Telerasi
IIGCE 2023: Menciptakan Masa Depan yang Berkelanjutan dengan Mengoptimalkan Sumber Daya Geothermal

Telegraf – Asosiasi Panasbumi Indonesia (API) bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan & Konservasi Energi (EBTKE) dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kembali menggelar acara tahunan di industri panas bumi, The 9th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2023.
Acara ini merupakan kesempatan bagi para profesional dan pelaku industri untuk berkumpul, berdiskusi, dan berbagi pengetahuan mengenai pengoptimalan sumber daya panas bumi di Indonesia yang belum sepenuhnya dimanfaatkan.
Tema yang diangkat pada IIGCE tahun ini adalah “A Call for Geothermal Resources Optimization”, yang mengajak berbagai pihak untuk memfokuskan kembali pada pengoptimalan sumber daya panas bumi di Indonesia.
Melalui IIGCE, API berkomitmen untuk memainkan peran aktif dalam pengembangan sektor panas bumi di Indonesia serta terus bekerja sama dengan pemangku kepentingan untuk pengembangan proyek panas bumi, berbagi praktik terbaik, dan kebijakan yang mendukung pengoptimalan sumber daya panas bumi di Indonesia.
Dalam sambutan Ketua Pelaksana The 9th IIGCE 2023, Dion Murdiono, disampaikan bahwa acara ini dapat dijadikan momentum untuk memfokuskan kembali pada pengoptimalan panas bumi di Indonesia.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan meningkatkan kemandirian energi. Acara ini juga bersamaan dengan Pertemuan Ilmiah Tahunan API yang ke-23 sehingga para profesional dapat berpartisipasi dalam technical paper presentation, workshop, dan field trip ke lapangan pembangkit panas bumi di Salak atau Sarulla Geothermal Power Plant.
Dalam kesempatan ini, Ketua Umum API, Prijandaru Effendi menyampaikan bahwa inisiatif untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya panas bumi harus dilakukan sedini mungkin, untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang potensi energi panas bumi di Indonesia serta bagaimana kita dapat mengoptimalkan sumber daya ini untuk memenuhi kebutuhan energi yang berkualitas tinggi dan berkelanjutan.
Melalui IIGCE, diharapkan dapat memperkuat komitmen Indonesia dalam pengembangan panas bumi, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan di sektor panas bumi, meningkatkan investasi, dan memperkuat jaringan bisnis dan hubungan internasional.
The 9th IIGCE 2023 akan menjadi wadah bagi para akademisi dan profesional untuk membahas isu sosial, keekonomian, dan teknologi di bidang panas bumi. Terdapat kegiatan workshop yang akan menghadirkan instruktur yang berkompeten dalam bidang perkembangan teknologi panas bumi.
Telerasi
Lebih dari 800 Karya Warnai Perayaan 3 Tahun MOOC Pintar: Kreativitas yang Layak Diapresiasi

TANGERANG SELATAN, TELEGRAF.CO.ID — Tidak mudah memilih dari ratusan karya yang membanjiri ajang review lomba dalam rangka ulang tahun ke-3 MOOC Pintar bertajuk “3 Tahun Pintar Berdampak”. Acara yang digelar pada 10 Juli 2025 ini mencatat partisipasi luar biasa dengan total lebih dari 800 karya yang terdiri dari 292 poster, 59 video, 132 abstrak untuk conference, dan 499 tulisan feature.
Proses kurasi dan penilaian dilakukan secara ketat oleh tim reviewer yang terdiri dari para praktisi, widyaiswara dan akademisi dari berbagai bidang. Salah satunya adalah Abdul Malik MSN, Co-Founder Asosiasi Konten Kreator Desa Indonesia (AKDI), yang turut menjadi reviewer untuk kategori poster.
