Sign In
  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Internasional
Telegraf

Kawat Berita Indonesia

  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Internasional
  • Entertainment
  • Lifestyle
  • Technology
  • Didaktika
  • Olahraga
  • Lainnya
    • Otomotif
    • Regional
    • Musik
    • Religi
    • Properti
    • Opini
    • Telemale
    • Telecoffee
    • Philantrophy
    • Corporate
    • Humaniora
    • Cakrawala
    • Telefokus
Membaca Bangkitlah dengan Nurani: Karena Setiap Zaman Butuh Pahlawan Baru
Bagikan
Font ResizerAa
TelegrafTelegraf
Cari
  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Internasional
  • Entertainment
  • Lifestyle
  • Technology
  • Didaktika
  • Olahraga
  • Lainnya
    • Otomotif
    • Regional
    • Musik
    • Religi
    • Properti
    • Opini
    • Telemale
    • Telecoffee
    • Philantrophy
    • Corporate
    • Humaniora
    • Cakrawala
    • Telefokus
Punya Akun? Sign In
Ikuti Kami
Copyright © 2025 Telegraf. KBI Media. All Rights Reserved.
Humaniora

Bangkitlah dengan Nurani: Karena Setiap Zaman Butuh Pahlawan Baru

Idris Daulat Senin, 10 November 2025 | 13:30 WIB Waktu Baca 2 Menit
Bagikan
Heroes and the Meaning of Sacrifice
Bagikan

TELEGRAF.CO.ID – Hari Pahlawan bukan sekadar tanggal dalam kalender nasional, melainkan momen untuk menundukkan kepala dan mengingat jasa mereka yang telah mengorbankan segalanya demi negeri ini. Pahlawan adalah sosok yang hadir membawa perubahan, memberi makna bagi kehidupan orang lain, kelompok, atau bangsa—meski tanpa jubah, tanpa pedang, dan tanpa pamrih.

Setiap orang dapat menjadi pahlawan pada zamannya. Di saat seseorang terjatuh dan kita hadir memberi pertolongan, di situlah kepahlawanan menemukan bentuknya. Tidak selalu di medan perang; kadang justru di tengah kehidupan sehari-hari—di ruang kelas, di jalanan, di laboratorium, atau di balik layar perjuangan sosial.

Bangsa Indonesia memiliki ribuan pahlawan yang lahir dari berbagai masa. Dari para ksatria Majapahit yang menjaga kedaulatan kerajaan, hingga para pejuang kemerdekaan yang melawan penjajahan dengan darah dan nyawa. Mereka berjuang dalam kondisi yang berbeda, tapi dengan semangat yang sama: menegakkan kebenaran, keadilan, dan kebebasan.

Perjuangan harus dilihat berdasarkan konteks zamannya. Apa yang dianggap berani dan benar di masa lalu mungkin tampak berbeda di masa kini, tetapi nilai perjuangannya tetap abadi. Kita tidak bisa menilai masa lampau dengan kacamata hari ini, sebab setiap zaman memiliki tantangan dan jalan juangnya sendiri.

Kini, makna kepahlawanan telah berkembang. Pemerintah tidak hanya menganugerahkan gelar pahlawan kepada mereka yang berperang, tetapi juga bagi yang berjuang di bidang ilmu pengetahuan, sosial, kemanusiaan, dan moral. Pahlawan bukan hanya mereka yang mengangkat senjata, melainkan juga mereka yang mengangkat nilai-nilai kemanusiaan.

Baca Juga :  Rumuskan Solusi Stunting dan Anemia, Ilmuwan Mesir dan Turki Berkumpul di UNU Yogyakarta

Seorang mahasiswa yang berani menyuarakan kebenaran, seorang guru yang mencerdaskan bangsa tanpa pamrih, seorang dokter yang mengabdi di daerah terpencil, atau seorang relawan yang menolong tanpa diminta—mereka semua adalah pahlawan pada zamannya.

Karena sejatinya, pahlawan adalah siapa pun yang berjuang dan berkorban demi kebaikan orang lain dan kemajuan bangsa.
Penganugerahan gelar pahlawan hanyalah bentuk penghormatan lahiriah; hakikat sejatinya adalah ketulusan berbuat tanpa menuntut imbalan.

Hari Pahlawan mengingatkan kita: negeri ini berdiri di atas pengorbanan, dan akan terus tegak selama semangat kepahlawanan hidup di dada setiap anak bangsa.

Bagikan Artikel
Twitter Email Copy Link Print

Artikel Terbaru

Heroes and the Meaning of Sacrifice
Bangkitlah dengan Nurani: Karena Setiap Zaman Butuh Pahlawan Baru
Waktu Baca 2 Menit
OJK Dorong Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah Lewat EKSiS 2025
Waktu Baca 2 Menit
OJK Bangun Kantor Baru di Medan untuk Perkuat Ekosistem Keuangan Sumatera Utara
Waktu Baca 4 Menit
JETOUR T2 Siap Dibuka untuk Pre-Booking di GJAW 2025
Waktu Baca 6 Menit
Rumuskan Solusi Stunting dan Anemia, Ilmuwan Mesir dan Turki Berkumpul di UNU Yogyakarta
Waktu Baca 6 Menit

Di Tengah Globalisasi, Alumni GMNI Dorong Kemandirian Ekonomi Ibu Kota

Waktu Baca 4 Menit

Antasari Azhar Mantan Ketua KPK Era SBY Meninggal Dunia

Waktu Baca 1 Menit

Berikut Alasan Prabowo Membentuk Komisi Reformasi Polri

Waktu Baca 3 Menit

Siapakah Zohran Mamdani Muslim Pertama Yang Jadi Walikota New York?

Waktu Baca 8 Menit

Lainnya Dari Telegraf

Humaniora

Merayakan Inisiatif Perdamaian Global, UNU Jogja – Indika Foundation Gelar “2R: Ruang Riung

Waktu Baca 6 Menit
Webinar PROPAMI The Art of Mental Rest hadirkan Hany Gungoro bahas pentingnya istirahat psikis untuk profesional pasar modal
Humaniora

PROPAMI Angkat Isu Kesehatan Mental Lewat Webinar “The Art of Mental Rest”

Waktu Baca 2 Menit
Humaniora

Mayoritas Penyandang Disabilitas Tak Kuliah dan Tak Bekerja

Waktu Baca 5 Menit
Humaniora

Trah Sultan HB II Desak Pembentukan Komite Pengembalian Aset Kraton Yogyakarta

Waktu Baca 3 Menit
Telegraf
  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Regional
  • Internasional
  • Cakrawala
  • Didaktika
  • Corporate
  • Religi
  • Properti
  • Lifestyle
  • Entertainment
  • Musik
  • Olahraga
  • Technology
  • Otomotif
  • Telemale
  • Telecoffee
  • Telerasi
  • Philantrophy
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
MUSIKPLUS
  • Kirim
  • Akunku
  • Hobimu
  • Subscribe

Copyright © 2025 Telegraf. KBI Media. All Rights Reserved.

Selamat Datang!

Masuk ke akunmu

Lupa passwordmu?