Telegraf – Animo artis luar negeri (LN) untuk tampil di Indonesia khususnya konser music masih sangat tinggi, sehingga bisnis entertainment property seperti lighting, sound system, kapasitas ruangan dan lain sebagainya. Management artis luar negeri sangat concern dengan perlengkapan dan kelengkapan property di atas panggung. Karena penampilan mereka sangat ditunjang oleh sound system, lighting dan lain sebagainya.
“Mereka tidak mempermasalahkan kondisi politik dan lain sebagainya. Yang penting, mereka dibayar. Sementara animo masyarakat untuk nonton artis favoritnya juga tinggi,” kata Hendra Lie dari Mata Elang entertainment production kepada Telegraf.
Sehingga dalam waktu singkat, Mata Elang berencana membangun stadium musik di PIK (Pantai Indah Kapuk) II Jakarta Utara. Stadium tersebut mencakup berbagai fasilitas seperti concert hall, exhibition, studio dan lain sebagainya. Karena fasilitasnya sangat lengkap, Hendra memberi nama Mata Elang Kingdom.
“Stadium baru, pasti namanya sama dengan yang sudah ada sebelumnya (Mata Elang International Stadium) Ancol. Fasilitasnya terintegrasi dengan berbagai fasilitas.”
Brand Mata Elang tidak lepas dari bisnis tata lampu atau lighting, entertainment production. Portofolio konser artis luar negeri di MEIS sudah mencapai ratusan. Dua tahun belakangan ini memang ada penurunan pagelaran konser. Hal ini bukan berarti bisnis entertainment production meredup.
“MEIS kan ditutup karena terkendala izin gangguan dari Pemprov DKI Jakarta. Kita bikin (spundsystem pada konser) Bon Jovi, Metallica, harus sangat hati-hati dengan sound system. Kami juga tangani (konser) Rolling Stone di Macau, Sydney (Australia). Kami tangani sound system, walaupun (konser di Sydney) batal. Di Macau jadi (berlangsung). Musisi kita juga banyak yang pergi (nonton Rolling Stone di Macau) seperti Once, Ari Lasso (vokalis Dewa). Kami dipercayai tangani show (Rolling Stone) karena soundsystem kami nomor satu di dunia.”
Dari usaha inilah, Hendra memiliki kerajaan bisnis tata cahaya pertunjukan termasuk acara Sea Games 2011 di Palembang. Kelengkapan soundsystem tidak hanya untuk proyek konser musik, tapi even bertaraf internasional. Kilas balik bisnis entertainment property Mata Elang yakni ketika berhasil me-manajeri group music cadas God Bless era tahun 1970-an. Hendra banting setir dari musik tahun 1978, menggeluti dunia showbiz. Ia yakin dengan epiawaiannya menangani tata panggung dan sound system suatu konser, dan juga merambah dunia properti.
Tonggak kesuksesan Mata Elang dimulai sejak mendapat kepercayaan menangani pembukaan dan penutupan SEA Games tahun 1997 di GBK hingga SEA Games tahun 2011 di Palembang. Ratusan konser artis dalam dan luar negeri pun mempercayakan tata panggung dan suara pada Hendra Lie, hingga acara tingkat dunia seperti Olimpiade Sydney tahun 2000 digarap Mata Elang dengan menggunakan teknologi Lighting High End System.
Baginya, success story nya sama dengan pebisnis lainnya yang sukses di berbagai negara di dunia termasuk Indonesia. Kunci keberhasilan hanya kerja keras, jujur dan optimis. Ia membuktikan bahwa setiap orang bisa merubah nasib tanpa harus melihat latar belakang status sosial, pendidikan, maupun tempat. Kemauan kuat untuk terus dapat mempertahankan hidup merupakan motivasi utama seseorang untuk bisa meraih sukses.
“Saya dilahirkan dari keluarga miskin, sekolah hanya sampai kelas 4 SR (sekarang SD), tantangannya saya harus berjuang.”
Berhentinya Hendra dari musik dikarenakan pengamatannya bahwa musisi pada masa itu hidup susah di hari tuanya.
“Eksis di dunia musik, tidak gampang. Kebanyakan musisi kita, pada hari tuanya, susah. Karena pemerintah tidak pernah memikirkan musisi kita. Lalu saya mulai membangun Mata Elang production tahun 1988.”
Puluhan tahun jam terbang Mata Elang (saat ini mampu menangani +/- 200 event per bulan), akhirnya melihat kebutuhan akan kehadiran suatu stadium pertunjukan yang berstandar internasional. Jika salah satu tujuan akhir berkarya di industri musik adalah mengekspresikan karyanya melalui penampilan diatas panggung (Show), maka Hendra Lie mewujudkan tempat yang mumpuni alias berstandard Internasional baik dari segi kualitas tata suara (Sound System), Tata Lampu (Lighting System) hingga akustik dan kapasitas yaitu Mata Elang International Stadium (MEIS).
“Apa yang menjadi animo artis luar (tampil di Indonesia)? Artis luar tidak lihat ekonomi Indonesia, yang penting mereka mau kapasitas sound system (di panggung), pengalaman perusahaan (tangani konser), portofolio, bagaimana multi media, tata panggung, management artis, karena penampilan mereka sangat didukung peralatan. Dia harus tahu peralatan memadai, standard internasional dan yang menangani professional.”
MEIS pernah menjadi saksi kehebatan bintang dunia seperti Roxette, Sting, Dream Theatre, Guns N’Roses, Taylor Swift, Bruno Mars, Jennifer Lopez, Beyonce hingga band Korea dan band-band lokal. Namun sungguh sayang, gedung yang usianya belum lama dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat ini ternyata tidak bisa berumur panjang, karena Juni 2014 MEIS harus ditutup karena direcoki pihak lain.
Meskipun demikian, Mantan Simpai Karate tersebut tidak patah arang. Tidak tanggung-tanggung ia akan membangun kembali gedung konser berstandard Internasional di Jakarta dan Bali. Kapasitasnya bahkan lebih besar dari MEIS yang ada di Ancol.
“Saya bersyukur, masih bisa eksis, bukan hanya dunia entertainment, tapi juga bisnis property (Marina Bay West Residence Ancol Barat), dan bisa bikin konser stadium, bahkan sekarang saya mau bikin yang lebih besar di Jakarta dan Bali.”
Stadium baru tersebut, sebut Hendra Lie, kurang lebih akan menjadi Mata Elang Kingdom (kerajaan), “Jadi di sana menyatu (terintegrasi) berbagai fasilitas seperti concert hall, exhibition, universal studio, taman hiburan (lotte world), kita buat seperti kerajaan, itu cita-cita saya, yang penting kita harus punya ambisi semasa masih hidup.”
Bocorannya, Mata Elang Kingdom akan berlokasi di PIK II, merupakan wilayah terintegrasi dengan lokasi pengembangan properti dari Hendra Lie yakni Tokyo Riverside, pengembangan wahana permainan Lotte World, dan Mata Elang Exhibition Centre seluas 10 hektar yang nantinya akan menjadi destinasi pagelaran dan pameran nasional dan internasional. (S.Liu)