Cari
Sign In
  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Internasional
Telegraf

Kawat Berita Indonesia

  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Internasional
  • Entertainment
  • Lifestyle
  • Technology
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Lainnya
    • Regional
    • Didaktika
    • Musik
    • Religi
    • Properti
    • Opini
    • Telemale
    • Philantrophy
    • Corporate
    • Humaniora
    • Cakrawala
    • Telegrafi
    • Telecoffee
    • Telefokus
    • Telerasi
Membaca Melakukan Hal yang Benar dengan Cara Benar
Bagikan
Font ResizerAa
TelegrafTelegraf
Cari
  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Internasional
  • Entertainment
  • Lifestyle
  • Technology
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Lainnya
    • Regional
    • Didaktika
    • Musik
    • Religi
    • Properti
    • Opini
    • Telemale
    • Philantrophy
    • Corporate
    • Humaniora
    • Cakrawala
    • Telegrafi
    • Telecoffee
    • Telefokus
    • Telerasi
Punya Akun? Sign In
Ikuti Kami
Telegraf uses the standards of the of the Independent Press Standards Organisation (IPSO) and we subscribe to its Editors’ Code of Practice. Copyright © 2025 Telegraf. All Rights Reserved.
Humaniora

Melakukan Hal yang Benar dengan Cara Benar

Rina C. Latuperissa Minggu, 17 Januari 2021 | 22:20 WIB Waktu Baca 6 Menit
Bagikan
Melakukan Hal yang Benar dengan Cara Benar
Melakukan Hal yang Benar dengan Cara Benar
Bagikan

Telegraf, Di sebuah negara kecil di daerah Afrika yang berbentuk pulau ada sebuah kebiasaan unik. Kebiasaan atau tradisi itu terus dilakukan turun temurun. Setiap pagi hari banyak anjing-anjing berkeliaran. Mereka berlari ke sana kemari dengan bebas dan riangnya. Namun menjelang magrib, tentara-tentara di pulau itu akan menangkapi anjing-anjing tersebut dan memasukkannya ke dalam kendang.

Anjing itu harus terus berada di dalam kandang hingga keesokan paginya baru anjing-anjing itu dilepaskannya. Begitulah dari hari ke hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Itu adalah tradisi unik yang harus dilakukan. Sang tentara yang menjalankan tugas itu menganggap hal itu lumrah, biasa.

Suatu ketika ada seorang wartawan yang berlibur ke pulau tersebut. Ia bingung dengan ritual tersebut. Ia pun bertanya pada penduduk setempat, namun tidak ada satu pun yang ditanyainya tahu persis, mengapa ritual itu harus dikerjakan! Maka wartawan itu pun pergi menjumpai Komandan pasukan yang bertugas di pulau itu untuk menangkap anjing-anjing tersebut setiap sorenya.

Komandan pasukan berkata, “Alasan mengapa saya harus melakukan itu? Jujur… saya tidak tahu mengapa. Namun saya harus menjalankan tugas tersebut dengan benar.

“I have to do that job rightfully!, semua harus mengikuti proses yang benar. Sebab bila tidak, maka akan ada malapetaka yang terjadi pada kami.”

Ritual perintah yang harus dijalankan dan ini sudah turun temurun adalah:

Pertama setelah lonceng tanda pukul 18.00 dibunyikan, kami akan mulai menangkap anjing-anjing yang berkeliaran, lalu mengikatnya serta memasukkannya ke dalam kendang.

Heran dengan hal ini wartawan tersebut mencoba mencari tau melalui sejarah serta bertanya pada Walikota, pemimpin agama dll. Semuanya tetap tidak ada yang tau apa alasannya.

Hingga suatu ketika, saat ia sedang berada di sebuah bar tua yang ada di pulau tersebut dan ia sedang menyatakan kebingungannya pada seorang bar tender yang ada di sana.

Di sebelahnya ada seorang yang sudah sangat tua berkata demikian: “Kamu mau tau cerita sebenarnya, anakku?”

Spontan wartawan itu pun mengiyakan.

Pak tua itu bercerita, “Waktu itu saya masih berusia 10 tahun, kakek saya adalah Kapten tentara yang bertugas di istana raja. Waktu itu kami masih memiliki seorang raja. Kini zaman berubah dan sudah berubah menjadi negara republik.

Saya tidak lupa waktu itu, Karena kakek saya tiba-tiba dipanggil ke istana dan mendapat masalah serius di istana. Saya ceritakan….

Setiap sore hari, sang raja dan keluarganya biasanya makan di taman terbuka yang indah yang ada disebelah timur istana raja.

Hari itu di tengah asyiknya sang raja menyantap makanannya. Tiba-tiba datang segerombolan anjing yang membuat keributan di sana dan menyerbu hidangan-hidangan raja.

Raja sangat murka dan memerintahkan kakek saya untuk melakukan sesuatu agar masalah tersebut tidak berulang.

“Hehehe…” tiba-tiba pak tua itu tertawa.

“Zaman berubah, Monarki sudah berubah jadi Republik, tapi para tentara bodoh itu masih tetap saja melakukan ritual bodoh tersebut tanpa tau alasannya mengapa. Biarkan saja.”  Serunya sambil terkekeh-kekeh.

Banyak orang di dunia ini yang terus mempertahankan apa yang disebut sebagai “tradisi, ritual, kebiasaan, prosedur, proses yang harus dilalui, aturan baku yang harus ditaati, dan lain-lain.

”Orang yang melakukan hal-hal dengan benar. Atau Doing the things right. Mereka lupa kalau sesungguhnya dan seharusnya yang benar adalah Mari mengerjakan atau melakukan tugas atau hal-hal yang benar atau doing the right things.

