Sign In
  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Internasional
Telegraf

Kawat Berita Indonesia

  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Internasional
  • Entertainment
  • Lifestyle
  • Technology
  • Didaktika
  • Olahraga
  • Lainnya
    • Otomotif
    • Regional
    • Musik
    • Religi
    • Properti
    • Opini
    • Telemale
    • Telecoffee
    • Philantrophy
    • Corporate
    • Humaniora
    • Cakrawala
    • Telefokus
Membaca Berikut Sorotan Terhadap 100 Hari Program Kerja Anies-Sandi
Bagikan
Font ResizerAa
TelegrafTelegraf
Cari
  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Internasional
  • Entertainment
  • Lifestyle
  • Technology
  • Didaktika
  • Olahraga
  • Lainnya
    • Otomotif
    • Regional
    • Musik
    • Religi
    • Properti
    • Opini
    • Telemale
    • Telecoffee
    • Philantrophy
    • Corporate
    • Humaniora
    • Cakrawala
    • Telefokus
Punya Akun? Sign In
Ikuti Kami
Copyright © 2025 Telegraf. KBI Media. All Rights Reserved.
Nasional

Berikut Sorotan Terhadap 100 Hari Program Kerja Anies-Sandi

KBI Media Senin, 29 Januari 2018 | 03:58 WIB Waktu Baca 3 Menit
Bagikan
Foto : Antara
Bagikan

Telegraf, Jakarta – Sebuah kebijakan harus dimulai dari landasan hukum. Ketika landasan hukumnya ada, maka barulah keluar kebijakannya, baru program. Jadi tidak bisa program tidak ada landasan kebijakannya. Ada kebijakan tetapi tidak ada landasan hukumnya maka tidak akan jalan.

Hal ini terungkap dalam interview dengan pengamat kebijakan publik dan Managing Partner PH & H Policy Interest Group, Agus Pambagyo sebelum acara Diskusi Syndicate Update Seri Politik Jakarta dengan Tema: “100 Hari Anies-Sandi: Arah Jakarta Versus Branding Politik ” yang diselenggarakan oleh Para Syndicate di Jl. Wijaya Timur 3 No.2 A Jakarta Selatan, Jum’a, (26/1/2018).

Agus Pambagyo mencontohkan seperti di kawasan Tanah Abang, menurutnya kawasan Tanah Abang bukan urusan PKL. Itu adalah urusan pembuat konektivitas transportasi untuk kawasan Tanah Abang. Impactnya ke PKL sudah pasti, karena di depan Stasiun Tanah Abang banyak PKL (Pedagang Kaki Lima).

“Kenapa dipindah ke jalan-jalan, karena tempatnya tidak ada. Yang di Blok G itu sedang direnovasi, sky bridgenya akan dibangun. Ketika itu sudah selesai maka PKL akan ditampung di Blok G. Yang menjadi persoalan adalah ketika isunya dibalik menjadi isu dari PKL. Itulah yang membuat blunder keputusannya Anies-Sandi,” ungkap Agus Pambagyo.

Sedangkan terkait dengan dibolehkannya motor melewati jalur Sudirman-Thamrin, menurut Agus Pambagyo, itu adalah keputusan Mahkamah Agung. Keputusan dari MA itu bisa dijalankan dan juga bisa tidak dijalankan oleh Anies-Sandi. Tetapi itu tetap dijalankan, maka itu juga akan semakin membuat semrawut lagi. Mengapa? Karena penataan transportasi di Jakarta menjadi kembali ke titik nol.

Baca Juga :  Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Sosok Pahlawan Demokrasi dan Toleransi Indonesia

“Karena ketika angkutan umum sudah baik, seharusnya sudah ada pembatasan soal transportasi termasuk juga misalnya sistem ganjil genap, parkir dimahalkan, supaya masyarakat mau naik angkutan umum seperti Trans Jakarta, tetapi itu kan belum terlaksana sepenuhnya,” ujarnya.

