Cari
Sign In
  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Internasional
Telegraf

Kawat Berita Indonesia

  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Internasional
  • Entertainment
  • Lifestyle
  • Technology
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Lainnya
    • Regional
    • Didaktika
    • Musik
    • Religi
    • Properti
    • Opini
    • Telemale
    • Philantrophy
    • Corporate
    • Humaniora
    • Cakrawala
    • Telegrafi
    • Telecoffee
    • Telefokus
    • Telerasi
Membaca Akar-Akar Psikologi Indonesia
Bagikan
Font ResizerAa
TelegrafTelegraf
Cari
  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Internasional
  • Entertainment
  • Lifestyle
  • Technology
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Lainnya
    • Regional
    • Didaktika
    • Musik
    • Religi
    • Properti
    • Opini
    • Telemale
    • Philantrophy
    • Corporate
    • Humaniora
    • Cakrawala
    • Telegrafi
    • Telecoffee
    • Telefokus
    • Telerasi
Punya Akun? Sign In
Ikuti Kami
Telegraf uses the standards of the of the Independent Press Standards Organisation (IPSO) and we subscribe to its Editors’ Code of Practice. Copyright © 2025 Telegraf. All Rights Reserved.
Telerasi

Akar-Akar Psikologi Indonesia

MSN Rabu, 4 September 2024 | 19:48 WIB Waktu Baca 4 Menit
Bagikan
Yudhie Haryono
Bagikan

Opini | Yudhie Haryono | Rektor Universitas Nusantara

Aku mengetik ini saat diterjang gagasan nusantara studies, 20 tahun lalu. Saat memilih bertobat dari siksa liyan pada republik kita. Saat tak bangga sama sekali di puncak-puncak agensi kolonial. Lalu, berimaji membangun kampus nusantara sebagai anti tesa neokolonial. Dan, psikologi indonesia itu salah satu porosnya. Satu ilmu kokoh demi lahirnya mentalitas nusantara.

Atas alasan itu pula, aku menikahi psikolog dan belajar, koleksi serta ziarah ke psikolog-psikolog besar dunia. Beberapa psikolog itu kukunjungi dan kuwawancara. Semua demi mengokohkan lahirnya psikologi indonesia via nusantara studies.

Dus, sesungguhnya nusantara studies dan mentalitas nusantara itu merupakan suatu aksi protes (revolusi nalar) terhadap bentuk “imperialisme akademik” dalam dua pengertian sekaligus. Pertama, imperialisme metodologis dan kedua imperialisme ideologis iptek. Karenanya, revolusi nalar ini adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala dan pelaksana pancasila.

Tentu saja, ini adalah jenis perlawanan pada mental kolonial hasil dari tradisi neo kolonialisme yang memperanakkan cultural poverty, academic poverty, moral poverty, imagination poverty, text poverty and absolute poverty. Lengkap sudah.

Sadar terhadap kekalahan dan kemiskinan akut yang terus menerus itulah, kita harus mengubah taktik perjuangan dan perlawanan. Bila pada mulanya mengandalkan kekuatan otot (senjata) mestinya berubah menggunakan kekuatan otak (pikiran). Dengan taktik perjuangan semacam itu, kita akan berhasil membebaskan diri dari penjajahan: menghasilkan imaji dan realisasinya.

Tetapi, dalam kekeringan imaji itulah, hipotesaku begini: Bapak Psikologi Indonesia itu Ki Ageng Suryomentaram. Ia lahir pada 20 Mei 1892, di Keraton Yogyakarta. Anak ke-55 Sultan Hamengku Buwono VII ini pemikir besar Jawa, yang pemikirannya ikut dalam pembentukan republik muda.

Ia menulis dasar-dasar psikologi seperti ilmu nyata dan ilmu keyakinan, mawas diri sebagai sumber pengetahuan sejati, ilmu tentang diri dan masyarakat, pendidikan untuk menajamkan rasa dan rasio, perkawinan sebagai pemenuhan sekaligus pengendalian hasrat, pegangan hidup, dll. Ilmu ini khas “timur” yang theoantroeco centris. Keselarasan.

Semangat yang diusung oleh Ki Ageng Suryomentaram adalah mengajak kita berpikir-berasa dan berasa-berpikir rasional. Namun, rasionalitas Ki Ageng memiliki corak yang agak berbeda dengan rasionalitas Barat secara umum yang angkuh dan kaku. Kawruh Jiwa adalah sistem pengetahuan rasional yang memiliki ciri reflektif, karena di dalamnya terliput dimensi rasa atau afeksi, kapasitas psikologis yang dalam tradisi Barat terbedakan secara tegas dengan rasio.

Tentu saja, kita harus berani untuk menemukan, mengkonstruksikan dan mengembangkan psikologi indonesia. Kita wajib mengemukakan konstruksi psikologis berdasarkan pengalaman dan pemikiran orang Indonesia guna menjawab persoalan-persoalan penting keindonesiaan.

