Sign In
  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Internasional
Telegraf

Kawat Berita Indonesia

  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Internasional
  • Entertainment
  • Lifestyle
  • Technology
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Lainnya
    • Regional
    • Didaktika
    • Musik
    • Religi
    • Properti
    • Opini
    • Telemale
    • Philantrophy
    • Corporate
    • Humaniora
    • Cakrawala
    • Telegrafi
    • Telecoffee
    • Telefokus
    • Telerasi
Membaca Sembilan Alasan Yang Membuat Orang Terjebak Gaya Hidup Konsumtif
Bagikan
Font ResizerAa
TelegrafTelegraf
Cari
  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Internasional
  • Entertainment
  • Lifestyle
  • Technology
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Lainnya
    • Regional
    • Didaktika
    • Musik
    • Religi
    • Properti
    • Opini
    • Telemale
    • Philantrophy
    • Corporate
    • Humaniora
    • Cakrawala
    • Telegrafi
    • Telecoffee
    • Telefokus
    • Telerasi
Punya Akun? Sign In
Ikuti Kami
Copyright © 2025 Telegraf. KBI Media. All Rights Reserved.
Lifestyle

Sembilan Alasan Yang Membuat Orang Terjebak Gaya Hidup Konsumtif

KBI Media Rabu, 18 April 2018 | 11:34 WIB Waktu Baca 5 Menit
Bagikan
Shutterstock
Bagikan

Telegraf, Jakarta – Orang terkaya di dunia Warren Buffet pernah berujar “If you buy things you don’t need, soon you will have to sell things you need”. Kalimat tersebut seakan menyindir orang-orang yang senang berbelanja hanya berdasarkan keinginan, padahal mereka sebenarnya tidak membutuhkannya.

Apa itu salah? Tidak juga, jika memang orang itu bisa mengontrol keuangan mereka. Namun, banyak dari mereka terjebak dalam kehidupan konsumtivisme yang mendorong mereka terus berbelanja, sampai mereka lupa untuk mempersiapkan hal yang lebih penting. Akhirnya, mereka terlihat kece dengan pakaian dan gawai yang bermerek, namun semua didanai dari utang.

Apa yang menyebabkan orang terjebak dalam lingkarang konsumtivisme itu? Setidaknya, ada sembilan alasan mengapa seseorang biasanya tidak mampu mengontrol keinginannya untuk berbelanja/membeli barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan:

  1. To keep up a reputation

Banyak orang merasa bahwa jika ia tidak bisa tampil seperti teman atau tetangga mereka, lingkungan akan memandang rendah mereka. Misalnya, teman kantor Anda baru saja membeli sebuah gadget baru. Agar tidak dicap ketinggalan jaman, Anda ikut membeli gadget baru tersebut. Padahal, gadget yang Anda miliki masih bagus dan berfungsi optimal. So, who are you trying to impress?

  1. Avoidance

Ketakutan untuk ditolak oleh lingkungan seringkali membuat sesorang menjadi tidak rasional. Berapa banyak orang yang menghadapi situasi ini: menghabiskan terlalu banyak uang untuk makan siang dan berbelanja dengan teman-teman, hanya agar tetap berada pada lingkungan pertemanan tersebut.

Jika teman Anda menjatuhkan Anda karena Anda tidak mampu mentraktir mereka makan siang, apakah mereka adalah teman yang sesungguhnya?

  1. Shopping without a list

Berbelanja tanpa catatan belanja ibarat ujian tanpa belajar lebih dulu. Orang yang pergi ke toko tanpa list barang-barang yang akan dibelinya, cenderung membeli sesuatu yang menarik di matanya. Ujungnya, mereka membeli barang yang tidak dibutuhkan.

  1. Paying with plastic

Memegang kartu kredit tidak sama rasanya dengan memegang uang kertas. Percaya atau tidak, orang yang sering menggunakan kartu kredit dalam transaksinya cenderung menghabiskan lebih dari yang mereka inginkan, ketika mereka menggunakan uang kertas. Bukan berarti Anda tidak boleh menggunakan kartu kredit. Terkadang, kartu kredit justru bisa membantu untuk dengan promo.

  1. Buying items on sale

Siapa yang tidak silau matanya jika melihat deretan etalase di mall penuh dengan tanda “Sale”. Fenomena diskon ini sebenarnya perlu Anda cermati lebih teliti. Barang diskon tidak berarti bahwa Anda membayarnya dengan lebih murah dari sewajarnya.

Bisa saja barang yang didiskon tersebut sudah mengalami peningkatan harga terlebih dahulu. Untuk itu, Anda harus pandai-pandai membandingkan harga.

  1. Lifestyle

Apa jadinya jika seseorang hidup dengan gaya hidup konsumtif dalam rentan waktu yang lama, dan tiba-tiba, keuangan mereka ambruk? Tentu, sulit bagi mereka untuk berdamai dengan keadaan yang baru.

Terkadang, untuk mempertahankan gaya hidup tersebut, seseorang sampai terlibat dengan hutang yang tidak ada habisnya. Gaya hidup kita harus bisa menyesuaikan dengan kemampuan finansial kita.