“95% hasil poster tidak ada yang kurang—semuanya bagus. Walaupun sebagian dibantu dengan AI, karya-karya ini tetap merupakan hasil imajinasi orisinal peserta. Ada yang membuat secara manual, ada yang menggunakan aplikasi pihak ketiga, bahkan ada yang merancang dengan prompt AI yang sepenuhnya lahir dari pikiran mereka sendiri,” ungkap Malik. “Tidak mudah memilih yang terbaik, karena yang terbaik belum tentu benar, dan yang benar belum tentu baik dari sudut pandang reviewer yang lain.”
Kepala Pusbangkom SDM – Kementerian Agama, Dr. H. Mastuki, M.Ag., menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas antusiasme peserta dan kontribusi para reviewer. “Apa yang dilakukan oleh peserta lomba MOOC Pintar ini membuktikan bahwa semangat pembelajaran digital dan inovasi konten sudah menjadi bagian dari ekosistem kita. Ini bukan hanya lomba, ini adalah ruang apresiasi dan panggung ekspresi yang membentuk masa depan pendidikan digital di Indonesia,” ujarnya.

Senada dengan itu, Kepala Bagian Tata Usaha Pusbangkom, Muhtadin, S.Ag., M.Si., menambahkan, “Kami melihat ada gelombang semangat yang luar biasa dari berbagai kalangan, mulai dari guru, dosen, hingga ASN muda. Karya-karya ini adalah bukti nyata bahwa MOOC Pintar telah menjadi ruang tumbuh bersama. Kami berharap kompetisi ini tidak hanya menjadi seremoni tahunan, tapi juga ekosistem yang terus hidup dan berkembang.”
Lebih dari sekadar ajang kompetisi, perayaan ulang tahun ke-3 MOOC Pintar menjadi tonggak penting dalam memotret semangat dan kemampuan digital para peserta dari berbagai latar belakang. Kreativitas, kolaborasi, dan adaptasi terhadap teknologi tampak nyata dalam setiap karya yang disuguhkan.
Karya hebat tidak selalu lahir dari alat yang canggih, tapi dari imajinasi yang jujur dan niat yang tulus. Di era digital seperti sekarang, inovasi bukan lagi milik segelintir orang, melainkan hak dan peluang semua pembelajar. MOOC Pintar telah membuktikan bahwa ketika ruang diciptakan, semangat belajar akan menemukan jalannya sendiri. Mari terus menyalakan semangat, karena belajar tak pernah usang, dan berdampak tak pernah selesai.(rilis/dp)
Telerasi
Ribuan Pelajar Depok Siap Menulis untuk Masa Depan Kota, Yuk Hadiri dan Dukung Aksi Literasi yang Menginspirasi Ini!

TELEGRAF.CO.ID – Dalam upaya mendorong tumbuhnya budaya literasi yang membumi serta meningkatkan kesadaran sosial generasi muda terhadap masa depan kotanya.
Sekolah Amal Mulia akan menggelar kegiatan bertajuk “Gerakan Literasi Menulis: 1000 Harapan untuk Kota Depok” pada Jumat, 25 April 2025, mulai pukul 07.00 hingga 09.30 WIB di area sekolah.
Kegiatan ini mengajak ribuan pelajar dari berbagai jenjang untuk menulis harapan, impian, dan aspirasi mereka untuk Kota Depok.
Melalui tulisan, mereka diajak untuk menyampaikan pandangan mereka tentang kota tempat tinggalnya—dari soal lingkungan, pendidikan, hingga masa depan sosial yang lebih baik.
Gerakan ini sekaligus menjadi ruang edukatif yang mendekatkan literasi dengan isu-isu kemasyarakatan.
Kepala Sekolah Amal Mulia menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah salah satu cara sekolah menghadirkan pendidikan yang lebih relevan dan berdampak.
“Anak-anak kita bukan sekadar belajar teori di kelas.
Mereka adalah bagian dari masyarakat yang suaranya layak didengar.
