TELEGRAF – Indeks Capital Sensitivity Analysis (CSA Index) pada Juli 2025 anjlok tajam ke level 42,6 dari posisi 92,3 pada bulan sebelumnya, Jakarta (77/25).
Penurunan drastis ini mencerminkan meningkatnya pesimisme pelaku pasar akibat sentimen negatif global yang memicu volatilitas tinggi di pasar keuangan.
Menurut hasil survei CSA Institute yang dikumpulkan pada 16-30 Juni 2025, tekanan terbesar berasal dari penurunan peringkat utang Amerika Serikat oleh Moody’s yang meningkatkan kekhawatiran terhadap prospek ekonomi global.
Sentimen pasar juga terpukul oleh rilis data ekonomi China yang lemah, termasuk turunnya produksi industri dan penjualan ritel.
Kebijakan The Fed yang tetap mempertahankan suku bunga tinggi menambah kecemasan akan potensi arus modal keluar dari negara berkembang, termasuk Indonesia.
Aksi profit taking yang terjadi setelah reli panjang IHSG dalam beberapa bulan terakhir turut menjadi faktor yang menekan pasar domestik.

Meski demikian, beberapa sentimen positif masih memberikan harapan.
Potensi meredanya ketegangan perang dagang internasional dan ekspektasi pemangkasan suku bunga global menjadi katalis yang dapat menarik kembali minat beli investor.
Dari sisi domestik, fundamental ekonomi Indonesia tetap solid. Inflasi yang terjaga, pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan kestabilan nilai tukar Rupiah diyakini dapat menopang optimisme investor.
Aliran dana asing yang mulai masuk secara selektif ke saham-saham unggulan (blue-chip) juga diperkirakan akan mendukung stabilitas pasar ke depan.
Pelaku pasar memperkirakan pergerakan IHSG pada Juli 2025 akan cenderung tertekan, dengan proyeksi bergerak di kisaran 6.700 hingga 7.436.

Dalam jangka panjang, target konsensus IHSG selama 12 bulan ke depan berada pada level 7.200 hingga 7.800.
Sektor Energi dan Keuangan diprediksi menjadi penggerak utama IHSG bulan ini.
Sektor Energi mendapatkan dorongan dari harga komoditas global yang masih tinggi serta permintaan energi yang kuat.
Sementara sektor Keuangan mendapatkan keuntungan dari ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter global dan stabilitas ekonomi dalam negeri.
Menanggapi hasil CSA Index Juli 2025, Ketua Umum Perkumpulan Profesi Pasar Modal Indonesia (PROPAMI), NS. Aji Martono, menyatakan bahwa meski indeks kembali tertekan, pelaku pasar masih menaruh harapan pada kekuatan ekonomi domestik sebagai penopang optimisme.

CSA Index disusun berdasarkan survei dan pandangan pelaku pasar yang tergabung dalam Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) dan alumni CSA Institute, yang kemudian diverifikasi melalui deep interview untuk mendapatkan hasil yang objektif dan akurat.
Untuk informasi lebih lanjut, CSA Institute dapat dihubungi melalui email: info.aaei.analisefek@gmail.com atau info.csainstitute@gmail.com.