  1. Power and Control

Money gives people a sense of power and control. Menghabiskan uang membuat orang merasa menjadi lebih kuat. Entah itu menyerahkan segepok uang tunai atau menggesek kartu  di mesin EDC, merupakan tindakan sederhana yang memberikan kekuasaan palsu.

  1. Prove self worth

Banyak orang mengukur kepuasan batinnya dengan barang-barang yang dimilikinya. Menghabiskan Rp 1.000.000 untuk pergi ke salon, Rp 2.000.000 untuk membeli baju-baju baru, Rp 1.500.000 untuk sepasang sepatu baru, dan Rp 500.000 untuk perawatan wajah per minggu, terdengar keterlaluan bagi kebanyakan orang.

Namun, bagi sebagian yang lain, hal itu membuat mereka merasa menghargai dirinya, merasa bahwa mereka layak melakukannya di dunia ini. Hal ini sering terjadi terutama pada orang-orang yang bekerja.

  1. Just can’t say no!

Yang satu ini adalah salah satu alasan yang paling sering kita dengar. Entah itu anak Anda meminta mainan terbaru, atau suami/isteri Anda yang menginginkan pakaian baru. Kita cenderung sulit untuk mengatakan TIDAK. (Red)


Photo Credit : Ilustrasi/Shutterstock

 

Bagikan Artikel
Twitter Email Copy Link Print

Artikel Terbaru

Identitas Wonosobo hadir dalam Pementasan Tari Wayang Bundeng Gepuk
Waktu Baca 3 Menit
Draft Revisi Daftar Aturan Baru di KUHAP Akan Segera Disahkan
Waktu Baca 5 Menit
Dorong Hilirisasi Riset dan Penguatan Produk Obat-Makanan Nasional BPOM Gelar Gebyar ABG Kolaborasi
Waktu Baca 2 Menit
Seorang karyawan menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS. ANTARA
Cabutnya Investor Asing Membuat Rupiah Kian Melemah Pekan Ini
Waktu Baca 2 Menit
KOPLING 2025
Kementerian UMKM Pastikan KOPLING 2025 Jadi Ajang Kolaborasi Musik dan Ekonomi Lokal
Waktu Baca 6 Menit

Perhelatan Sepakbola Special Olympics Asia Tenggara Berakhir Malam Ini

Waktu Baca 3 Menit

Purbaya: Bank Sentral Yang Akan Jalankan Strategi Redenominasi

Waktu Baca 3 Menit

Hubungan Jepang dan China Memanas Usai Komentari Soal Taiwan

Waktu Baca 5 Menit

Prabowo dan Raja Yordania Serta Sepenggal Kisah Masa Lalu

Waktu Baca 2 Menit

Lainnya Dari Telegraf

[Gambar 1] Liburan Nikmat, Budget Hemat_BCA Digital dan ASTINDO Hadirkan DOLAN Travel Fair 2025
Lifestyle

Liburan Nikmat, Budget Hemat: BCA Digital dan ASTINDO Hadirkan DOLAN Travel Fair 2025

Waktu Baca 6 Menit
PUMA H-Street
LifestyleRilis

Isyana Sarasvati Warnai Peluncuran PUMA H-Street di Seoul dengan Gaya Autentik dan Energi Global

Waktu Baca 5 Menit
Lifestyle

Dip & Crunch Dari Pizza Hut Hadir di Ramadhan 2025

Waktu Baca 3 Menit
Image : Dok. Debby Lufiasita @lufiasita
Lifestyle

Public Relations & Musik: Bagaimana Debby Lufiasita Membawa Dua Dunia Jadi Satu

Waktu Baca 5 Menit
Lifestyle

Ini Platform Belanja Online kebutuhan Rumah Tangga yang Lebih Praktis dan Mudah

Waktu Baca 2 Menit
Lifestyle

Problem Diet Adalah Otak Berikut kata Pakar

Waktu Baca 2 Menit
Lifestyle

TRESemmé Tunjukan Potensi, Keistimewaan dan Inspirasi Model Rambut di Jakarta Fashion Week 2025

Waktu Baca 3 Menit
Lifestyle

Relawan Pram dan Rano Kembali Gelar Nobar Timnas Indonesia

Waktu Baca 2 Menit
Telegraf
  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Regional
  • Internasional
  • Cakrawala
  • Didaktika
  • Corporate
  • Religi
  • Properti
  • Lifestyle
  • Entertainment
  • Musik
  • Olahraga
  • Technology
  • Otomotif
  • Telemale
  • Opini
  • Telerasi
  • Philantrophy
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber

KBI Media

  • Kirim
  • Akunku
  • Hobimu
  • Subscribe
  • Telegrafi
  • Teletech
  • Telefoto
  • Travelgraf
  • Musikplus

Kawat Berita Indonesia. Copyright © 2025 Telegraf. KBI Media. All Rights Reserved.

Selamat Datang!

Masuk ke akunmu

Lupa passwordmu?