Melalui tulisan, mereka bisa mengartikulasikan ide-ide besar mereka untuk kota yang lebih baik,” ujarnya.
Yang membuat acara ini semakin istimewa, Wali Kota Depok, Supian Suri, dijadwalkan hadir untuk memberikan sambutan dan menyapa langsung para pelajar.
Turut hadir juga sejumlah tokoh pendidikan dan pegiat literasi Kota Depok yang akan memberi motivasi agar para siswa semakin berani bermimpi dan terus menulis.
Semua tulisan yang dihasilkan dalam kegiatan ini akan dikumpulkan, dikurasi, dan direncanakan untuk dipamerkan sebagai bagian dari dokumentasi aspiratif generasi muda.
Pameran ini diharapkan menjadi inspirasi bagi warga dan pemangku kebijakan untuk lebih mendengarkan aspirasi anak muda sebagai aset penting pembangunan kota.
Kegiatan ini juga terbuka untuk dukungan publik, terutama para orang tua, komunitas pendidikan, dan warga Depok yang ingin ikut menyemangati generasi muda dalam gerakan literasi ini.
Informasi Kegiatan
📅 Tanggal: Jumat, 25 April 2025
🕖 Waktu: 07.00 – 09.30 WIB
📍 Tempat: Sekolah Amal Mulia, Depok
Tentang Sekolah Amal Mulia
Sekolah Amal Mulia merupakan institusi pendidikan yang berfokus pada pengembangan karakter, kepedulian sosial, dan literasi berbasis nilai.
Melalui berbagai program dan kegiatan, sekolah ini berupaya membentuk pelajar yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki empati dan kontribusi nyata bagi masyarakat.
Telerasi
Bagi Saham BUMN Untuk Rakyat Agar Tidak Merusak Lingkungan Hidup

Belum lama ini, lembaga Forest and Finance, sebuah koalisi lembaga riset dan organisasi penyelamat lingkungan merilis laporan tentang peranan bank dalam pembiayaan terhadap perusahaan perkebunan monokultur dan tambang yang menyebabkan kehancuran lingkungan hidup seperti perusakan hutan, pelenyapan keragaman hayati serta ekosistem lingkungan hidup secara keseluruhan.
Laporan dengan judul ” Bank on Biodersity Collapse ” itu diantaranya melaporkan besaran dukungan pembiayaan investasi beberapa Bank BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Bahkan posisi bank bank BUMN tersebut masuk dalam urutan 10 teratas di Asia Tenggara. Sebut misalnya Bank Mandiri sebagai yang teratas, kemudian ada Bank BNI dan Bank BRI.
Menurut laporan tersebut, dari sejak 2018 hingga Juni 2024, bank MANDIRI telah meyalurkan kredit untuk perusahaan perusak lingkungan sebesar US $ 5,6 milyard, Bank BRI sebesar US $ 5,1 milyard Bank BNI sebesar US $ 3,8 milyard.
Tindakan bank bank BUMN tersebut jelas telah melanggar Konstitusi. Misi bank BUMN yang seharusnya menjalankan fungsi sebagai peningkatan kemakmuran rakyat telah melenceng. Bank bank ini menguntungkan perusahaan milik konglomerat kapitalis dan menjadi pendukung utama kerusakan lingkungan dan tentu masalah kemanusiaan di daerah tambang dan perkebunan.
Perlu Didemokratisasi
Pelencengan serius fungsi bank bank BUMN ini tentu harus segera dikembalikan fungsinya. Kalau tidak maka akan justru merusak lingkungan dan kehidupan masyarakat. Masyarakat Indonesia sebagai pemilik syah BUMN mustinya harus melakukan aksi untuk menghentikan kebijakan ini.
Tak hanya itu, selama ini bank bank BUMN itu harusnya dilakukan demokratisasi dengan cara dibagi sahamnya ke rakyat Indonesia agar dapat dikontrol langsung oleh rakyat.
