Telegraf – Di bidang fesyen, Indonesia ternyata cukup diakui di kancah internasional. Sederet nama-nama desainer dalam negeri kerap bertengger di pagelaran busana dunia, memamerkan karya rancangan mereka. Tak jarang hasil karya mereka pun menjadi pilihan bintang-bintang Hollywood papan atas. Siapa saja mereka?
Peggy Hartanto
Karya perempuan asal Surabaya ini sudah memiliki nama besar di dunia fesyen luar negeri. Peggy beberapa kali tampil di ajang fesyen internasional. Koleksi rancangannya juga sudah dipasarkan hingga ke mancanegara, yakni Singapura, Jepang, Kuwait, Dubai, Arab Saudi, dan Lebanon.
Sebelum terjun secara profesional, Peggy menamatkan sekolahnya di Raffles College of Design and Commerce Sydney, Australia. Dia pun lulus dengan predikat mahasiswa terbaik dan langsung bekerja di label fashion Australia Collette Dinnigan.
Namanya kemudian mulai dikenal sebagai high end ready to wear. Lalu pada 2011, dia mengeluarkan merek desain atas namanya sendiri. Desain Peggy ini memiliki karakter nuansa feminim sekaligus dinamis.
Dia mengaku mendapat inspirasi desain dari traveling dan bentuk visual. Inspirasi itu pun diwujudkan ke dalam desain dengan sentuhan modern.
Karya busananya juga jadi favorit para selebriti tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di Hollywood, di antaranya Nicole Scherzinger, Lacey Chabert, Bella Thorne, Giuliana Rancic, dan Odette Annable. Selain itu Gigi Hadid juga pernah memakai rancangan dari Peggy Hartanto.
Bahkan, majalah Forbes pernah menobatkan Peggy sebagai salah satu dari daftar pengusaha muda yang sukses di bawah usia 30 tahun atau “30 Under 30 Asia” pada 2016.
Dian Pelangi
Dian membuktikan bahwa menggunakan jilbab tidak menghalangi perempuan untuk berekspresi dalam gaya berbusana. Sebagai desainer, perempuan berjilbab ini juga berhasil mempopulerkan busana ready-to-wear yang modest.
Karyanya pun sudah beberapa kali dipertontonkan pada pagelaran busana dunia, seperti London Fashion Week dan New York Fashion Week. Tak mengejutkan bila pada 2018, dia berhasil masuk ke dalam 30 daftar generasi muda yang inspiratif dan memiliki pengaruh besar pada lingkungan, ’30 Under 30 Asia’ versi majalah Forbes.
Dian Pelangi menyabet dua kategori dari 10 kategori yang disajikan, yaitu kategori ‘The Art’ dan ‘Celebrities’. Dian juga jadi satu-satunya hijabers Indonesia yang masuk ke dalam daftar itu, menyisihkan lebih dari 2.000 nama, dari berbagai negara di Asia dan Australia.
Pencapaian Dian tersebut tak didapatkan secara cuma-cuma. Dari kecil, dia sudah dididik untuk terjun langsung ke dunia fesyen oleh orang tuanya. Tak heran jika di usia 18 tahun, Dian sudah berhasil melangsungkan fashion show pertamanya di Melbourne Islamic Fashion pada tahun 2008.
Pada tahun sama, Dian Pelangi menjadi salah satu desainer termuda yang memamerkan busana muslim modern di Jakarta Fashion Week 2009. Namanya pun semakin dikenal setelah dia masuk jajaran pelopor Hijabers Community.
Rinda Salmun
Perempuan satu ini merupakan salah satu desainer Indonesia yang berkesempatan merepresentasikan karya busananya di LA Fashion Week. Rinda menampilkan karya busana bergaris rancang modern yang menggambarkan perempuan masa kini dengan aktivitas padat, namun tetap bisa modis.
Rancangannya pernah dipilih oleh juri X-Factor Inggris Joelle Moses untuk dikenakan dalam penampilan panggung serta video klipnya. Karya Rinda pun sempat ditampilkan pada acara Fashion Maverick di London Fashion Week 2010 dan Ringstrassen Gallerien Award di Wina, Austria.
Namanya memang lebih dulu melambung di luar negeri. Sedangkan di dalam negeri nama Rinda sebagai desainer baru dikenal saat ia memulai debutnya di Jakarta Fashion Week pada Oktober 2013. Meskipun demikian, dia terlebih dulu merintis minat dan studinya di Indonesia.
Sejak SMA, Rinda memang menyukai dunia rancang busana, bahkan mengambil kursus desain busana. Ketika hendak melanjutkan kuliah ke jurusan fesyen, ayahnya justru menyarankan dia untuk mengambil jurusan seni lukis terlebih dulu.
Masukan ayahnya ternyata memberikan Rinda ruang baru untuk berkembang di bidang fesyen. Berkenalan dengan berbagai aliran seni lukis semasa kuliah memperkaya khazanah kreatifitasnya. Apalagi, kemampuan fesyennya juga terus diasah dengan bekerja untuk perancang ternama Adji Notonegoro ketika kuliah.
Karyanya sendiri memiliki ciri khas seperti potongan geometris dengan warna-warna terang. Dia pun mengakui bahwa gaya rancangannya ini diperkaya oleh unsur seni murni yang digabungkan dengan garis-garis tegas yang membingkai tubuh si pemakai karyanya. Dengan ciri tersebut, Rinda menyasar perempuan urban yang mengapresiasi seni dan dunia kreatif.
Setelah lulus sarjana, dia melanjutkan studi di Ravensbourne College of Design & Communication, London. Langkah yang ia ambil ini ternyata semakin membuka peluangnya untuk menjadi desainer profesional di luar negeri.
Semasa kuliah S-2 Rinda sempat magang sebagai humas rumah desain Giorgio Armani, menjadi asisten produksi perancang terkenal Natascha Stolle, serta bekerja untuk perancang kenamaan Inggris Giles Deacon.
Selain magang di London, Rinda juga sering mempromosikan karyanya melalui website yang memamerkan karya desainer terbaru, dan sekolah fesyen. Dari hasil kerja kerasnya itu, kini dia menjadi desainer muda yang namanya patut diperhitungkan di dunia internasional. (Mela)
Photo credit : Jakarta Fashion Week: Peggy Hartanto Interview. Youtube doc. Jakarta Globe