Telegraf – dalam rangka memperingati hari sumpah pemuda pada 1 juni yang lalu Unilever Indonesia bekerja sama dengan Toleransi.id dan IDN Media menggelar diskusi interaktif bertema “Gue Udah Toleran Belum, Sih?”
“Diskusi hari ini berangkat dari tema peringatan Hari Lahir Pancasila 2021, ‘Pancasila dalam Tindakan, Bersatu untuk Indonesia Tangguh’, yang hanya dapat terwujud dalam dunia yang lebih toleran dan inklusif, di mana kita menjadikan persamaan dan perbedaan sebagai kekuatan. Dalam menuju ke sana, diperlukan tindakan nyata untuk melawan diskriminasi yang seringkali terjadi tanpa kita sadari (unconscious bias), serta untuk terus meningkatkan keikutsertaan dan sebisa mungkin menghindari adanya pihak-pihak yang termarjinalkan,” ungkap Hernie Raharja, Chairman of Equality, Diversity and Inclusion Board (ED & I) Unilever Indonesia, Senin (7/6).
Hernie mengungkapkan generasi muda menjadi pembuka jalan sebagai generasi yang lebih terpapar pada banyak informasi terkini, berpikiran maju, kreatif, vokal, aktif dan berpotensi besar untuk menjadi pendorong perubahan ke arah yang lebih baik, utamanya dalam mengaplikasikan perilaku yang toleran dan inklusif di Indonesia.
Dalam “Indonesia Millennial Report 2020” yang dikeluarkan IDN media, terdapat 7 (tujuh) tipe milenial dengan karakteristik yang berbeda. Setiap tipe milenial mengaku terbuka dan mentolerir berbagai perbedaan, namun memiliki cara sendiri-sendiri dalam mengapresiasi perbedaan dan mendukung inklusivitas. Untuk memupuk potensi ini, mereka harus mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk memulai percakapan seputar toleransi, mempertanyakan stereotip, menciptakan rasa kebangsaan, dan mewakilkan suara-suara yang belum terdengar.
Hadir dalam webinar Ayu Kartika Dewi, Staf Khusus Presiden RI dan Co-Founder Toleransi.id, Naya Anindita, Sutradara dan Penulis Skenario muda. Ayu mengungkapkan bahwa “Untuk menjadi toleran, ada beberapa modal dasar yang dibutuhkan generasi muda antara lain harus punya pemikiran yang kritis ,dan memiliki rasa empati.
Lanjutnya ada empat dasar level toleransi yaitu (1) Membiarkan perbedaan, (2) Menyenangi perbedaan, (3) Merayakan perbedaan dan (4) Melindungi perbedaaan. Ia percaya bahwa seiring dengan waktu dan kedinamisan dalam bermasyarakat, kita bisa secara sadar mendorong diri sendiri untuk terus “naik kelas” dalam bertoleransi.
Sementara itu Naya Anindita mengatakan didalam film film besutannya selalu memasukan isu isu yang menaji concernnya di setiap karakter tetapi mewakilkan latarbelakang dan value yang berbeda.
Misalnya di ‘Imperfect: The Series’ yang menceritakan pertemanan sekelompok perempuan dari berbagai latar belakang, suku, dan ras. Salahsatu hal yang saya angkat melalui series ini adalah tentang bagaimana kita bisa belajar mencintai diri kita sendiri, dan kegelisahan yang sering dialami oleh cewe-cewe yang berbeda dengan standar kecantikan pada umumnya,” kata Naya.
Photo Credit : Hernie Raharja, Chairman of Equality, Diversity and Inclusion Board (ED & I) Unilever Indonesia (kanan bawah), Naya Anindita, Sutradara dan Penulis Skenario Muda (kiri bawah) dan Ayu Kartika Dewi, Staf Khusus Presiden RI dan Co-Founder Toleransi.id (kanan atas) dan Moderator dari IDN/doc/ist