Telegraf — Petani karet di Desa Pagardewa, Kecamatan Lubai Ulu, Kabupaten Muara Enim, tengah menjalani perubahan besar dalam sistem pertanian mereka. Berkat kolaborasi antara Koperasi Padetra Artomulyo dan startup agribisnis digital Taniyuk, para petani mulai menerapkan pencatatan hasil panen secara digital melalui aplikasi TaniyukApp.
Melalui aplikasi ini, hasil panen lateks cair dicatat secara real time dan dikolektifkan dalam satu perangkat milik bendahara koperasi. Setelah proses penimbangan di koperasi dan verifikasi kualitas Dry Rubber Content (DRC%), data langsung terkirim ke industri pembeli (off-taker), dan petani mendapat pemberitahuan jumlah serta nilai transaksinya.
“Pencatatan digital ini memungkinkan transparansi dari hulu ke hilir. Petani bisa mengetahui nilai jual panennya dengan jelas, dan sistem pembayaran dilakukan melalui transfer bank atau mitra Laku Pandai,” ujar Fajriyah Usman, Sekretaris Perusahaan PGN, yang turut mendukung inisiatif ini.
Selama ini, petani di Pagardewa kerap menjual karet dalam bentuk beku (lump) kepada tengkulak dengan harga fluktuatif. Ketiadaan sistem yang transparan dan standar penimbangan yang seragam membuat posisi tawar petani lemah.
Kini, dengan keterlibatan koperasi sebagai stasiun lateks, fungsinya bukan hanya sebagai tempat penimbangan, tetapi juga menjadi jembatan langsung antara petani dan industri. Koperasi juga mulai berperan dalam membangun tata kelola hasil panen yang lebih tertib dan modern.
“Perubahan ini mendorong petani menjadi bagian dari sistem yang lebih adil dan terstruktur. Kelembagaan koperasi adalah fondasi penting dalam upaya memperbaiki tata niaga karet,” tambah Fajriyah.
Transformasi ini diharapkan dapat menjadi model yang bisa direplikasi di wilayah penghasil karet lainnya, terutama dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani melalui sistem yang berkelanjutan dan berbasis data.