Sign In
  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Internasional
Telegraf

Kawat Berita Indonesia

  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Internasional
  • Entertainment
  • Lifestyle
  • Technology
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Lainnya
    • Regional
    • Didaktika
    • Musik
    • Religi
    • Properti
    • Opini
    • Telemale
    • Philantrophy
    • Corporate
    • Humaniora
    • Cakrawala
    • Telegrafi
    • Telecoffee
    • Telefokus
    • Telerasi
Membaca Indonesia Dinilai Seksi Bagi Radikalisme dan Terorisme
Bagikan
Font ResizerAa
TelegrafTelegraf
Cari
  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Internasional
  • Entertainment
  • Lifestyle
  • Technology
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Lainnya
    • Regional
    • Didaktika
    • Musik
    • Religi
    • Properti
    • Opini
    • Telemale
    • Philantrophy
    • Corporate
    • Humaniora
    • Cakrawala
    • Telegrafi
    • Telecoffee
    • Telefokus
    • Telerasi
Punya Akun? Sign In
Ikuti Kami
Copyright © 2025 Telegraf. KBI Media. All Rights Reserved.
Nasional

Indonesia Dinilai Seksi Bagi Radikalisme dan Terorisme

Indra Christianto Minggu, 22 Desember 2019 | 16:05 WIB Waktu Baca 3 Menit
Bagikan
Bagikan

Telegraf, Jakarta – Dewan Pembina Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Nasional (Pushuknas) Haidar Alwi menerangkan ancaman radikalisme dan terorisme di Indonesia sudah nyata adanya. Ia menilai, hal ini disebabkan semakin besarnya kelompok radikalisme dan terorisme internasional.

Indonesia, kata Haidar menjadi salah satu negara seksi untuk dikuasai jaringan tersebut. Pasalnya, di Indonesia banyak sumber daya alam (SDA) yang biasanya menjadi incaran mereka.

Jadi radikalisme dan terorisme saya katakan bukan masalah agama, tapi koonspirasi politik global, kata Haidar dalam sebuah diskusi di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (21/12/19).

Menurut Haidar, ada kelompok yang memiliki agenda untuk menguasai dunia. Guna mengimplementasikan agenda tersebut, mereka menggunakan instrumen agama untuk menanamkan ideologi yang tidak sejalan dengan negara yang mereka incar.

Beberapa negara-negara yang diinicar kelompok ini, kata Haidar, semuanya adalah negara Timur Tengah. Hal itu dikarenakan negara Timur Tengah lebih memiliki banyak SDA, termasuk Indonesia.

“SDA kunci menguasai dunia bagi kelompok ini. Maka dari itu mereka ingin menguasainya satu per satu dengan memecahkan masyarakatnya terlebih dahulu, kemudian dimasukkan isme-isme,” paparnya.

Berdasarkan klaim Haidar, Indonesia sendiri menjadi negara ke tujuh atau terakhir incaran jaringan kelompok radikal dan terorisme internasional. Indonesia akan mereka sasar Afghanistan, Suriah, Libya, Irak, dan Mesir.

Mereka percaya bahwa, ke depan, semua poros bumi akan menumpuk di Indonesia. Haidar mengaku mendapatkan kabar tersebut dari tokoh-tokoh agama saat ia menjadi salah satu perwakilan Indonesia dalam konferensi keagamaan di Teheran, Iran.

Baca Juga :  Gagasan Green Democracy Ketua DPD RI Jadi Perhatian Delegasi Negara Asing Di COP30 Brazil

Menurut Kasubdit Pengawasan Badan Nasional Pengawasan Terorisme (BNPT) Moch. Chairil Anwar, setidaknya ada tujuh jaringan terorisme di Indonesia. Ketujuh jaringan tersebut seperti Jamaah Islamiyah, Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), Jamaah Ansharut Daulah (JAD), dan Jamaah Ansharut Khilafah (JAK).

“Selain itu, ada juga Jamaah Ansyahur Syariah, Mujahidin Indonesia Timur, serta Jaringan Eksponen NII,” papar Chairil.

Sementara untuk radikalimse, BNPT membagi ke dalam enam ragam. Adapun ragam-ragam tersebut yakni radikal gagasan, radikal milisi, radikal separatis, radikal premanis, radikal lainnya, dan radikal terorisme.

