Telegraf – Dalam rangka mengangkat pentingnya memberikan makna yang lebih fresh pada filosofi “Bibit, Bebet, Bobot” Closeup brand pasta gigi gel produksi PT Unilever Indonesia, Tbk. hadirkan kampanye #SpeakUpforLove.
Kampanye #SpeakUpforLove sudah di lakukan sejak tahun 2020, hal itu di ungkapkan oleh Distya Tarworo Endri, Head of Marketing Oral Care Category, PT Unilever Indonesia, Tbk dalam konfrensi pers di Jakarta.
Ia juga mengungkapkan melalui serangkaian platform dan aktivitas yang menginspirasi pasangan muda untuk lebih percaya diri menyuarakan isi hati dalam memilih dan menjalani hubungan mereka.
“Closeup memiliki purpose menginspirasi pasangan muda untuk mengubah mutual attraction menjadi action, bebas dari keraguan diri atau penilaian orang lain. Nyatanya, filosofi ‘Bibit, Bebet, Bobot’ atau 3B masih menjadi tiga kriteria yang turun temurun dipergunakan keluarga dalam menentukan calon pasangan hidup yang terbaik bagi anak mereka,” tutur Distya.
Pemahaman lama mengenai filosofi ia menlanjutkan tidak jarang mengakibatkan banyak pasangan – utamanya mereka yang menjalin hubungan yang unconventional karena perbedaan mencolok seperti beda usia, latar belakang ekonomi, atau suku dan ras – terpaksa menyudahi hubungan karena merasa tidak mampu memenuhi harapan dari keluarga maupun lingkungan.
Di kesempatan yang sana Pingkan Rumondor, M.Psi., Psikolog Klinis dan Peneliti Relasi Interpersonal menanggapi, terkait pemaknaan Bibit, Bebet, Bobot – sebagai asal usul, latar belakang ekonomi keluarga, serta pendidikan dan keahlian calon pasangan – sesuai dengan tujuan pernikahan di jaman dulu, yaitu untuk mengamankan harta, tanah, dan kedudukan. Ketika itu, cinta tidak termasuk dalam kriteria yang dianggap penting, dan kehidupan seseorang bergantung pada status yang dibawa sejak lahir, bukan diperoleh dengan kerja keras dan keterampilan.
“Hal ini berevolusi seiring perubahan jaman. Kaum dewasa muda kini punya kesempatan untuk menyampaikan perspektif tentang pasangan pilihan, sehingga diperlukan penyelerasan pandangan antara pasangan, keluarga dan masyarakat. Bagaimanapun, pandangan masyarakat memang menjadi penting karena turut membentuk pendapat pasangan dan keluarga mengenai pemilihan pasangan hidup,” kata Pingkan.
Pasangan selebriti Muhammad Fardhan dan Mikaila Patritz membagikan pengalamannya selain usia yang terpaut cukup jauh, kami juga berasal dari ras dan suku yang berbeda. Selama pacaran, hal ini menimbulkan pertanyaan atau keraguan dari keluarga dan orang-orang terdekat.
“Awalnya memang ‘gerah’, tapi karena sering berdiskusi tentang ekspektasi dalam hidup dan pembagian peran antara suami istri, akhirnya kami merasa semakin cocok dan mantap melanjutkan hubungan. Alhamdulillah, kami berhasil meyakinkan semua orang, terutama orang tua, bahwa kami memiliki satu tujuan serta siap untuk saling melengkapi dan tumbuh bersama,” ungkap Fardhan.