Sementara terkait dengan program Anies-Sandi DP 0 Rupiah untuk program rumah rakyat DKI Jakarta, menurut Agus, belum ada landasan hukumnya sudah keluar kebijakan, terus dilaksanakan. Yah itu tidak benar. Darimana? Landasannya apa?. “Saya sudah bilang janga dibikin dulu sebelum semuanya beres, tetapi sudah ground breaking demi urusan politik. Yah sudah nanti dihadapi saja kekacauannya,” kata Agus Pambagyo.

Ketika dimintai tanggapannya terkait dengan reklamasi, Agus Pambagyo menjelaskan bahwa reklamasi itu adalah keputusan pemerintah pusat, bukan kewenangan Pemprov DKI Jakarta, karena mencakup 3 wilayah yaitu Tangerang, Bekasi dan DKI Jakarta.

“Reklamasi itu landasan hukumnya tidak jelas. Orang bilang pakai Perpres Tahun 1995, tetapi landasan hukumnya UU No.1 Tahun 2014 tentang kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil terluar. Nah UU itu belum ada PP nya, jadi belum bisa dijalankan, tetapi masing-masing buat Pergub, bikin macam-macam, jadi berantakan. Saran saya nol kan saja regulasinya. Buat jadi UU baru, semua baru jalan. Kalau sekarang tidak bisa karena kalau dipaksakan pasti akan berantakan,” ungkapnya. (Red)

Photo Credit : Antara


Bagikan Artikel
Twitter Email Copy Link Print

Artikel Terbaru

Donald Trump Tanda Tangani RUU Akhiri Shutdown Terlama AS
Waktu Baca 8 Menit
ABB Insurance Brokers Dorong Literasi Asuransi Lewat Digitalisasi
Waktu Baca 2 Menit
Pemerintah Optimistis Investasi dan Sektor Properti Jadi Penggerak Ekonomi 2026
Waktu Baca 4 Menit
BTN Gandeng IKAHI Hadirkan Program “Graha Hakim” untuk Permudah Kepemilikan Rumah bagi Hakim
Waktu Baca 4 Menit
Prancis dan Palestina Bentuk Komite, Perkokoh Negara Palestina
Waktu Baca 3 Menit

Usai Ledakan SMAN 72, Akses Game Online Akan Dibatasi Oleh Pemerintah?

Waktu Baca 5 Menit

Bahas Utang Kereta Cepat Whoosh, RI Kirim Tim Negosiasi ke China

Waktu Baca 3 Menit

Jejak Soeharto The Godfather of Orde Baru, Dari Militer, Kudeta Hingga Dilengserkan

Waktu Baca 12 Menit

Pahlawan Nasional Terima Apresiasi Sebesar Rp50 Juta per Tahun

Waktu Baca 2 Menit

Lainnya Dari Telegraf

Nasional

Pahlawan Marsinah dan Doa-doa Untuk Buruh Indonesia

Waktu Baca 6 Menit
Nasional

Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Sosok Pahlawan Demokrasi dan Toleransi Indonesia

Waktu Baca 2 Menit
Nasional

Meski Tuai Kontroversi, Soeharto Sah Jadi Pahlawan Nasional

Waktu Baca 2 Menit
Nasional

Antasari Azhar Mantan Ketua KPK Era SBY Meninggal Dunia

Waktu Baca 1 Menit
Telegraf
  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Regional
  • Internasional
  • Cakrawala
  • Didaktika
  • Corporate
  • Religi
  • Properti
  • Lifestyle
  • Entertainment
  • Musik
  • Olahraga
  • Technology
  • Otomotif
  • Telemale
  • Telecoffee
  • Telerasi
  • Philantrophy
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
MUSIKPLUS
  • Kirim
  • Akunku
  • Hobimu
  • Subscribe

Copyright © 2025 Telegraf. KBI Media. All Rights Reserved.

Selamat Datang!

Masuk ke akunmu

Lupa passwordmu?