Telegraf – Siti Naswa tersenyum dan tak sungkan bergaya saat akan difoto. Dia tak malu berhadapan dengan orang lain sekalipun belum lama dia kenal. Demikian pula saat diajak berbincang. Orang yang belum mengenalnya, butuh beberapa saat untuk mengetahui bahwa dia punya kekurangan.
Hari hari ini tersimpan kegembiraan dalam hatinya akan kesempatan menjadi bagian Delegasi Special Olympics Indonesia di ajang World Winter Games 2025, 8 hingga 15 Maret, di Turin, Italia. Ini adalah perjalanan pertamanya ke Eropa, akan kesempatan pertama bagi Naswa. Hal itu belum pernah dirasakan sebelumnya, berbeda dengan dua atlit lain dalam delegasi itu yang telah beberapa kali merasakannya.
Tak heran Naswa bersemangat sekali mengikuti program latihan yang disusun kedua pelatih.
“Sesuai pesan mama saya selalu berdoa agar semua berjalan baik,” ujarnya, Senin, (03/03/2025) di Cisarua.
Saat dijumpai di lokasi Pelatnas, di Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, murid SLBN I Martapura, Siti Naswa, sudah lebih 10 hari meninggalkan sekolahan. Dia baru akan kembali lagi sekitar 18 Maret mendatang, berarti dia pergi selama sebulan mesti berpisah dengan keluarga.
Anak ketiga dari empat bersaudara itu lahir di sebuah keluarga sederhana kini hidup bersama sang ibunda Isnawati dan seorang adiknya. Bersama sang ibu yang bekerja sebagai seorang asisten rumah tangga, Naswa tinggal di sebuah rumah di Sekumpul Pintu Air, Kota Martapura, Kalimantan Selatan. Kedua kakaknya sudah tinggal di tempat lain.
Kabar dari seorang pengurus SOina Kalimantan Selatan bahwa dia terpilih ikut serta ke ajang World Winter Games amat mengejutkannya. Keluarganya tak percaya saat pertama mendengar sehingga pengurus mesti meyakinkan kebenaran kabar itu.
Keterpilihan Naswa bukan sebuah hadiah. Sebelumnya, dia mesti melewati sebuah seleksi, para pengurus menilai dia calon paling baik. Demikian pula tiga anggota Delegasi Special Olympics Indonesia yang lain. Mereka mesti menunjukkan kemampuannya.
“Ini kan mewakili Indonesia jadi mesti bersedia pergi jauh meninggalkan rumah,” tutur remaja kelahiran 27 November 2005 itu menjawab pertanyaan mengapa dia amat serius berlatih.
Semenjak awal datang ke Pelatnas di Cipanas, Jawa Barat, kedua pelatih yang menanganinya merasa tak menemukan kesulitan sama sekali. Bekal kemampuan menari yang didapat Naswa selama belajar di SLB amat membantu transisinya menjadi atlit dance sport.

Siti Naswa di Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, ia merupakan murid di SLBN I Martapura. TELEGRAF
Venue Indah
World Winter Games, Turin, 2025 akan diikuti oleh sebanyak 1500 atlit bertalenta khusus yang berasal dari 102 negara akan hadir di Turin untuk berkompetisi di 8 cabang olahraga ini. Masing-masing adalah alpine skiing, cross country skiing, sport dance, figure skating, floorball, snowboarding, snowshoeing, short track speed skating, dan MATP. Indonesia hanya akan ikut serta di sport dance dalam 6 kategori perlombaan.
Venue yang disediakan panitia bagi para atlit cabang olahraga sport dance berada di Palazzo delle Feste di Bardonecchia, sebuah gedung bersejarah yang terletak di Piazza Valle Stretta, Bardonecchia, di wilayah Turin, Italia. Bangunan tua itu berdiri tahun 1913 dengan gaya arsitektur Liberty (Art Nouveau) dirancang arsitek Carlo Angelo Ceresa.
Rencana semula bangunan itu dimaksudkan sebagai hotel mewah bernama Hotel Bardonecchia atau Grand Hotel La Rhò, namun kemudian berubah fungsinya menjadi Gran Salone dei Divertimenti (Kursaal), tempat hiburan dan acara sosial.
Semenjak 1935 resmi menyandang nama “Palazzo delle Feste” pada tahun 1935 dan sejak itu digunakan untuk pertunjukan teater, konser, dan acara budaya lainnya.
Raih Hasil Optimal
Seperti dituturkan Head of Delegation Mugaera Djohar, para atlit bertalenta khusus itu disiapkan untuk bisa berprestasi maksimal.
“Tentu diharapkan akan pulang membawa medali,” ujarnya saat hadir dalam pembukaan Pelatnas.
Harapan itu awalnya bakal bergantung kepada hasil divisioning yang berlangsung pada 12 dan 13 Maret.
“Demi adilnya perlombaan perlu divisioning, terutama untuk kategori solo,” ujar asisten pelatih Dwi Prasetyo.
Delegasi Special Olympics Indonesia, kali ini datang dengan 4 atlit bertalenta khusus dengan 3 jenis ketunaan, yakni tuna grahita ringan, down syndrome dan autis. Tentu akan tidak adil bila, terutama dalam kategori solo seorang atlit tuna grahita ringan berlomba melawan atlit autis. Sebagaimana perlombaan bagi anak-anak bertalenta khusus, World Winter Games juga memperhatikan soal jenis ketunaan, juga jenjang usia, serta gender.

Para Peserta Pelatnas SOIna Jelang Winter Games Turin 2025 saat usai berlatih di Cipanas, Jawa Barat. TELEGRAF
Sebelumnya Siti Naswa belum pernah mengenal Anastasia Aresyenan Bwariat dan M. Aden Aryadippa asal Daerah Khusus Jakarta dam Daven Harrison Kho asal Provinsi Jawa Tengah.
Sebagai pelatih, bersama Eva Susanti, Dwi Prasetyo mengemban tugas berat untuk bisa memadukan mereka dalam sebuah kebersamaan dan kemandirian. Sebelum berkumpul mereka berdua mengamati video bagaimana para atlit itu menari sebagai langkah screening awal. Terlihat mereka yang mencoba menari sesuai video contoh yang dikirimkan belum mampu bergerak seperti dance sport yang diinginkan. Setelah dipelajari, keduanya menemukan celah bagaimana melatihnya sesuai dengan jenis ketunaannya.
Special Olympics Indonesia (SOina) sendiri pertama kali ikut serta dalam Winter World Games pada tahun 2009 di Idaho, USA dan merebut 2 emas dan 2 perunggu. Kemudian tahun 2013 di Pyeungchang, Korea Selatan, merebut 1 emas, 4 perak dan 1 perunggu. Sedangkan tahun 2017 di Dachstein, Austria, medali yang diperoleh sebanyak 1 perunggu. Pandemi Covid-19 membatalkan penyelenggaraan tahun 2021.
Special Olympics International merupakan gerakan untuk mewujudkan inklusi dengan fokus utama olahraga untuk anak-anak difabel intelektual atau bertalenta khusus. Dua ajang multi event tertinggi secara teratur digelar adalah World Winter Games dan World Summer Games yang diselenggarakan secara berselang 2 tahun.