Sign In
  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Internasional
Telegraf

Kawat Berita Indonesia

  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Internasional
  • Entertainment
  • Lifestyle
  • Technology
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Lainnya
    • Regional
    • Didaktika
    • Musik
    • Religi
    • Properti
    • Opini
    • Telemale
    • Philantrophy
    • Corporate
    • Humaniora
    • Cakrawala
    • Telegrafi
    • Telecoffee
    • Telefokus
    • Telerasi
Membaca SBY: Pers di Era Saya Sangat Sinis
Bagikan
Font ResizerAa
TelegrafTelegraf
Cari
  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Internasional
  • Entertainment
  • Lifestyle
  • Technology
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Lainnya
    • Regional
    • Didaktika
    • Musik
    • Religi
    • Properti
    • Opini
    • Telemale
    • Philantrophy
    • Corporate
    • Humaniora
    • Cakrawala
    • Telegrafi
    • Telecoffee
    • Telefokus
    • Telerasi
Punya Akun? Sign In
Ikuti Kami
Copyright © 2025 Telegraf. KBI Media. All Rights Reserved.
Nasional

SBY: Pers di Era Saya Sangat Sinis

Didik Fitrianto Rabu, 17 Februari 2021 | 01:07 WIB Waktu Baca 4 Menit
Bagikan
Presiden ke-6 RI yang juga mantan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono memberikan keterangan pers di kediamannya di kawasan Mega Kuningan, Jakarta. ANTARA/Hafidz Mubarak
Photo Credit: Presiden ke-6 RI yang juga Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono memberikan keterangan pers di kediamannya di kawasan Mega Kuningan, Jakarta. ANTARA/Hafidz Mubarak
Bagikan

Telegraf – Presiden ke enam Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan semasa kepemimpinannya kebebasan berekspresi dalam mengutarakan pendapat nyaris tanpa batas.

SBY mengaku senantiasa berusaha memahami kritik yang dilayangkan publik maupun media massa atau pers terhadap dirinya agar lebih matang memimpin pemerintahan selama 10 tahun masa jabatannya.

“Boleh dikatakan tiada hari tanpa kritik. Maklum pada waktu itu kita masih berada dalam euforia kebebasan, euforia reformasi, dengan demikian freedom of speech, freedom of the press luar biasa ekspresinya dan kita semua harus memahami konteks waktu itu,” kata SBY dalam wawancara dengan TV One, Senin (15/02/2021) lalu.

SBY menyampaikan bahwa keberhasilan menjabat sebagai Presiden RI selama 10 tahun tak lepas dari peran pers.

Menurutnya, berbagai kritik yang dilayangkan media massa akhirnya membuat dia berhati-hati dalam membuat kebijakan agar tidak menyimpang dan bertentangan dengan kehendak mayoritas rakyat Indonesia.

“Saya sendiri mengatakan merasa dikawal. Kalau saya bisa mengakhiri tugas saya dengan yang tadi itu tiada hari tanpa kritik, itu buat saya aware, buat saya berhati-hati dalam ambil keputusan dalam menetapkan kebijakan dan melaksanakan tindakan-tindakan pemerintah agar tidak menyimpang secara fundamental dari konstitusi, UU (undang-undang), sistem politik, tata krama, dan sebagainya,” kata SBY.

“Dan yang lebih penting jangan sampai kebijakan dan tindakan ini bertentangan dengan kehendak mayoritas rakyat Indonesia,” ujarnya.

SBY menyatakan hubungan antara pemerintah dengan media massa seperti benci dan cinta.

Dia menerangkan, hubungan cinta antara pemerintah dan media massa muncul ketika semua kebijakan dan imbauan pemerintah bisa disiarkan di media massa.

Sementara benci, lanjutnya, muncul ketika media massa melancarkan kritik keras serta sinis terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

“Hate-nya dalam artian ini adalah boleh dikatakan era saya dulu pers sangat kritis, sangat keras, bahkan kadang-kadang sangat sinis,” tuturnya.

Baca Juga :  Larangan Polisi Duduki Jabatan Sipil Jadi Masukan Komisi Reformasi

SBY pun menyatakan sejumlah pejabat di pemerintahan terkadang kurang nyaman dengan kritik-kritik keras yang dilayangkan oleh media massa.

Namun menurutnya hal itu merupakan sebuah keindahan dari hubungan antara pemerintah dengan media massa.

“Menghadapi itu terus terang sejumlah pejabat pemerintahan kurang nyaman, tetapi itulah indahnya antara hate and love relations tadi semuanya harus siap,” katanya.

Perdebatan mengenai kritik terhadap pemerintah kini jadi polemik publik setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta masyarakat untuk lebih aktif menyampaikan kritik terhadap kinerja pemerintah. Publik di sisi lain tak leluasa mengemukakan pendapat lantaran kerap diserbu buzzer dan dibayang-bayangi ancaman pidana Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Jokowi ingin pelayanan publik semakin baik di masa mendatang. Dia berharap seluruh pihak ikut ambil bagian dalam mewujudkannya.

