BI Keluarkan Strategi Redam Scarring Effect Pandemi Covid-19

Oleh : Hanna Iffah
Photo Credit: Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan perlu adanya capital realocation untuk address produksi dan support investasi untuk naikkan produktivitas dan banking system. ANTARA

Telegraf – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengatakan bahwa pihaknya memiliki strategi dalam mengatasi efek luka memar atau scarring effect akibat pandemi Covid-19.

“Ada empat strategi yang kami yakini perlu mendapat perhatian dalam upaya mengatasi scarring effect,” kata Perry Warjiyo dalam G20 Framework Working Group Seminar: Addressing Scarring Effect to Secure Future Growth secara virtual, Rabu (09/03/2022).

Pertama, meningkatkan kualitas tenaga kerja untuk menurunkan pengangguran.

“Untuk mengatasi itu, maka dibutuhkan kerangka bisnis, struktur keuangan, manajemen, hingga daya tahan untuk bisa terus maju,” ujarnya.

Kedua, perlu adanya capital realocation untuk address produksi dan support investasi untuk naikkan produktivitas dan banking system.

“Maka perlu fokus kredit ke sektor prioritas dan working priority agar bisa ekspansi,” terangnya.

Ketiga, memberdayakan UMKM melalui dukungan modal bagi pelaku usaha dan UMKM dalam rangka meningkatkan produktivitas. Dengan demikian maka pemulihan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan bisa terus terlaksana.

“Untuk itu, moneter dan fiskal perlu bersinergi untuk membuat kebijakan yang memastikan stabilitas sistem keuangan, perpajakan, infrastruktur dan transformasi digital dapat mendorong perekonomian tumbuh lebih tinggi lagi,” jelasnya.

Keempat, memanfaatkan teknologi untuk mengurangi kesenjangan digital dengan meningkatkan literasi digital terutama di daerah. “Ini untuk mempermudah pertukaran informasi antar masyarakat di Indonesia,” imbuhnya.

Pertimbangan Kebijakan

Pada kesempatan yang sama Kepala Divisi Kebijakan Ketenagakerjaan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), Sangheon Lee, menyatakan pemulihan pada lapangan pekerjaan di negara berkembang perlu memperhatikan strategi pembiayaan yang efektif.

Baca Juga :   Bersih-Bersih Migas: Serikat Pekerja Dukung Langkah Hukum Kejagung

Lee menyatakan dalam menciptakan strategi pembiayaan yang efektif maka negara berkembang harus memperkuat kerja samanya dengan para pemain multilateral termasuk lembaga keuangan internasional.

“Kami sangat khawatir dengan tren berbeda dalam pemulihan. Kita berbicara tentang pemulihan yang terlalu cepat namun situasi di berbagai negara terutama negara berpenghasilan rendah masih berlanjut,” katanya.

Selain itu, Lee mengatakan negara berkembang juga harus mampu menciptakan kebijakan yang jauh lebih efektif dengan fokus pada pengembangan lapangan pekerjaan serta perlindungan sosial. Langkah tersebut untuk melengkapi upaya membentuk strategi pembiayaan sehingga pengembangan lapangan pekerjaan dapat lebih maksimal.

Sementara pada ILO, Lee menegaskan pihaknya senantiasa memberi masukan dan bekerja sama dengan negara-negara berkembang termasuk dalam membuat strategi untuk penciptaan lapangan pekerjaan dan perlindungan sosial.

ILO juga terus berdiskusi dengan lembaga asuransi dan keuangan untuk melihat adanya peluang-peluang bagi sektor keuangan global. Langkah-langkah ini sejalan dengan Presidensi G20 Indonesia yang mengedepankan ketenagakerjaan dalam mengatasi dampak berkepanjangan atau scarring effect dari pandemi Covid-19.

“Pengembangan kualitas tenaga kerja dan mengurangi angka pengangguran menjadi salah satu isu prioritas Presidensi G20 Indonesia dari empat isu prioritas yang telah ditetapkan,” ungkap Lee.

Photo Credit: Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan perlu adanya capital realocation untuk address produksi dan support investasi untuk naikkan produktivitas dan banking system. ANTARA

Lainnya Dari Telegraf