Telegraf – Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo tekankan untuk memetigasi risiko inlfasi pangan kedepan, perlu bergotong-royong dan bahu-membahu dalam akselerasi program pengendalian inflasi dan dan membangun ketahanan pangan.
“Kita perlu terus bergotong-royong dan bahu-membahu untuk memitigasi risiko inflasi, mengingat tingginya risiko inflasi pangan ke depan,” ungkapnya dalam sambutannya saat menghadiri gelaran GNPIP Solo, di Kota Surakarta, (3/9).
Ia juga mengungkapkan penyelenggaraan GNPIP Solo Raya merupakan tindak lanjut arahan dari Presiden RI untuk bersama-sama, guyub, rukun dalam melakukan pengendalian guna melindungi masyarakat dari kenaikan harga, inflasi terkendali, ekonomi tumbuh, untuk Indonesia maju. Kegiatan tersebut merupakan komitmen antara Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)Solo raya.
Lanjutnya terdapat 3 aspek utama dalam GNPIP, yaitu Pertama, pentingnya GNPIP sebagai langkah untuk memitigasi kenaikan harga pangan sebagai dampak dari gangguan suplai dan distribusi pasokan akibat gejolak geopolitik global, sehingga meminimalisir dampaknya terhadap laju pemulihan ekonomi dan potensi risiko stagflasi. Kedua, GNPIP harus dimaknai bersama sebagai upaya pengendalian inflasi dari sisi suplai dan mendorong produksi guna mendukung ketahanan pangan secara integratif, masif, dan berdampak nasional. Ketiga, GNPIP akan terus diperkuat dengan mengoptimalkan anggaran pemerintah untuk subsidi ongkos angkut, operasi pasar dan juga perluasan Kerja sama Antar Daerah (KAD).
Di kesempatan yang sama Wali Kota Surakarta, Gibran Rakabuming menyampaikan akan mendukung upaya pengendalian inflasi salah satunya melalui operasi pasar untuk menjaga kestabilan harga.
Gibran mengatakan upaya pengendalian inflasi pangan di wilayah Solo Raya diwujudkan melalui implementasi 3 program unggulan, yaitu perluasan Kerjasama Antar Daerah (KAD), gerakan urban farming, dan program Dedikasi untuk Negeri dalam mendorong inovasi penerapan digitalisasi dan modernisasi pertanian.
Program unggulan tersebut antara lain pertama, perluasan KAD baik dengan skema government to government (G to G) maupun business to business (B to B) dengan mengoptimalkan peran Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Kedua, inisiasi Gerakan Urban Farming Merdeka 77K melalui penyerahan bantuan berupa 77.000 tanaman cabai kepada rumah tangga melalui Tim Penggerak PKK dan Kelompok Wanita Tani (KWT), Aparatur Sipil Negara (ASN), Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (Hebitren), serta mengikutsertakan peran Tentara Negara Indonesia (TNI) melalui Bintara Pembina Desa (Babinsa) di wilayah Solo Raya. Ketiga, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo juga turut menyampaikan Program Dedikasi untuk Negeri sebagai dukungan peningkatan produktivitas pertanian melalui modernisasi dan digitalisasi pertanian. Ketiga program unggulan tersebut diharapkan akan mengakselerasi terbentuknya ketahanan pangan daerah dan nasional, serta berkontribusi pada pengendalian inflasi pangan.
Hadir dalam kegiatan tersebut Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Ir. Dolfie O.F.P yang mengatakan mendorong Pemerintah dan Bank Indonesia untuk terus melakukan langkah nyata antisipasi dan mitigasi risiko dari tren kenaikan inflasi melalui berbagai dukungan kebijakan untuk menjamin kecukupan pasokan dan keterjangkauan harga pangan bagi masyarakat.
Langkah bersama pengendalian inflasi pangan membutuhkan upaya ekstra agar inflasi dapat sesuai dengan sasaran dan kolaborasi bersama dalam pengendalian inflasi ini berdampak pada percepatan pemulihan ekonomi yang optimal dan mensejahterahkan masyarakat.
“Kerja keras dan usaha bersama harus diperkuat dalam pengendalian inflasi ke depan. Mari kita capai tujuan bersama menjaga kestabilan harga & kesejahteraan masyarakat,” Kata Dolfie.