Bicara Soal Bhinneka Tunggal Ika, Paus Juga Kritik ke Penguasa

“Akibatnya, sebagian besar umat manusia terpinggirkan, tanpa sarana untuk menjalani hidup yang bermartabat dan tanpa perlindungan dari ketimpangan sosial yang serius dan bertumbuh,"

Oleh : A. Chandra S.

TELEGRAF – Paus Fransiskus mengkritik kebijakan penguasa yang berupaya memberantas keberagaman dengan memaksakan keseragaman pada hidup masyarakat. Hal ini disampaikan Paus bernama asli Jorge Maria Bergoglio ini saat dia memberikan pidato di hadapan Presiden Joko Widodo (Jokowi), presiden terpilih 2024-2029, Prabowo Subianto dan para pejabat Kabinet Indonesia Maju.

“Kadang-kadang, ketegangan-ketegangan dengan unsur kekerasan timbul di dalam negara-negara karena mereka yang berkuasa ingin menyeragamkan segala sesuatu dengan memaksakan visi mereka,” kata Paus dalam sambutannya di Istana Negara, Rabu (04/09/2024)

“Bahkan dalam hal-hal yang seharusnya diserahkan kepada otonomi individu-individu atau kelompok-kelompok yang berkaitan.” ujarnya.

Dia menilai, banyak kebijakan-kebijakan penguasa yang berupaya membuat seragam segala sesuatu sesuai dengan visi pribadinya. Selain itu, kebijakan tersebut biasanya juga tak berorientasi pada masa depan dan prinsip-prinsip sosial.

“Akibatnya, sebagian besar umat manusia terpinggirkan, tanpa sarana untuk menjalani hidup yang bermartabat dan tanpa perlindungan dari ketimpangan sosial yang serius dan bertumbuh, yang memicu konflik-konflik yang parah,” ucapnya.

Meski disampaikan secara umum, pidato paus tersebut dinilai bisa menjadi otokritik bagi pemerintah dan kelompok elit di Indonesia yang mencoba menerapkan sistem pemerintahan tanpa keberagaman. Meski kerap digadang demi tujuan yang baik, tak ada keberagaman berpotensi menekan ruang kritik.

Presiden Joko Widodo (kanan) memperkenalkan Menteri Pertahanan sekaligus presiden terpilih untuk masa bakti 2024-2029 Prabowo Subianto (kiri) Paus Fransiskus (tengah) sebelum upacara penyambutan di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (4/9/2024). ANTARA/Muhammad Adimaja

Presiden Joko Widodo (kanan) memperkenalkan Menteri Pertahanan sekaligus presiden terpilih untuk masa bakti 2024-2029 Prabowo Subianto (kiri) Paus Fransiskus (tengah) sebelum upacara penyambutan di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (4/9/2024). ANTARA/Muhammad Adimaja

Tak hanya soal kritik tersebut, Paus Fransiskus pun memuji semboyan Indonesia ‘Bhinneka Tunggal Ika’ dalam pidato sambutannya itu.

“Semboyan negara anda Bhinneka Tunggal Ika bersatu dalam keberagaman secara harfiah berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua, mengungkapkan sisi realitas sisi dari berbagai orang yang disatukan dengan teguh dalam satu bangsa,” bebernya.

“Semboyan ini juga menunjukkan bahwa sebagai keragaman hayati yang ada dalam negara kepulauan ini adalah sumber kekayaan dan keindahan,” ungkapnya.

Baca Juga :   Masyarakat Butuh Skenario Untuk Perbaikan Demokrasi dan Pemerintahan

Demikian, Paus menilai pula perbedaan secara khusus berkontribusi bagi pembentukan mosaik yang sangat besar yang mana masing-masing adalah unsur tak tergantikan, mampu menciptakan karya besar otentik berharga.

“Kerukunan di dalam perbedaan dicapai ketika perspektif-perspektif tertentu mempertimbangkan kebutuhan kebutuhan bersama dari semua kurang dan ketika setiap kelompok suku dan demonasi keagamaan bertindak dalam semangat persaudaraan seraya mengejar tujuan luhur dengan melayani kebaikan bersama,” kata Paus.

Selain itu, Paus mengatakan untuk berpatisipasi dalam sejarah bersama yang di dalamnya solidaritas adalah unsur hakiki dan semua orang memberikan sumbangsihnya membantu mengidentifikasi solusi-solusi yang tepat untuk menghindari kejengkelan yang muncul dari perbedaaan dan untuk mengubah perlawanan kepada kerja sama yang efektif.

“Keseimbangan yang bijaksana namun rentang ini di antara kemajemukan budaya yang besar dan ideologi-ideologi yang berbeda dan cita-cita yang mempererat persatuan haruslah dibela terus-menerus dari berbagai ketimpangan ini adalah karya keterampilan yang dipercayakan kepada semua orang tetapi secara khusus kepada mereka yang terlibat dalam kehidupan politik yang harus memperjuangkan kerukunan persamaan,” imbuhnya.

Paus Fransiskus (depan, kedua kanan) dan Presiden Joko Widodo (depan, kanan) menghadiri pertemuan dengan pihak berwenang Indonesia, masyarakat sipil, dan korps diplomatik dalam kunjungan apostoliknya ke Asia di Istana Merdeka, Jakarta, 4 September 2024. REUTERS/Guglielmo Mangiapane

Paus Fransiskus (depan, kedua kanan) dan Presiden Joko Widodo (depan, kanan) menghadiri pertemuan dengan pihak berwenang Indonesia, masyarakat sipil, dan korps diplomatik dalam kunjungan apostoliknya ke Asia di Istana Merdeka, Jakarta, 4 September 2024. REUTERS/Guglielmo Mangiapane

Paus mengaku berbicara dengan mengutip Paus Yohanes Paulus II yang juga berbicara di Istana pada tiga setengah dekade yang lalu.

“Saya ingin menjadikan kata-kata dari Santo Yohanes Paulus II dalam kunjungannya tahun 1989 di istana ini, sebagai perkataan saya,” bebernya.

Di penghujung akhir pernyataan, ia mengaku dengan keanekaragaman yang sah dengan menghargai manusia dan politik dari semua warga dan mendorong pertumbuhan persatuan nasional berlandaskan toleransi dan sikap saling menghargai terhadap orang lain ada di Indonesia.

Paus Fransiskus, kiri, menyampaikan pidatonya saat Presiden Indonesia Joko Widodo mendengarkan dalam pertemuan dengan pihak berwenang Indonesia, masyarakat sipil, dan korps diplomatik, dalam kunjungan apostoliknya ke Asia, di Istana Kepresidenan di Jakarta, Rabu, 4 September 2024. (Willy Kurniawan/Pool Photo via AP)

“Indonesia meletakkan fungsi masyarakat yang ada dan damai yang diinginkan bukan untuk diri sendiri dan rindu untuk diwariskan kepada anak-anak setelahnya,” tandasnya.

“Masyarakat percaya bahwa mereka dapat memohon berkat Allah mendengar bahwa keluarga mau memiliki 3-4 anak ini sebuah yang baik berkata bahwa keluarga ini sebuah contoh yang bagus untuk negara, karena banyak negara tidak mau lagi memiliki anak tetapi memiliki binatang,” pungkasnya.

Lainnya Dari Telegraf