TELEGRAF – Dalam industri kreatif yang bergerak secepat kilat, menemukan seorang komunikator yang mampu menjaga tenang di tengah riuh bukan perkara mudah.
Namun di antara banyak nama, Tiara Lupita Ayu Hermanto hadir sebagai sosok muda yang menguasai seni komunikasi dengan pendekatan yang lebih manusiawi.
Ia tidak bekerja dengan nada tinggi, tidak menonjolkan kehadirannya secara agresif, tetapi justru mendominasi ruang lewat ketelitian, empati, dan konsistensi.
Melalui akun Instagram @tiaralupita dan halaman profesional linkedin.com/in/tiaralupita, publik dapat melihat bagaimana ia menyusun perjalanan kariernya tanpa dramatisasi.
Ia membangun citra secara alamiah, memadukan kreativitas, profesionalisme, dan kedisiplinan dalam satu wajah yang tenang.
Sebagai Public Relations Specialist PT JMusic Global Group, Tiara mengemban peran besar dalam merawat citra perusahaan—mulai dari lisensi musik hingga strategi komunikasi.
Ia memastikan setiap narasi perusahaan tidak hanya tersampaikan, tetapi juga terasa.
Kini, langkah profesional Tiara meluas.
Ia terlibat sebagai PR dalam sejumlah event besar termasuk kolaborasi lintas industri untuk Festival Musik Koplo Keliling (KOPLING) 2025, sebuah ajang musik dan pemberdayaan UMKM terbesar di Indonesia yang digelar oleh Kementerian UMKM bersama Gajah Mada Entertainment.
Perannya menegaskan satu hal: kepercayaan terhadap kemampuan komunikasinya semakin kuat.
Panggung sebagai Rumah Pertama: Ketika Suara Menjadi Identitas
Sebelum berkarier sebagai PR, Tiara lebih dulu berinteraksi dengan dunia panggung.
Ia adalah salah satu vokalis UNDVD, band gospel kontemporer yang menyajikan musik dengan nuansa modern dan spiritualitas yang kuat.
Panggung mengajarinya banyak hal: ritme, disiplin, dan kemampuan membaca emosi manusia.
Di sanalah ia menyadari bahwa suara bukan hanya bakat—suara adalah identitas.
Identitas itu membuka pintu baru ketika ia masuk ke dunia voice over.
Suaranya yang lembut namun tegas memberinya kesempatan mengisi proyek besar, termasuk acara peresmian Blue Bird Group Tbk di Ibu Kota Nusantara.
Sebuah momen penting yang turut disaksikan Presiden Joko Widodo.
Dalam dunia yang menuntut profesionalisme tinggi, Tiara belajar menyampaikan pesan secara presisi.
Satu intonasi yang meleset bisa mengubah nuansa sebuah acara. Dari situ ia memahami bahwa dalam komunikasi, detail adalah segalanya.
Tak berhenti di situ, ia juga menulis lagu briefing keselamatan untuk Bali Nusa Dua Convention Center.
Bersama Wishnu Dewanta Orchestra, Tiara memadukan teknik keselamatan, musikalitas, dan estetika agar pesan tetap informatif tanpa kehilangan kenyamanan.
Fondasi ini membuatnya memiliki keunggulan yang tidak banyak dimiliki PR lain: kemampuan menggabungkan suara, rasa, dan pesan.
Dari Panggung ke Meja Rapat: Perannya sebagai Public Relations Specialist
Saat memasuki dunia Public Relations, Tiara membawa semua pengalaman panggungnya sebagai cara melihat manusia.
Bagi Tiara, PR bukan hanya urusan rilis pers atau hubungan media. PR adalah jembatan antara organisasi dan manusia—baik di dalam maupun di luar perusahaan.
Di PT JMusic Global Group, perannya mencakup:
-
merancang strategi komunikasi,
-
menyusun narasi perusahaan,
-
mengawal perizinan musik,
-
hingga bekerja sama dalam proyek brand merchandising,
semuanya dilakukan dengan presisi.
Ia bukan tipe PR yang sekadar “mengirim pesan”, melainkan tipe PR yang memastikan pesan itu tepat sasaran dan tidak kehilangan konteks.
Ini terlihat jelas ketika ia membantu merancang personal branding Yuvita Apolonia Ginting, seorang kandidat DPRD.
Tiara tidak memilih bahasa politik yang dingin.
Ia mengubah narasi kampanye menjadi percakapan yang lebih manusiawi: hangat, jujur, dan dapat dipahami publik.
Pendekatan seperti inilah yang membuat namanya semakin diperhitungkan.
