Telegraf – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus memperkuat pengelolaan risiko internal melalui perbaikan berkelanjutan dalam rangka penguatan governance dan penegakan integritas. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengimplementasikan combined assurance dan three lines model, serta menerapkan kerangka kerja internasional yang mengacu pada Global Internal Audit Standard (GIAS). Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, dalam sambutannya pada acara NGOPI PAGI – NGObrolin Pengawasan Internal, PenguAtan Governansi, dan Integritas Bareng ARK di Jakarta, Selasa (5/2).
Mahendra menegaskan bahwa OJK tidak hanya berpedoman pada teori, tetapi mengacu pada standar internasional yang sudah diakui secara global. “Bukan theoretical, kita mengacu kepada yang sudah diakui secara internasional, secara best practices, dan juga kita adopt dalam sistem nasional kita betul-betul kita jalankan dengan komitmen yang kuat,” ujarnya. Pernyataan ini menegaskan komitmen OJK untuk menjalankan prinsip-prinsip governance yang terbaik dan terbukti efektif di level internasional.
Sementara itu, Ketua Dewan Audit OJK, Sophia Wattimena, menjelaskan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman terhadap Combined Assurance. “Combined Assurance adalah proses Asurans dan Konsultansi terintegrasi melalui pendekatan yang sistematis, selaras, dan menyeluruh untuk meningkatkan efektivitas dan mengurangi redundansi penugasan atas proses tata kelola, manajemen risiko, pengendalian internal, pengendalian kualitas, dan kepatuhan (compliance) untuk mencapai tujuan organisasi,” kata Sophia.
Sophia juga mengungkapkan bahwa pada tahun 2024, OJK telah melakukan early adoption terhadap kerangka kerja internasional Global Internal Audit Standard (GIAS). “Dengan menerapkan GIAS, kami berharap dapat meningkatkan kualitas pengawasan dan pengelolaan risiko di internal OJK,” tambah Sophia. GIAS diharapkan dapat memperkuat penerapan standar audit yang berstandar global dan meningkatkan transparansi serta akuntabilitas OJK.
Dalam acara tersebut, juga dibahas mengenai implementasi GIAS Protocol, yakni strategi implementasi pedoman GIAS 2024 yang berfokus pada tantangan dan solusi dalam mengadopsi standar global tersebut. Selain itu, topik lain yang turut dibahas adalah Combined Assurance Plan 2025 dan Implementasi Internal Control over Financial Reporting (ICoFR). Menurut Sophia, keberhasilan implementasi ICoFR sangat penting untuk memastikan bahwa pengelolaan risiko dan pengendalian internal berjalan dengan baik di OJK.
“Peran lini pertama sangat penting dalam memastikan pengawasan dan implementasi standar internal berjalan dengan efektif, serta membangun budaya sadar risiko dan kualitas di OJK,” jelas Sophia lebih lanjut.
Acara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Presiden The Institute of Internal Auditors (IIA) Indonesia, Angela Simatupang, Anggota Dewan Audit OJK, Deputi Komisioner, dan Kepala Satuan Kerja OJK. Melalui acara ini, diharapkan dapat terjalin kolaborasi dan sinergi yang lebih baik antar lini di OJK, serta meningkatkan kemampuan OJK untuk menghadapai tantangan dan perubahan risiko di masa depan dengan penerapan best practices dalam combined assurance dan budaya sadar risiko.