Hal ini penting supaya kebijakan yang merusak kepentingan masyarakat dan lingkungan tersebut tidak terjadi.
Bank BUMN itu semestinya menurut Konstitusi adalah masih syah milik rakyat. Sebab menurut UUD 1945 pasal 1 ayat 2 itu jelas, kekuasaan ( kedaulatan) negara itu ada di tangan rakyat. Bukan di tangan Presiden apalagi menteri. Apalagi secara gamblang dan tegas disebut di Pasal 33 UUD 1945 bahwa sistem ekonomi kita itu adalah demokrasi ekonomi. Sistem ekonomi yang letakkan kekuasaan atas sumber ekonomi di tangan rakyat.
Selama ini kuasa rakyat Indonesia atas seluruh BUMN dan termasuk Bank bank BUMN itu telah disabotase kekuasaanya oleh Pemerintah ( Presiden cq. Menteri BUMN). Rakyat selama ini hanya diberikan status ” kepemilikan seakan akan”. Sehingga saatnya untuk kita tuntut dilakukan demokratisasi terhadap BUMN dengan membagi saham kepada rakyat. Aksiomanya jelas, apa yang tidak kita miliki itu tak dapat kita kendalikan.
Nilai asset BUMN saat ini sebesar kurang lebih 10.300 trilyun rupiah. Dan jika tidak kita segera demokratisasi maka akan sangat mungkin segera lenyap beralih kentangan elit kaya melalui upaya pendilusian saham dan bahkan dibuat skenario kolaps.
Selama ini pemerintah, dengan melanggar Konstitusi telah lakukan pelanggaran serius dengan lakukan mekanisme penyerahan (imbreng) atas asset BUMN kepada perseroan. Ini harus kita hentikan.
Sudah saatnya rakyat Indonesia menyadari ini sebelum terlambat. Seluruh BUMN itu harus kita tuntut untuk didemokratisasi dan dibagi sahamnya ke seluruh rakyat Indonesia.
Telerasi
Batch # 6 Pelatihan Video Pembelajaran, Ditutup Kapus Fujiartanto

ENREKANG, INIDESA.ID – Para Gen Z, sebutan untuk muda mudi jaman sekarang, berkumpul di Balai Desa Patandonsalu, Kecamatan Maiwa, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, untuk mengikuti Pelatihan Peningkatan Kapasitas Tingkat Dasar Produksi Video Pembelajaran Tahun 2024 yang diselenggarakan oleh Kemendes PDTT. Acara ini merupakan program P3PD milik Kemendes PDTT komponen 2C.1 yang sudah berjalan empat tahun bekerjasama dengan pihak Bank Dunia. Di lokus ini diikuti dari perwakilan dua desa yang ditunjuk, yakni Desa Patandon Salu dan Desa Batu Mila yang merupakan rangkaian pelatihan tahun ini dan masuk di batch #6.
Acara yang berlangsung 17-22 September 2024 lalu ini dibuka oleh Muhammad Syukri, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kabupaten Enrekang. Di hari terakhir, ditutup oleh Fujiartanto, Kepala Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

Fujiartanto, saat memberikan sambutan dan menutup kegiatan pelatihan
Fuji, sapaan akrabnya, menegaskan dalam sambutannya, bahwa kegiatan ini tidak ada sama sekali mengandung misi politik. “ Ini murni kegiatan untuk meningkatkan keterampilan para generasi muda desa, melalui pelatihan produksi video pembelajaran. Bukan kumpul-kumpul untuk mendukung kegiatan di Pilkada nanti” tegasnya. Pernyataan Fuji disebabkan, adanya sebuah daerah yang menganggap kegiatan yang dilakukan oleh Kemendesa ini mengandung unsur politis. Sambutan juga disampaikan Asruddin Camat Maiwa yang sekaligus Pj Kepala Desa Patandon Salu. Asruddin berpesan kepada para peserta khususnya, untuk menerapkan ilmu yang sudah disampaikan oleh para Pelatih selama sepekan ini, yang nantinya harus di terapkan keberlanjutannya yang akan didukung oleh pemerintah desa.
