Telegraf – UNU Yogyakarta menyambut kedatangan akademisi Turkiye dan Mesir untuk berbagi pengalaman dalam penanganan stunting dan anemia melalui peningkatan nutrisi dan kualitas kesehatan publik.
Kehadiran para pakar di Kampus UNU Yogyakarta, Jumat (7/11/2025), merupakan agenda utama dan terakhir dari rangkaian program “Indonesia-Middle East and North Africa (MENA) Expert Exchange 2025” yang digelar Danone Indonesia.
Sebelumnya, program yang digelar Danone Indonesia ini telah memfasilitasi kunjungan ilmuwan Indonesia ke Turkiye dan Mesir. Dalam kunjungan ke Turkiye para akademisi mendalami perkembangan industri halal, sementara di Mesir kunjungan di lakukan untuk melakukan eksplorasi di bidang pertanian dan ketahanan pangan.
Adapun dalam program pamungkas ini para pakar membahas upaya penanganan stunting dan anemia di mana kondisi itu masih menghadapi tantangan serius di Indonesia. Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 19,8%, sementara data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa satu dari tiga anak Indonesia menderita anemia.
Pemerintah telah menetapkan target untuk menurunkan angka stunting menjadi 14,2% pada tahun 2029 melalui Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting.
Langkah-langkahnya mencakup peningkatan kualitas layanan Posyandu, dukungan terhadap pemberian ASI eksklusif dan imunisasi, hingga Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi ibu hamil/menyusui dan anak usia dini, serta yang terbaru program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Stunting dan anemia juga masih menjadi tantangan kesehatan di berbagai negara. Global Nutrition Report mencatat, prevalensi stunting pada anak di bawah usia lima tahun di Turkiye mencapai 6%, sementara anemia pada perempuan usia reproduktif (15–49 tahun) mencapai 30,9%.

Adapun data WHO dan UNICEF menunjukkan, prevalensi stunting pada anak di bawah lima tahun di Mesir mencapai 21%, dan sekitar 27% anak berusia 6–59 bulan serta 28,3% perempuan usia reproduktif mengalami anemia.
Pelaksana Harian (Plh) Rektor UNU Yogyakarta Suhadi Cholil menyatakan, kondisi-kondisi itu menegaskan, pentingnya pembelajaran lintas negara dan kolaborasi dalam mengatasi stunting dan anemia.
“Kita perlu merancang intervensi gizi yang komprehensif dan berkelanjutan, meningkatkan akses terhadap pangan bergizi, mempromosikan edukasi gizi, serta memperkuat sistem layanan kesehatan primer,” ujarnya.
Menurutnya, Indonesia berupaya untuk belajar dari pendekatan sukses Turkiye dan Mesir dalam membangun sistem kesehatan masyarakat terintegrasi yang memadukan intervensi gizi berbasis bukti, keterlibatan masyarakat yang kuat, serta tata kelola kesehatan yang efektif.
“Pengalaman Turkiye dalam mengintegrasikan edukasi gizi ke dalam layanan kesehatan masyarakat, serta keahlian panjang Mesir dalam program kesehatan ibu dan anak, memberikan wawasan berharga bagi upaya Indonesia dalam mempercepat penurunan angka stunting dan anemia,” imbuhnya.
Untuk itu, para pakar dari Turkiye dan Mesir akan dipertemukan dalam sebuah forum diskusi guna berbagi pengetahuan dan praktik terbaik, serta mencari solusi terbaik dalam menangani stunting dan anemia.
Dari Turkiye antara lain Prof. Dr. Sarp Üner, pakar kesehatan masyarakat dari Lokman Hekim University; Elman Necefzade, pejabat lembaga sertifikasi halal GİMDES; dan Duygu Güçlü peneliti Universitas Bezmialem Vakıf.
Adapun dari Mesir hadir Prof. Dr. Adel AbdElazeem, ilmuwan pertanian dan Presiden Agricultural Research Centre (ARC) dan Dr. Abdelhamed Elshazly, dosen pertanian Universitas Al-Azhar.
Sejak 3 November 2025, para pakar Turkiye dan Mesir telah berada di Indonesia untuk mengikuti site visit ke sejumlah lokasi terkait penanganan anemia dan stunting. Pada Jumat (7/11/2025) ini, mereka hadir di Kampus UNU Yogyakarta untuk merumuskan solusi bersama atas tantangan kesehatan tersebut.
Turut hadir dalam forum ini Ketua PBNU KH Ulil Abshar Abdalla dan Senior Director Public Affairs & Sustainibility Danone Indonesia Karyanto Wibowo.

Pada kesempatan tersebut, Senior Director Public Affairs & Sustainibility Danone Indonesia, Karyanto Wibowo, menjelaskan bahwa kolaborasi Danone Indonesia dalam Indonesia-MENA Expert Exchange 2025 merupakan bagian dari komitmen besar Danone Indonesia terhadap isu kesehatan di Indonesia.
“Sebagai perusahaan yang berkomitmen tinggi pada kesehatan, Danone Indonesia secara konsisten mendukung inisiatif peningkatan gizi masyarakat serta pencegahan kekurangan zat besi dan anemia. Kami memahami bahwa isu ini merupakan tantangan nyata bagi generasi muda Indonesia di masa depan.
Untuk itu, Danone Indonesia terus melakukan berbagai upaya pencegahan melalui penyediaan produk nutrisi berbasis science, program edukasi di tingkat keluarga dan sekolah, serta kolaborasi riset bersama institusi akademik dan pemerintah. Selain itu Danone Indonesia bersama berbagai mitra juga secara aktif melakukan skrining untuk mendeteksi kecukupan zat besi seperti contohnya melalui penggunaan kalkulator zat besi,” jelas Karyanto.
“Danone Indonesia berkomitmen menjadi bagian dari solusi nasional dalam pencegahan stunting, kekurangan zat besi dan anemia, melalui kolaborasi lintas sektor yang berkelanjutan. Melalui Indonesia-MENA Expert Exchange 2025, kami berharap semakin banyak praktik baik dan inovasi yang dapat direplikasi di berbagai daerah di Indonesia”,” tambahnya.
Program Manager Indonesia-MENA Expert Exchange 2025, Maria Fauzi, menambahkan program pertukaran pakar ini akan ditindaklanjuti melalui sejumlah kemitraan seperti riset bersama publikasi ilmiah, penyusunan rekomnedasi kebijakan, hingga peluang-peluang kerja sama lainnya.
“Program ini diharapkan memperkuat kemitraan kelembagaan antara universitas, asosiasi profesional, dan pelaku industri untuk mendorong penelitian dan inovasi di bidang gizi masyarakat. Selain itu, yang tak kalah penting, meningkatkan saling pemahaman dan kerja sama di bidang gizi dan kesehatan masyarakat antara Indonesia, Turkiye, dan Mesir,” paparnya.[rilis]