Telegraf – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta Garuda Indonesia untuk segera mengembalikan 12 pesawat jenis Bombardier CRJ1000 kepada pihak leasing.
Alasannya, perseroan tersebut mengalami kerugian rata-rata 30 juta dollar AS per tahun akibat penggunaan pesawat jenis tersebut. Ironisnya, perjanjian kontrak sewa pesawat itu berakhir pada 2027 mendatang.
“Jadi efisiensi menjadi kunci di segala lini, dan yang tak kalah pentingnya dari data yang kita lihat bahwa Garuda itu salah satu perusahaan penerbangan yang leasingnya paling tinggi di dunia, cost daripada leasingnya 27 persen,” katanya, (11/02/2021).
Erick berharap Garuda segera mengakhiri kontrak dengan leasing.
“Saya dengan tegas, Pak Irfan (Dirut Garuda) juga hadir disini, Pak Irfan dengan manajemen sangat mendukung kita memutuskan untuk mengembalikan 12 pesawat Bombardier CRJ1000 dan mengakhiri kontrak dengan Nordic Aviation Capital (NAC) yang jatuh temponya pada 2027 mendatang,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Utama (Dirut) Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengatakan, bahwa alasan kerugian tersebut yang membuat pihaknya mengembalikan 12 pesawat Bombardier CRJ1000 ke perusahaan leasing.
Menurutnya, selama 8 tahun operasional, perusahaan mengalami kerugian rata-rata 30 juta dollar AS per tahun akibat penggunaan pesawat Bombardier CRJ1000.
Ia membeberkan, sewa pesawat sendiri hanya sekitar 27 juta dollar AS.
“Setelah digunakan beberapa tahun, sepertinya tidak sesuai dengan kebutuhan yang ada di pasar Indonesia. Kami mengalami kerugian dengan menggunakan pesawat ini,” kata Irfan dalam sebuah video konferensi, Rabu (10/02/2021).
Photo Credit: Garuda Indonesia akan kembalikan 12 pesawat jenis Bombardier CRJ1000 kepada pihak leasing. FILE/Dok/GI