Peserta dari desa kurang lebih ada 30 orang, yang terdiri dari masyarakat, perangkat desa, pendamping desa, serta kader digital yang ada di wilayah Kecamatan Maiwa.
Sedangkan para pelatih terdiri dari 4 (empat) orang, tiga diantaranya adalah Pelatih Daerah (Pelatda) yakni Asykar dan Andi Sahrir dari alumni Akademi Desa tahun 2023 asal Enrekang, Irawan Wisnu Kuncoro, alumni Akademi Desa tahun 2022 asal Boyolali, serta seorang Pelatih Nasional (Pelatnas) Abdul Malik MSN, seorang Jurnalis kelahiran Temanggung, Jawa Tengah yang berdomisili di Jakarta.

Acara penutupan di Balai Desa Patandon Salu
Ada beberapa potensi yang ada di Kecamatan Maiwa yang rencananya akan di eksplor oleh para peserta yang dibagi menjadi beberapa kelompok, seperti Wisata Alam Laburangga Ilang. Tempat ini adalah kawasan sungai dengan bebatuan purba yang beberapa tahun terakhir ramai dikunjungi wisatawan lokal dan sudah pernah tayang di salahsatu program favorit siaran TV Swasta Nasional.
Selama enam hari ini, selain mendapat materi teori di kelas, para peserta akan langsung didampingi para Pelatda saat praktek produksi video pembelajaran di desanya masing – masing. Seluruh video yang dihasilkan, akan di review serta diberikan tips/trik pembenahan video oleh Pelatnas.
“Alhamdulillah semua peserta lengkap dari awal sampai akhir dalam mengikuti rangkaian acara ini, saya dapat laporan, ada delapan video pembelajaran yang diselesaikan dengan baik.” ujar M Sadly Harly Yasda, Sekdes Desa Patandon Salu yang mengawal kegiatan selama enam hari penuh. (MSN)
Telerasi
Komunitas Epistemik Jalur Rempah

JAKARTA, TELEGRAF.CO.ID — Cepat dan pasti, negara kita dikuasai oligarki. Hal itu dipungkasi oleh pergantian konstitusi. Kini, semua pejabat negara kita berwajah memelas tetapi ganas; semua perwira kita bertampang pelindung tetapi mentung; semua guru-guru kita berbaju semesta tetapi acungkan pistol penuh peluru ganas luarbiasa; semua rokhaniawan kita berlagak dukun tetapi pikun.
Perlindungan rakyat tinggal mimpi. Keadilan sosial tinggal tulisan. Ketuhanan yang esa tinggal ratapan. Kerakyatan dan konsensus tinggal gurauan. Persatuan dan kemanusiaan tinggal kenangan.
Ini semua bermula dari relasi peng-peng (penguasa-pengusaha) yang membentuk komunitas oligarki dan negara swasta-predator. Tetapi, tanda terbaiknya adalah saat presiden Joko Widodo menyatakan bakal mengejar dan menghajar pihak yang menghambat investasi di Indonesia. Hal itu terkait dengan perlawanan rakyat yang tak setuju, perizinan yang lambat, birokrasi berbelit hingga dugaan pungutan liar plus aparat yang tak melindungi projeknya (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190714210826-32-412032/jokowi-soal-penghambat-investasi-saya-akan-kejar-dan-hajar).
Pidato itu jelas, tanda ia sudah lupa, tak paham, tak mengerti dan rabun konstitusi. Tanda ia bangga jadi pengkhianat rakyat. Tanda jadi maling kundangnya para pendiri republik. Tanda ia rela jadi gedibal konglomerat. Tanda ia senyum jadi “hit man” yang menjual murah kedaulatan manusia dan negaranya. Tanda tak merdeka!