“Masyarakat harus lebih aktif menyampaikan kritik, masukan, atau potensi maladministrasi, dan pelayanan publik harus terus meningkatkan upaya perbaikan-perbaikan,” kata Jokowi saat berpidato di Peluncuran Laporan Tahunan Ombudsman RI Tahun 2020, Senin (08/02/2021).

Wakil Presiden ke-10 RI Jusuf Kalla (JK) belakangan menyoroti indeks demokrasi Indonesia yang menurun berdasarkan survei The Economist Intelligence Unit (EIU).

Dalam survei itu Indonesia menempati peringkat 64 dari 167 negara di dunia. EIU menyatakan skor indeks demokrasi Indonesia adalah 6,48 dalam skala 0-10.

JK menyinggung pelaksanaan demokrasi belakang ini, terutama ihwal penyampaian kritik terhadap pemerintah tanpa berujung panggilan polisi.

“Beberapa hari lalu Bapak Presiden mengumumkan silakan kritik pemerintah. Tentu banyak yang ingin melihatnya bagaimana caranya mengkritik pemerintah tanpa dipanggil polisi?,” kata JK dalam agenda ‘Mimbar Demokrasi Kebangsaan’ yang digelar Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada Jumat (12/02/2021).


Presiden ke-6 RI yang juga mantan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono memberikan keterangan pers di kediamannya di kawasan Mega Kuningan, Jakarta. ANTARA/Hafidz Mubarak

 

Bagikan Artikel
Twitter Email Copy Link Print

Artikel Terbaru

Identitas Wonosobo Hadir Dalam Pementasan Tari Wayang Bundeng Gepuk
Waktu Baca 3 Menit
Draft Revisi Daftar Aturan Baru di KUHAP Akan Segera Disahkan
Waktu Baca 5 Menit
Dorong Hilirisasi Riset dan Penguatan Produk Obat-Makanan Nasional BPOM Gelar Gebyar ABG Kolaborasi
Waktu Baca 2 Menit
Seorang karyawan menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS. ANTARA
Cabutnya Investor Asing Membuat Rupiah Kian Melemah Pekan Ini
Waktu Baca 2 Menit
KOPLING 2025
Kementerian UMKM Pastikan KOPLING 2025 Jadi Ajang Kolaborasi Musik dan Ekonomi Lokal
Waktu Baca 6 Menit

Perhelatan Sepakbola Special Olympics Asia Tenggara Berakhir Malam Ini

Waktu Baca 3 Menit

Purbaya: Bank Sentral Yang Akan Jalankan Strategi Redenominasi

Waktu Baca 3 Menit

Hubungan Jepang dan China Memanas Usai Komentari Soal Taiwan

Waktu Baca 5 Menit

Prabowo dan Raja Yordania Serta Sepenggal Kisah Masa Lalu

Waktu Baca 2 Menit

Lainnya Dari Telegraf

Nasional

Gagasan Green Democracy Ketua DPD RI Jadi Perhatian Delegasi Negara Asing Di COP30 Brazil

Waktu Baca 4 Menit
Nasional

Anggota Polri Yang Duduki Jabatan Sipil Harus Mundur Atau Pensiun

Waktu Baca 5 Menit
Nasional

Larangan Polisi Duduki Jabatan Sipil Jadi Masukan Komisi Reformasi

Waktu Baca 3 Menit
Nasional

Perjanjian Keamanan, Indonesia-Australia Teken Kesepakatan

Waktu Baca 7 Menit
Nasional

Pahlawan Nasional Terima Apresiasi Sebesar Rp50 Juta per Tahun

Waktu Baca 2 Menit
Nasional

Pahlawan Marsinah dan Doa-doa Untuk Buruh Indonesia

Waktu Baca 6 Menit
Nasional

Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Sosok Pahlawan Demokrasi dan Toleransi Indonesia

Waktu Baca 2 Menit
Nasional

Meski Tuai Kontroversi, Soeharto Sah Jadi Pahlawan Nasional

Waktu Baca 2 Menit
Telegraf
  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Regional
  • Internasional
  • Cakrawala
  • Didaktika
  • Corporate
  • Religi
  • Properti
  • Lifestyle
  • Entertainment
  • Musik
  • Olahraga
  • Technology
  • Otomotif
  • Telemale
  • Opini
  • Telerasi
  • Philantrophy
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber

KBI Media

  • Kirim
  • Akunku
  • Hobimu
  • Subscribe
  • Telegrafi
  • Teletech
  • Telefoto
  • Travelgraf
  • Musikplus

Kawat Berita Indonesia. Copyright © 2025 Telegraf. KBI Media. All Rights Reserved.

Selamat Datang!

Masuk ke akunmu

Lupa passwordmu?