Untuk radikal gagasan, kata Chairil, biasanya kelompok ini memiliki ideologi radikal, namun tidak menggunakan kekerasan. Rata-rata kelompok ini juga masih mengakui Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sementar itu, ciri-ciri radikal milisi, yaitu kelompok yang terbentuk dalam konsep milisi yang kerap terlibat dalam konflik komunal. Biasanya kelompok ini berseragam, akan tetapi masih mengaku NKRI juga.

“Kalau radikal premanisme, kelompok ini melakukan kekerasan untuk melawan kemaksiatan yang terjadi di lingkungan mereka. Kelompok ini masih juga mengakui NKRI. Kemudian kelompok radikal lainnya adalah kelompok yang mementingkan kelompok politik, sosial, budaya, ekonomi dan lain-lain,” jelasnya.

Selanjutnya, radikal terorisme adalah kelokpok yang kerap menyusun cara-cara kekerasan dan menimbulkan rasa takut bagi masyarakat luas. Kelompok ini, kata Chairil, sudah tidak lagi mengakui NKRI dan ingin mengubah ideologi yang sah menjadi ideologi yang mereka percaya. (Red)


Photo Credit : Massa dari Ormas yang mengatasnamakan agama pada saat melakukan aksi unjuk rasa. FILE/DOK/IST. PHOTO

Bagikan Artikel
Twitter Email Copy Link Print

Artikel Terbaru

Draft Revisi Daftar Aturan Baru di KUHAP Akan Segera Disahkan
Waktu Baca 5 Menit
Dorong Hilirisasi Riset dan Penguatan Produk Obat-Makanan Nasional BPOM Gelar Gebyar ABG Kolaborasi
Waktu Baca 2 Menit
Seorang karyawan menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS. ANTARA
Cabutnya Investor Asing Membuat Rupiah Kian Melemah Pekan Ini
Waktu Baca 2 Menit
KOPLING 2025
Kementerian UMKM Pastikan KOPLING 2025 Jadi Ajang Kolaborasi Musik dan Ekonomi Lokal
Waktu Baca 6 Menit
Perhelatan Sepakbola Special Olympics Asia Tenggara Berakhir Malam Ini
Waktu Baca 3 Menit

Purbaya: Bank Sentral Yang Akan Jalankan Strategi Redenominasi

Waktu Baca 3 Menit

Hubungan Jepang dan China Memanas Usai Komentari Soal Taiwan

Waktu Baca 5 Menit

Prabowo dan Raja Yordania Serta Sepenggal Kisah Masa Lalu

Waktu Baca 2 Menit

Sufmi Dasco: Saraswati Tetap Bertugas Sebagai Anggota DPR

Waktu Baca 2 Menit

Lainnya Dari Telegraf

Nasional

Gagasan Green Democracy Ketua DPD RI Jadi Perhatian Delegasi Negara Asing Di COP30 Brazil

Waktu Baca 4 Menit
Nasional

Anggota Polri Yang Duduki Jabatan Sipil Harus Mundur Atau Pensiun

Waktu Baca 5 Menit
Nasional

Larangan Polisi Duduki Jabatan Sipil Jadi Masukan Komisi Reformasi

Waktu Baca 3 Menit
Nasional

Perjanjian Keamanan, Indonesia-Australia Teken Kesepakatan

Waktu Baca 7 Menit
Nasional

Pahlawan Nasional Terima Apresiasi Sebesar Rp50 Juta per Tahun

Waktu Baca 2 Menit
Nasional

Pahlawan Marsinah dan Doa-doa Untuk Buruh Indonesia

Waktu Baca 6 Menit
Nasional

Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Sosok Pahlawan Demokrasi dan Toleransi Indonesia

Waktu Baca 2 Menit
Nasional

Meski Tuai Kontroversi, Soeharto Sah Jadi Pahlawan Nasional

Waktu Baca 2 Menit
Telegraf
  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Regional
  • Internasional
  • Cakrawala
  • Didaktika
  • Corporate
  • Religi
  • Properti
  • Lifestyle
  • Entertainment
  • Musik
  • Olahraga
  • Technology
  • Otomotif
  • Telemale
  • Opini
  • Telerasi
  • Philantrophy
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber

KBI Media

  • Kirim
  • Akunku
  • Hobimu
  • Subscribe
  • Telegrafi
  • Teletech
  • Telefoto
  • Travelgraf
  • Musikplus

Kawat Berita Indonesia. Copyright © 2025 Telegraf. KBI Media. All Rights Reserved.

Selamat Datang!

Masuk ke akunmu

Lupa passwordmu?