Telegraf, Jakarta – Tahun 2016 telah berlalu, lantas bagaimana nasib bisnis properti tahun 2017? Bagaimana peran penting teknologi dalam membentuk kultur baru dalam pasar real estate online di Asia?.
Kali ini portal properti Lamudi telah mengeksplorasi kemungkinan terbesar dan terkecil mengenai pasar real estate di negara berkembang di Asia dan melihat bagaimana internet mengubah segmen pasar ini.
Penetrasi internet semakin tinggi di negara berkembang
Berdasarkan hasil survei tahun 2015, 50% dari pencari rumah di Pakistan kini telah menggunakan web real estate dan aplikasi untuk mencari properti idaman. Hal ini mungkin disebabkan oleh meningkatnya penetrasi internet di Pakistan. Tren serupa juga terlihat di Bangladesh, dan wilayah lain di Asia. Di Filipina, penetrasi internet berkembang 26% antara 2014 dan 2015, kini bahkan sudah lebih dari 45%. Peningkatan penggunaan internet ini menggiring pencari properti untuk semakin memanfaatkan internet dalam mencari hunian. Hasilnya, para profesional bidang real estate kini semakin melirik cara iklan digital.
Berdasarkan laporan pasar Lamudi Filipina, 88% agent real estate kini telah menyadari semakin banyak masyarakat yang menggunakan internet untuk mencari rumah di Filipina. Tren ini pun semakin berkembang di seluruh Asia, dan oleh karena itu kita bisa melihat perubahan perilaku konsumen ketika mereka mencari rumah. Media sosial menjadi satu hal yang penting. Memang, di Sri Lanka, 42.9% agent real estate lokal menilai bahwa sosial media ‘sangat penting’ dalam proses pembelian rumah. Apakah tren ini akan terus berlangsung selama tahun 2017? Ada kemungkinan bahwa ketergantungan pengguna terhadap teknologi akan meningkatkan traffic pengguna ke website dan aplikasi real estate yang tentunya akan memberi efek positif baik terhadap pencari properti ataupun agent.
Meningkatnya iklan online di negara berkembang
Data dari tahun 2015 menunjukkan bahwa 92% pembeli rumah menggunakan internet sebagai sumber informasi, 65% dari pembeli rumah di internet melihat atau mempertimbangkan rumah yang akan dibeli secara online, dan 44% pembeli rumah pertama menemukan rumah impian mereka di internet (sumber 2015 NAR Profile of Homebuyers and Sellers, Item #186-45-15). Banyak dari pembeli rumah menggunakan sosial media untuk mencari dan menemukan properti idaman. Hal ini akan semakin lumrah di tahun 2017. Tren ini akan berefek terhadap penggunaan sosial media untuk real estate, baik dari sisi pembeli atau penjual.
Developer dan agent menyadari bahwa dengan meningkatkan brand visibility mereka lewat sosial media juga dapat meningkatkan penjualan. Hal itu bisa terjadi karena semakin banyak orang menggunakan metode online untuk mencari properti sehingga iklan bisa dilihat oleh banyak orang, termasuk orang asing.
Virtual reality mulai merambah dunia real estate
Virtual Reality (VR) kini telah mengubah wajah dari bisnis real estate, begitu pula dengan banyak sektor lain sejak VR pertama kali rilis. Kini pembeli rumah menginginkan sesuatu yang lebih dari sekedar foto, pembeli kini dapat mengeksplor rumah yang akan dibeli secara real. Karena teknologi ini kini pasar real estate semakin menarik minat pembeli, bahkan pembeli dari luar negeri. Pada September 2016, portal properti Lamudi mengadakan acara expo real estate menggunakan teknologi VR yang pertama di Filipina. Expo seperti ini akan terus diadakan di tahun 2017 dan tahun-tahun mendatang. (Red)
Photo credit : Ist. Photo