Jika dirunut lebih jauh, tentu ini buah dari projek lanjutan kolonial yang menjelmakan praktek depedensi (dependency theory) dalam hubungan antar negara. Dus, yang dimaksud ketergantungan adalah keadaan di mana kehidupan ipoleksosbudhankam negara bekas jajahan disetir oleh ekspansi bin invasi dari negara penjajah; singkatnya negara jajahan baru tersebut hanya berperan sebagai penerima akibat saja (Titonio Dos Santos, 1970).
Di negara postkolonial inilah program kolonialisme baru dititahkan: produksi masyarakat konsumeris, anti industri, anti proteksi, pro utang luar negeri, menyembah investasi, inward looking, westernisasi, pembangunanisme dan infrastrukturisme.
Sungguh. Tak ada lagi bangun jiwa, bangun spirit, apalagi perluasan kapasitas kecerdasan manusia dan theo-eko-antrocentris dalam tata kenegaraan. Tragis. Semua menuju anti epistemik jalur rempah yang kokoh.
Di mana rakyat dan kedaulatan negara? Dibuang ke selokan. Elitenya berlomba-lomba jadi penjahat kemanusiaan semesta. Lahirkah anak-anak haram perekonomian (5K): kemiskinan, kepengangguran, kesakitan, kebodohan dan ketimpangan.
Proses ini distrukturkan di pusat-pusat pemerintahan, sekolahan dan rumah ibadah. Lewat kurikulum, media dan agensi yang dikampanyekan setiap hari. Lahirlah komunitas epistemik rabun konstitusi, alpa pancasila. Terjadilah the end of ideology (Daniel Bell, 1960).
Ya. Kesaktian penjajah sudah tak tertandingi. Ideologi perlawanan sudah kalah, tunduk, menyerah dan mengamini keniscayaan global yang neoliberalistik. Penjajahan baru saat ini telah menggurita dan menghegemoni. Artinya, ideologi perlawanan telah mati dan tak berdaya. Tentu saja, runtuh dan gagalnya ideologi perlawanan (islamisme, komunisme, sosialisme, sinkretisme dll) dalam membangun negeri jajahan, memberikan ruang agresi yang jauh lebih luas bagi neoliberalisme untuk mendeklarasikan kepenguasaannya terhadap dunia.
Lalu, kurang lebih 29 tahun kemudian, Francis Fukuyama (1989) merumuskan dunia via bukunya menjadi The End of History. Yes. Selesai sudah cerita “perang dan pertempuran” untuk menjadi satu tata dunia terbaru: global kapitalisme. Lalu, kisah dari benturan peradaban dan perang global (clash of civilizations) telah selesai. Teori yang dikemukakan oleh ilmuwan politik Samuel P. Huntington (1992) sudah terbukti valid dan merealitas.
Di kita, semuanya menuju postulat “Republik Darurat Nasional; Republik Anti SDM Unggul; Republik Abai SDA Rempah-Herbal.” Apa itu RDN? Apa solusinya?
RDN adalah kondisi di mana ipoleksosbudhankam kita tidak bekerja maksimal untuk memastikan hadirnya nilai spiritualitas, humanitas, kebersatuan/kegotong royongan, musyawarah mufakat dan keadilan sosial. Sebaliknya, ciri utama RDN adalah semua hanya untuk uang, dari uang dan oleh uang. Ciri utamanya, “bekerja rasa bersama tetapi sesungguhnya untuk diri sendiri.”
Tak ada lagi kekuasaan untuk berbuat baik, nama baik, warisan baik, realisasi keidealan, ketuhanan dan kesemestaan. Itu semua tinggal kisah dan cerita purba. Dihapus dari kurikulum sekolah dan tradisi serta keagamaan. Moral hilang. Intelektual hilang. Spiritual hilang. Sejarah bersama hilang.
