Telegraf – Survei 3 tahunan yang dilaksanakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukan bahwa tren indeks literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia terus mengalami peningkatan. Per tahun 2022 indeks literasi keuangan sudah di angka 49,68% dari tahun 2019 hanya 38,03%, sementara indeks inklusi keuangan mencapai 85,1% dibandingkan tahun 2019 yaitu 76,2%.
Direktur Pelaksanaan Edukasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Halimatus Sadiyah menjelaskan, meski setiap tahunnya mengalami peningkatan, gap antara indeks literasi dengan inklusi masih cukup tinggi. OJK hingga saat ini pun terus berupaya meningkatkan literasi keuangan masyarakat salah satunya melalui kegiatan edukasi dengan melibatkan berbagai pihak, bekerja sama dengan lebih banyak stakeholder agar bisa menjangkau masyarakat yang lebih luas.
“Kami juga telah membangun infrastuktur seperti lmsku.ojk.go.id agar masyarakat dapat belajar mandiri dengan mengakses platform secara gratis yang berisikan materi-materi jasa keuangan, perencanaan keuangan, serta konten minisite untuk tips yang relate seputar keuangan. Dari sisi inklusi kami punya program yang mendukung pemerintah yaitu 1 rekening 1 pelajar, serta ada tim percepatan akses keuangan daerah dan lainnya,” jelas Halimatus, UOB Media Literacy Circle dengan tema “Membangun Budaya Keuangan yang Sehat bagi Generasi Muda” di Jakarta, Rabu (24/4) .
OJK berharap agar masyarakat bisa lebih melek keuangan, termasuk transaksi digital agar tak terjerat pinjaman online ilegal. Cara mengatur keuangan yang baik penting diketahui agar tidak terjadi defisit selisih antara pengeluaran dan pendapatan. Mengatur keuangan pribadi yang pertama adalah dengan memilah kembali antara kebutuhan dan keinginan. Menurutnya, inklusi keuangan merupakan kunci untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan serta mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dalam rangka terus meningkatkan literasi keuangan dalam masyarakat PT Bank UOB Indonesia terus mendukung terciptanya budaya keuangan yang sehat, dengan terus menggelar kegiatan-kegiatan edukasi yang berfokus pada peningkatan literasi dan inklusi keuangan, terutama bagi generasi muda Indonesia.
Head of Strategic Communication and Brand UOB Indonesia Maya Rizano mengatakan, peningkatan literasi untuk generasi muda menjadi sesuatu yang sangat penting, terutama bagaimana menjaga ketahanan finansial mereka. Apalagi jika melihat saat ini banyak gen Z dan milenial atau yang berusia 19 hingga 34 tahun berkontribusi besar terhadap tingginya kredit macet di pinjaman online hingga lebih dari Rp 700 miliar.
“Kegiatan edukasi seperti ini sangat diperlukan sebagai wadah yang dapat meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai aspek-aspek seputar industri keuangan, yang nantinya dapat menjadi pendukung dalam menggerakan perekonomian Indonesia. Untuk itu butuh peran dari berbagai pihak agar para generasi muda kita dapat melakukan perenanaan keuangan yang matang dan berkelanjutan,” kata Maya.
Dalam kesempatan yang sama vera margater Executif Direktor Head Of Deposit & Wealth Management UOB Indonesia mengatakan dalam pengelolaan incame harus memiliki aturan dalam menganggarkan incame yang kita dapat setiap bulan, seperti kebutuhan, tabungan, dan keinginan.
“Untuk memenuhi kebutuhan dalam satu bulan harus memiliki porsi sekitar 70-85 persen Incame, kebutuhan disini adalah tempat tinggal, makan bayar hutang utilitas, sementara itu untuk tabungan sekitar 10-20 persen, dan keinginan sebanyak 5-10 persen,” ungkapnya.
Tabungan masuk ke poin kedua adalah ini penting karena jika ada yang mendesak ini ada uang darurat. Sementara untuk keinginan disini jangan tidak di wujudkan dan di ganti, karena keinginan ini adalah bentuk semangat untuk menghasilkan incame.
“Tidak perlu menganti keinginan, karena salah satu hal yang memotifasi kita untuk kita maju dan terus bekerja adalah sebuah keinginan untuk sampai level, tapi ingat tanggungjawabnya, dan disiplin dilakukan,”kata Vera.