KOPLING 2025: Ketika PR Bertransformasi Menjadi Motor Gerak Ekonomi Kreatif
Salah satu proyek terbesarnya adalah ketika Tiara dipercaya terlibat dalam komunikasi dan PR Festival Musik Koplo Keliling (KOPLING) 2025.
Event ini bukan sekadar konser musik.
Ini adalah gebrakan Kementerian UMKM yang bekerja sama dengan Gajah Mada Entertainment untuk memadukan industri kreatif dan ekonomi rakyat dalam satu panggung yang masif.
Festival ini akan digelar di dua kota sekaligus:
-
Gambir Expo Jakarta (8–9 November)
-
Stadion Pakansari Cibinong (22–23 November)
Mengangkat semangat baru bahwa musik koplo bukan hanya hiburan, tetapi juga motor penggerak ekonomi rakyat, KOPLING menghadirkan ratusan pelaku UMKM, tenant kuliner, fashion lokal, dan produk kreatif.
Kolaborasi lintas sektor ini menjadi momentum penting bagi UMKM untuk naik kelas.
Peran PR dalam event sebesar ini tidak sederhana:
-
membangun pesan publik,
-
menyalurkan informasi dengan ritme yang tepat,
-
menjaga hubungan dengan media, sponsor, dan komunitas,
-
serta menciptakan narasi bahwa musik dapat menjadi ruang pemberdayaan ekonomi.
Tiara mengisi ruang itu dengan rapi. Ia menempatkan dirinya bukan sekadar sebagai penyampai informasi, melainkan sebagai penghubung antara brand, musisi, UMKM, dan publik.
Personal branding-nya—yang dikenal tenang, terarah, dan empatik—sangat dibutuhkan dalam acara berskala nasional seperti ini.
Jejak Akademik dan Pengalaman Organisasi yang Mengasah Karakter
Tiara menempuh pendidikan di Universitas Multimedia Nusantara, jurusan Strategic Communication dan Public Relations.
Di sana ia aktif dalam berbagai organisasi: menjadi Media Relations Officer Mufomic Festival, mentor, sekretaris organisasi, hingga PIC campus visit.
Pengalaman organisasi membuatnya terbiasa menavigasi tekanan waktu, kebutuhan tim, dan dinamika hubungan dengan banyak pihak.
Menariknya, ia pernah bekerja sebagai barista dan kasir di sebuah coffee shop.
Pengalaman sederhana ini membentuk empatinya.
Ia belajar membaca suasana hati orang hanya dari bahasa tubuhnya.
Ia belajar bahwa komunikasi tidak selalu verbal—sering kali justru tersampaikan lewat hal kecil.
Kombinasi antara pengalaman formal dan nonformal inilah yang membentuk kedewasaan profesional Tiara hari ini.
Membangun Jejak Lewat Personal Branding yang Organik
Jika harus disimpulkan, personal branding Tiara mengandung tiga unsur utama:
- Autentik, Ia tidak membangun citra berbasis pencitraan yang “cantik di luar, kosong di dalam”. Tiara menunjukkan prosesnya apa adanya.
- Lugas dan Terarah, Ia memahami bahwa reputasi merupakan investasi jangka panjang. Setiap keputusan komunikasi harus berpijak pada nilai.
- Manusiawi, Ia memandang komunikasi sebagai hubungan antar manusia, bukan sekadar strategi konten.
Di era ketika banyak profesional muda terburu-buru membangun persona digital, Tiara memilih pendekatan yang lebih membumi.
Ia hadir di media sosial secukupnya, tetapi cukup kuat untuk menunjukkan karakter dan kualitasnya.
Instagram @tiaralupita menjadi ruang personal yang tidak dilebih-lebihkan.
LinkedIn-nya menjadi ruang profesional yang tertata rapi.
Keduanya membentuk sebuah garis besar: bahwa ia berkembang secara natural.
Menatap Masa Depan: Konsisten, Tidak Tergesa, dan Selalu Berkualitas
Perjalanan Tiara baru dimulai. Namun arah langkahnya sudah terlihat jelas: ia akan menjadi salah satu wajah penting di dunia komunikasi industri musik dan event nasional.
Pengalaman lintas bidang—musik, PR, voice over, branding, UMKM, dan event berskala besar—memberinya keunggulan kompetitif.
Dalam dunia yang penuh ambisi cepat, Tiara memilih jalur yang lebih pelan tetapi stabil.
Ia tidak mengejar sorotan.
Ia mengejar kualitas.
Dan kualitas adalah hal yang selalu bertahan panjang.
Ia bukan hanya PR.
Ia bukan hanya penyanyi.
Ia bukan hanya kreator.
Ia adalah penjaga cerita—seseorang yang memastikan setiap pesan tiba dengan hati, rasa, dan makna.