Bagaimana cara menghancurkannya? Adalah dengan menghadirkan postulat negara pancasila. Postulat ini dikerjakan lewat 3 hal: studi atlantik sebagai ontologi; studi nusantara sebagai epistemologi; studi indonesia sebagai aksiologi. Tanpa itu, negara pancasila tak akan ada. Yang ada hanya pengkianat pada tuhan, sesama dan alam raya. Adanya elite maling kundang.
Menghadirkan postulat negara pancasila bisa kita mulai dari percetakan dan persemaian patriot pancasila. Lalu mendata ulang kekayaan SDA dan SDM. Kemudian menciptakan pasar internasionalnya. Diakhiri dengan mentradisikannya di semua jenjang pendidikan.
Kita segera mulai. Mari kita wakafkan jiwa raga untuk Indonesia raya yang jaya, ultima menjadi mercusuar dunia. Kita pastikan kehadiran komunitas epistemik jalur rempah sebagai jaringan sekaligus aksi bersamanya.(*)
Telerasi
Pemimpin Yang Nasionalistik

Poco-poco. Maju untuk mundur. Itulah tesis umum wargawaras terhadap kepemimpinan kita. Kepemimpinan di tingkat apapun, mirip. Berbagai prestasi diperoleh, sepuluh kali lipat kemunduran diproduksi. Mengapa begitu dan apa solusinya?
Kepemimpinan yang mentradisikan gerakan poco-poco (tetuko: sing teko gak tuku, sing tuku gak teko) adalah karena mereka tak punya mental transformasional. Kita tahu bahwa kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang memotivasi dan menginspirasi rakyatnya. Mereka memimpin dengan mental visioner dan kharismatik. Hal ini karena kepemimpinan transformasional bertujuan untuk meningkatkan motivasi intrinsik rakyatnya agar bergerak terpadu, maju dan dominan.
Robbins dan Judge (2008) daya dan gaya kepemimpinan transformasional adalah mereka yang menginspirasi rakyatnya untuk menyampingkan kepentingan pribadi dan golongannya demi kebaikan bersama, dalam hal ini negaranya. Apabila pemimpin mampu menerapkan gaya kepemimpinan transformasional maka kinerja dan nasib rakyatnya dipastikan membaik. Mampu menemukan solusi, bukan menambah beban.
Mengapa mereka harus jadi pemberi solusi? Sebab, kehidupan kita sudah penuh problema. Dus, pemimpin transformasional adalah orang yang selalu jenius, kreatif dan berpikir-bertindak besar dengan mendukung rakyatnya untuk mengembangkan dan mengeluarkan seluruh potensi yang ada di diri masing-masing. Mereka sadar bahwa rakyatnya harus terlibat aktif bahu membahu gotong royong dalam mencapai visi misi bersama. Satu visi misi yang digariskan dalam konstitusi negaranya.
Singkatnya, secara definitif, kepemimpinan transformasional adalah sebentuk nilai, keyakinan, kebutuhan dan mentalitas kolektif yang termasuk di dalamnya berisi hasrat kuat perubahan sebagai bentuk terobosan baru demi cita-cita bersama. Pada pemimpin dengan gaya transformasional ini diyakini bisa mempengaruhi kinerja cipta, karsa, karya dan nasib secara keseluruhan.
Tetapi, di Indonesia ternyata mental transformatif saja tak cukup. Ia harus dilengkapi oleh mental nasionalistik dan konstitusional.
Apa itu? Adalah kepemimpinan inklusif jenius, yang membebaskan, memajukan, memuliakan keadilan dan persaudaraan demi tumpah darah daratan, air dan udara serta seluruh penghuninya.
Ini kumpulan mentalitas dan karakter yang harus dikurikulumkan kembali saat kita lupa
dan berkubang dosa. Inilah jenis kepemimpinan yang lapang dan toleran serta memberi semangat jihad dalam seluruh ultima berwarga, bernegara, berbangsa, dan bersemesta.