Memang tidak semua ritual, tradisi yang dilakukan dari zaman dahulu kala itu salah. Tapi kita harus selalu mengujinya dan mengetahui alasan dibalik ritual dan tradisi yang kita lakukan.

Jika memang itu adalah hal yang benar. Teruskan, Jika di dalam evaluasi kita ternyata apa yang menjadi ritual dan tradisi tersebut ternyata tidak cocok lagi dengan zaman sekarang.

Barangkali bisa dipertimbangkan agar ritual atau tradisi atau proses itu diubah dengan tetap mempertahankan tujuan utamanya.

Masih ingat ketika Perusahaan Nokia dibeli / diakuisisi oleh Microsoft?

Ini lah apa yang dikatakan oleh CEO Nokia saat itu yang bernama Stephen Elop: “We didn’t do anything wrong. But somehow, we lost.”

Apakah Nokia tidak berinovasi?
Nokia berinovasi…

Apakah Nokia tidak menjalankan proses yang benar?
Nokia punya prosedur yang baik dan ketat.

Artinya apa?
Nokia melakukan proses kerja rutin yang menghasilkan kualitasnya dengan benar namun ia lupa untuk mengerjakan tugas / hal-hal yang benar dan tepat. They are doing the things right but not doing the right things.

Mari coba pikirkan apa yang selama ini kita lakukan?
Is that what you have to do right or it is the right thing to do?

Jika kita berpikir untuk mengubah sudut pandang kita dengan mengutamakan pemikiran “doing the right things” ketimbang “doing the things right”.

Itu artinya kita sudah “doing the right thing right” pada hari ini dan selamat … sebab itu adalah sesuatu hal yang penting di dalam hidup ini.

“You have to do the right thing… You may never know what results come from your action. But if you do nothing, there will be no result.” – Mohandas K. Gandhi

Oleh: Galatia Chandra (Book Hacking Your Mind) di kutip dari Matranews.id


 

Bagikan Artikel
Twitter Email Copy Link Print

Artikel Terbaru

Dorong Transformasi Digital Underwriting, AJB Bumiputera 1912 Gandeng Seleris
Waktu Baca 3 Menit
Soal Polemik IMIP, Kemenhub: Izin Sudah Dicabut Sejak Oktober 2025
Waktu Baca 4 Menit
Perbaikan Akibat Bencana, Prabowo: Kita Punya Anggarannya
Waktu Baca 3 Menit
Korban Akibat Bencana di Sumut dan Sumbar Jadi 442 Jiwa
Waktu Baca 8 Menit
Prabowo Kunjungi Korban Banjir Sumatra, Pastikan Langkah Darurat Dilakukan
Waktu Baca 2 Menit

BNPB Sebut Jumlah Korban Meninggal Dunia di Sumut, Sumbar dan Aceh Jadi 303 Jiwa

Waktu Baca 7 Menit

Libur Nataru, KAI Operasikan 35 Rangkaian Trainset Baru Buatan INKA

Waktu Baca 3 Menit

Putin Sampaikan Belasungkawa Untuk Bencana di Sumatera dan Aceh

Waktu Baca 2 Menit

Sekjen Muhammadiyah Minta Hindari Konflik Internal dan Korupsi

Waktu Baca 2 Menit

Lainnya Dari Telegraf

Humaniora

Jejak Soeharto The Godfather of Orde Baru, Dari Militer, Kudeta Hingga Dilengserkan

Waktu Baca 12 Menit
Heroes and the Meaning of Sacrifice
Humaniora

Bangkitlah Dengan Nurani, Setiap Zaman Butuh Pahlawan Baru

Waktu Baca 2 Menit
Humaniora

Rumuskan Solusi Stunting dan Anemia, Ilmuwan Mesir dan Turki Berkumpul di UNU Yogyakarta

Waktu Baca 6 Menit
Humaniora

Merayakan Inisiatif Perdamaian Global, UNU Jogja – Indika Foundation Gelar “2R: Ruang Riung

Waktu Baca 6 Menit
Humaniora

Mayoritas Penyandang Disabilitas Tak Kuliah dan Tak Bekerja

Waktu Baca 5 Menit
Humaniora

Trah Sultan HB II Desak Pembentukan Komite Pengembalian Aset Kraton Yogyakarta

Waktu Baca 3 Menit
Peta fungsi lahan daerah Tamambaloh (data dari Sangga Bumi Lestari)
Humaniora

Masyarakat Tamambaloh Menolak Sawit: Ancaman di Hulu Sungai Embaloh Makin Nyata

Waktu Baca 6 Menit
Humaniora

Borobudur Butuh Revitalisasi Nilai Spiritual

Waktu Baca 4 Menit
Telegraf
  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Regional
  • Internasional
  • Cakrawala
  • Didaktika
  • Corporate
  • Religi
  • Properti
  • Lifestyle
  • Entertainment
  • Musik
  • Olahraga
  • Technology
  • Otomotif
  • Telemale
  • Opini
  • Telerasi
  • Philantrophy
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber

KBI Media

  • Akunku
  • Hobimu
  • Karir
  • Subscribe
  • Telegrafi
  • Teletech
  • Telefoto
  • Travelgraf
  • Musikplus

Kawat Berita Indonesia

Telegraf uses the standards of the of the Independent Press Standards Organisation (IPSO) and we subscribe to its Editors’ Code of Practice. Copyright © 2025 Telegraf. All Rights Reserved.

Selamat Datang!

Masuk ke akunmu

Lupa passwordmu?