pada saat performs di Hollywood. | Christopher Polk/Getty Images