Kita rasakan warga dan bangsa ini sudah lama melepaskan diri dari sumber energi yang lebih besar: dengan mengkhianati ketuhanannya, membunuh nuraninya, memanipulasi persatuannya, mencurangi kebijaksanaannya, menculasi keadilannya. Seringkali kita cenderung menjual murah, memanipulasi dan memaksa
sesama untuk tunduk dan patuh pada kejahiliyahan saja. Ketika berhasil menguasai orang lain dengan cara tersebut, kita merasa lebih kuat, hebat, bangga dan serakah.
Lahirlah perang berenergi fundamentalis yang sangat serakah.
Padahal, keserakahan adalah penyebab dari semua konflik antarmanusia; antar negara; antar bangsa dan antar peradaban. Maka, kepemimpinan nasionalistik yang konstitusional akan mengobati serta mencerahkannya jika diseduh dengan madu pikiran, ucapan dan tindakan kesahajaan.
Dengan mental dan tradisi kepemimpinan itu, negeri kita seharusnya berjalan tanpa korupsi, tanpa kolusi, tanpa nepotisme, tanpa kemiskinan, tanpa kesenjangan, tanpa penipuan, tanpa amoralisme, tanpa kebodohan, tanpa kesakitan, tanpa penjajahan, tanpa kerakusan dan tanpa
pengkhianatan.
Jika mentalitas tersebut menjadi tradisi yang hidup, praktis negeri kita menjadi mercusuar dunia. Rakyatnya bahagia, negerinya makmur,
semestanya diridaiNya, warisannya membanggakan dan suasana seperti
di syorga.
Inilah tanah syurgawi, tanah di mana jiwa raga kami baktikan, janjikan dan persembahkan serta wakafkan. Tanah, air, udara yang terus
menjadi inspirasi dunia. Semoga.
Oleh : Yudhie Haryono | Inisiator Forum Negarawan
-
Ekonomika21 jam ago
Bank Jakarta Raih Penghargaan ESG Excellence Awards, Bukti Komitmen Dorong UMKM dan Ekonomi Inklusif
-
Ekonomika4 hari ago
BTN Optimistis Serap Penuh Dana Pemerintah Rp25 Triliun untuk Dorong Kredit Produktif dan Perumahan Rakyat
-
Ekonomika4 hari ago
BCA Syariah Perkuat Dukungan untuk UMKM Lewat Festival Kebudayaan Balimester 2025
-
Rilis4 hari ago
KPI Merajut Jalinan Kerja Sama dengan Muhammadiyah untuk Mengawal Kepentingan Publik di Penyiaran
-
Ekonomika2 minggu ago
Lestari Summit 2025 Dorong Resiliensi untuk Masa Depan Hijau
-
FEATURED2 minggu ago
“Bjorka” Menjawab Salah Tangkap: Bocornya 341 Ribu Data Polisi dan 679 Ribu Surat Rahasia untuk Presiden
-
Ekonomika1 minggu ago
FSPPB Serukan Gerakan “Selamatkan Pertamina” Demi Kedaulatan Energi Nasional
-
Entertainment1 minggu ago
Andien dan Konser Suarasmara: Merayakan 25 Tahun dalam Simfoni Cinta dan Cahaya
-
Ekonomika7 hari ago
BTN Perkuat Komitmen Salurkan 140 Ribu Rumah Subsidi untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah
-
Humaniora2 minggu ago
Merayakan Inisiatif Perdamaian Global, UNU Jogja – Indika Foundation Gelar “2R: Ruang Riung
-
Ekonomika4 minggu ago
Anggito Abimanyu Resmi Ditunjuk Jadi Ketua Dewan Komisioner LPS 2025-2030
-
Ekonomika1 minggu ago
OJK: Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Terjaga, Pertumbuhan Ekonomi Nasional Tetap Kuat