Karenanya, psikologi indonesia mestinya berlaku indijinus (Kim & Berry, dalam Uichol, 2006), yaitu kajian ilmiah tentang perilaku atau pikiran manusia yang native, maksudnya tidak dibawa dari wilayah lain, tetapi didesain oleh, untuk, demi dan dari orang-orang indonesia.

Psikologi Indonesia punya tugas mulia untuk membangun jiwa seluruh rakyat yang merdeka, mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku agar berorientasi pada kemajuan, keadilan sosial dan hal-hal yang mandiri-modern-martabatif, sehingga Indonesia menjadi bangsa besar, peradaban gigantis sehingga mampu memenangi kompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Iptek ini akan terus relevan bagi bangsa Indonesia yang tengah menghadapi lima problem pokok bangsa yaitu; tumbuhnya elite jahat, merosotnya wibawa negara, merebaknya intoleransi, hancurnya sendi-sendi perekonomian nasional, hilangnya kedaulatan negara dan warganya.

Pada batas-batas tertentu, mengungkap pikiran dan karya KAS menemukan pijakannya. Ternyata kita bangsa kaya (karya, pikiran) yang lengkap. Ayok terus optimis.(*)

Bagikan Artikel
Twitter Email Copy Link Print

Artikel Terbaru

Rock Ngisor Ringin Part #2 Jadi Ajang Kumpul Musisi Rock Tanah Air
Waktu Baca 4 Menit
Program FLPP Capai Rekor 263 Ribu Unit, BTN Dominasi Penyaluran Rumah Subsidi Nasional
Waktu Baca 4 Menit
BSN Resmi Beroperasi Usai Spin-Off dari BTN, Bidik Pertumbuhan Perbankan Syariah Nasional
Waktu Baca 3 Menit
Tradisi Warga Indonesia Dalam Merayakan Malam Tahun Baru di New York
Waktu Baca 6 Menit
OJK Bentuk Departemen UMKM dan Keuangan Syariah, Pengawasan Bank Digital Berlaku 2026
Waktu Baca 3 Menit

Keamanan Digital Adalah Tanggung Jawab Setiap Pengguna Teknologi

Waktu Baca 2 Menit

Keamanan Digital Kebutuhan Mendasar di Tengah Transformasi Teknologi

Waktu Baca 2 Menit

BTN Salurkan Bantuan Rp8 Miliar untuk Korban Banjir dan Longsor di Sumatera

Waktu Baca 3 Menit

OJK Raih Predikat Badan Publik Terbaik Nasional 2025, Tegaskan Komitmen Keterbukaan Informasi

Waktu Baca 4 Menit

Lainnya Dari Telegraf

Telerasi

Lebih dari 800 Karya Warnai Perayaan 3 Tahun MOOC Pintar: Kreativitas yang Layak Diapresiasi

Waktu Baca 3 Menit
Foto: Aktivitas Guru dan Murid Sekolah Amal Mulia Kota Depok, (Ist)
Telerasi

Ribuan Pelajar Depok Siap Menulis untuk Masa Depan Kota, Yuk Hadiri dan Dukung Aksi Literasi yang Menginspirasi Ini!

Waktu Baca 3 Menit
Telerasi

Bagi Saham BUMN Untuk Rakyat Agar Tidak Merusak Lingkungan Hidup

Waktu Baca 4 Menit
Telerasi

Batch # 6 Pelatihan Video Pembelajaran, Ditutup Kapus Fujiartanto

Waktu Baca 4 Menit
Telerasi

Komunitas Epistemik Jalur Rempah

Waktu Baca 5 Menit
Telerasi

Pemimpin Yang Nasionalistik

Waktu Baca 4 Menit
Telerasi

Lampu Terang, Mengenang Faisal Basri

Waktu Baca 5 Menit
Telerasi

Membangun Indonesia, Menggali Makna Kepemimpinan Dari Negarawan Sejati

Waktu Baca 5 Menit
Telegraf
  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Regional
  • Internasional
  • Cakrawala
  • Didaktika
  • Corporate
  • Religi
  • Properti
  • Lifestyle
  • Entertainment
  • Musik
  • Olahraga
  • Technology
  • Otomotif
  • Telemale
  • Opini
  • Telerasi
  • Philantrophy
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber

KBI Media

  • Akunku
  • Hobimu
  • Karir
  • Subscribe
  • Telegrafi
  • Teletech
  • Telefoto
  • Travelgraf
  • Musikplus

Kawat Berita Indonesia

Telegraf uses the standards of the of the Independent Press Standards Organisation (IPSO) and we subscribe to its Editors’ Code of Practice. Copyright © 2025 Telegraf. All Rights Reserved.

Selamat Datang!

Masuk ke akunmu

Lupa passwordmu?